Artikel STT Tabernakel Indonesia

Penginjilan Sebagai Detak Jantung Tuhan

Penginjilan berarti pemberitaan Injil atau Kabar Baik. Injil adalah berita mengenai Yesus Kristus dengan pokok berita tentang kematian dan ke-bangkitan Kristus (1 Kor 15:1-4).

Apa pentingnya pemberitaan Injil? Pemberitaan Injil sangatlah penting karena penginjilan mewar-takan keselamatan. Sasaran Injil tentu ditujukan kepada orang yang belum menerima keselamatan. Ketika Injil diberitakan dan orang yang belum per-caya mendengar serta menyambutnya – menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi – ia diselamatkan dan masuk dalam bilangan Gereja yakni tubuh Yesus Kristus. Oleh karena itu Injil harus diberitakan kepada semua orang.

Dalam sejarah gereja mula-mula menjadi Kristen bukanlah perkara yang mudah. Dari sejarah kita mengetahui bahwa jemaat mula-mula telah mengalami persekusi (aniaya) karena iman baik aniaya dari pihak orang-orang Yahudi maupun dari orang-orang Romawi dan orang-orang yang tidak percaya kepada Injil. Dalam catatan sejarah hampir semua para pemimpin gereja mula-mula mati martir. Ada yang disalib, dibunuh dengan dipenggal kepalanya, dibakar, diterkam binatang buas, dan cara-cara kejam lainya.

Kemudian sejarah mencatat perkembangan baru saat kekristenan mencapai puncak keja-yaannya di Romawi pada abad keempat ketika Konstantinus menjadi kaisar. Dia menetapkan kekristenan sebagai agama negara. Saat itu orang-orang Roma berduyun-duyun menerima agama Kristen dan dibaptis. Ditengarai banyak yang menjadi Kristen bukan karena percaya tetapi karena takut atau mengambil simpati penguasa. Di zaman sekarang, banyak orang menjadi Kristen karena memang orang tuanya Kristen. Bagaimanapun juga, mengikut Kristus haruslah suatu keputusan pribadi. Itu sebabnya Injil Yesus Kristus harus senantiasa disam-paikan dengan tujuan agar orang-orang yang masih ragu dan belum sungguh-sungguh percaya dapat datang kepada iman, mengaku dengan sungguh bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya pribadi. Pemberitaan Injil juga bertujuan supaya komunitas kristiani meng-alami kebangunan rohani atau penyegaran kembali di dalam iman.

Injil telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama

Injil telah dijanjikan sejak Perjanjian Lama. Latar belakang hadirnya Injil adalah kejatuhan manusia dalam dosa. Perjanjian Lama memberikan gambaran keadaan awal manusia pada saat diciptakan, semua dalam kondisi prima dan sempurna baik fisik maupun rohani. Kejatuhan manusia pertama – Adam dan Hawa – dalam dosa membuka kotak pandora yang tidak dapat lagi ditutup. Dosa dan maut telah menyebar dan merusak hingga ke sendi-sendi kehidupan manusia.

Injil Yesus Kristus itu realistis. Injil memaparkan bahwa manusia sangatlah berharga, diciptakan serupa dan segambar dengan Allah namun menjadi rusak oleh karena jatuh dalam dosa. Dunia penuh dengan kejahatan dan dosa; konsekuensinya, manusia hidup dalam lingkaran pen-deritaan penuh kelemahan dan sakit penyakit juga kegagalan dan keputusasaan. Terpujilah Tuhan, di dalam Injil ada pengharapan karena kedatangan Yesus Kristus telah membawa shalom – damai Allah, damai bagi alam semesta.

Dosa – maut dan jalan keluarnya

Dalam Injil dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak meninggalkan manusia begitu saja sebab Ia begitu mengasihi manusia sehingga sebelum manusia diusir dari Taman Eden, Allah menjanjikan seorang Juru Selamat dari benih seorang perempuan (Kej. 3:15 dikenal sebagai protoevanggelium). Dialah yang akan meremukkan dengan tumit-Nya kepala si ular yang telah menjadi musuh abadi manusia. Benih perempuan itu tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri yang kedatangan-Nya kita ingat dalam Natal.

Semua agama di dunia menyadari akan dosa laten tetapi tidak berdaya melepaskan umatnya dari ikatan dosa dengan segala konsekuensinya; hanya Kristus yang dengan tegas memberi jawaban mengenai persoalan dosa. Injil memberitakan bahwa Yesus dalam ketaatan-Nya kepada Allah Bapa telah memakukan dosa dalam kemenangan-Nya di kayu salib dan menga-runiakan damai bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Persoalan mendasar dari manusia adalah dosa, yakni pemberontakan manusia kepada Sang Penciptanya. Maka dari itu kunci pemulihan manusia dan alam semesta serta isinya terletak pada pulihnya kembali relasi dengan Allah.

Dosa sudah menguasai manusia bahkan sejak kecil. Tentu Allah tidak menciptakan dosa sekalipun dosa kejahatan ada dalam pengetahuan Allah. Sesungguhnya, hanya Allah yang dapat mengetahui yang jahat tanpa dikuasai oleh kejahatan. Manusia tidak diciptakan dengan pengetahuan akan dosa; Alkitab menyebutkan bahwa manusia jatuh dalam dosa karena disesatkan oleh si ular, personifikasi dari Iblis.

Ada kepercayaan suatu agama yang menganggap bahwa dosa dapat diselesaikan dengan memperbanyak perbuatan baik. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan akan menyeimbangkan “timbangan”; kalau perbuatan baik lebih banyak, amal itu akan membawanya masuk ke dalam Surga. Dapatkah manusia menyeimbangkan timbangan ini? Sebab dosa bagaikan ragi yang mengkhamiri segenap aspek kehidupan manusia.

Tidak seorang pun sanggup melepaskan diri dari dosa; karena itulah Yesus Kristus datang ke dalam dunia menjadi kurban pendamaian untuk dosa manusia. Kristus sesuai dengan janji Allah datang dari silsilah Abraham, bangsa Israel, dari suku Yehuda. Ia membawa Kerajaan Allah datang di bumi. Namun manusia yang dikuasai dosa tidak menerima-Nya bahkan menghukum Yesus yang tidak berdosa melalui tangan penjajah Romawi yang menyalibkan Dia sesuai permintaan bangsa Yahudi sendiri. Hal ini menggenapi tuntutan hukum Taurat. Menurut Hukum Taurat tidak ada pengampunan tanpa penumpahan darah. Darah Yesus yang tidak bercacat cela menyucikan segala dosa satu kali untuk selama-lamanya.

Pemberitaan Injil sebagai Tugas Imamat Orang Percaya

Siapakah yang bertanggung jawab memberitakan Injil? Di pundak orang percaya ada mandat untuk memberitakan Injil. Mandat pemberitaan Injil ini dikenal sebagai Amanat Agung. Pada mulanya Injil diberitakan oleh Tuhan kita lalu dilanjutkan oleh para rasul (Ibr. 2:3). Jelas dari Amanat Agung bahwa pemberitaan Injil bukan hanya tugas sekelompok kecil para pimpinan gereja tetapi tugas setiap orang percaya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Orang percaya adalah imam-imam dengan tugas memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib.

“Tetapi kalian adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri. Allah memilih kalian dan memanggil kalian keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang gemilang dengan maksud supaya kalian menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa.” (1Ptr 2:9 BIS)

Memang para pemimpin harus pertama-tama memberi teladan dalam kegigihannya mem-beritakan Injil tetapi tugas ini bukan dilaksanakan seorang diri. Para pemimpin gereja ber-tanggung jawab melengkapi seluruh jemaat untuk siap melakukan tugas misi pemberitaan Injil.

Semua orang percaya – pemimpin atau jemaat – adalah imam-imam. Pelayanan para imam dalam Perjanjian Lama berpusat pada Tabernakel khususnya dalam mempersembahkan kurban-kurban di Mazbah Kurban Bakaran serta mengurus ibadah-ibadah khusus dan harian. Namun dalam imamat Perjanjian Baru, imam-imam diutus Tuhan ke ladang dunia luas ini untuk menjadi saksi Kristus dimulai dari Yerusalem, Samaria, Yudea, sampai ujung-ujung bumi (KPR 1:8).

Paulus berbicara tentang tugas kasih karunia dalam pelayanan imamat (Rm. 15:16; NRSV) yakni tugas pelayanan Injil Allah untuk membawa orang-orang yang belum mengenal Tuhan sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah dan disucikan oleh Roh Kudus.

“Ia sudah menjadikan saya pelayan Kristus Yesus untuk diutus kepada bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Dan saya bertindak sebagai imam yang mengabarkan Kabar Baik dari Allah supaya orang-orang yang bukan Yahudi menjadi suatu persembahan kepada Allah yang dapat diterima oleh-Nya. Semoga Roh Allah membuat mereka menjadi suatu persembahan yang khusus untuk Allah.” (Rom 15:16 BIS)

Surat 1 Petrus 2:9 menuliskan tugas penginjilan mendahului tugas-tugas penggembalaan (1 Ptr 5:1-2). Seharusnya tugas penginjilan mendapatkan tempat yang utama dalam gereja Tuhan. Penginjilan adalah detak jantung Tuhan kita. Kesibukan rutinitas dalam penggembalaan tidak boleh mengalihkan pelaksanaan Mandat Agung ini.

Saat ini diamati pertambahan dan perkembangan gereja di Indonesia masih bersifat semu, bukan pertumbuhan riil yang berasal dari petobat-petobat baru. Yang ada hanyalah pertum-buhan karena perpindahan jemaat antargereja. Padahal di dalam penginjilan ada kesukaan Surga dan para malaikat yakni kesukaan melihat orang-orang berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Implikasinya, gereja yang tidak melibatkan diri dalam penginjilan tidak akan sampai pada kesukaan dan kepuasan Surga ini. Memang pelayanan imamat semacam ini pasti akan menghadapi tantangan hebat dari musuh abadi Gereja yang sesungguhnya, yakni Iblis dan antek-anteknya.

Pentingnya Pemuridan

Saat ini discipleship menjadi istilah yang sedang marak (trend). Discipleship memiliki tempat penting dalam Perjanjian Baru. Sebenarnya dalam pemuridan terkandung dua aspek: kemurid-an (discipleship) dan menjadikan murid (making disciple). Setiap orang percaya harus sungguh-sungguh mengerti arti penting kemuridan, yakni menjadi pengikut Kristus dan hidup sesuai teladan Kristus telah hidup. Selanjutnya hatinya menyala-nyala untuk menjadikan segala bang-sa menjadi murid Tuhan melalui pemberitaan Injil Yesus Kristus.

Kepemimpinan gereja harus kembali menyuarakan pemuridan ini, memfasilitasi dan mengem-bangkannya dalam gereja-gereja lokal. Paulus berbicara tentang jemaat Tuhan yakni jiwa-jiwa baru yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan yang bertumbuh dewasa dalam iman sebagai mahkota dan kebanggaannya.

Penutup

Pemberitaan Injil adalah pekerjaan berisiko bahkan mempertaruhkan nyawa si pemberita. Oleh sebab itu tugas ini harus dilakukan dengan kasih disertai hikmat, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati karena orang percaya diutus ke dalam kandang serigala. Namun besar upah bagi setiap orang percaya yang menaati Mandat Agung Tuhan Yesus Kristus. Gereja yang taat untuk pergi memberitakan Injil kepada dunia yang terhilang membuatnya layak menjadi imam-imam yang akan memerintah bersama-sama dengan Kristus dalam Kerajaan 1000 tahun damai dan memerintah sebagai orang-orang yang berkemenangan, One in Victory with Christ. (Why. 20:6). (jrp)