• KEBAHAGIAAN SEJATI HANYA DI DALAM TUHAN (1)
  • Mazmur 84
  • Lemah Putro
  • 2024-03-29
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1546-kebahagiaan-sejati-hanya-di-dalam-tuhan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
Kebahagiaan-sejati-hanya-di-dalam-Tuhan

Shalom,

Kalau teringat kematian Yesus 2.000 tahun lalu, Maria, ibu Yesus, beserta perempuan-perempuan lain juga murid-murid-Nya pasti menangis tidak habis-habisnya karena dukacita yang mendalam. Bagaimana dengan kita sekarang yang memperingati hari kematian Yesus? Apa kaitan kematian Yesus dengan Mazmur 84 yang kita bahas saat ini?

Sebelum mempelajari lebih lanjut kita harus memiliki Firman Tuhan yang menjadi landasan hidup pribadi, nikah dan rumah tangga kita seperti tertulis dalam 1 Korintus 15:1-4, “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan asal kamu teguh berpegang padanya seperti yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu yaitu apa yang telah kuterima sendiri ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci;”

Jadi kematian dan kebangkitan Yesus terjadi sesuai dengan Kitab Suci. Ia mati di atas kayu salib kemudian diturunkan dan dikapani dengan kain lenan putih bersih lalu dibaringkan di kuburan baru di dalam bukit batu milik Yusuf Arimatea dan batu besar menutup pintu kubur itu (Mat. 27:57-60). Kalau kematian dan kebangkitan- Nya tidak sesuai Kitab Suci, sia-sialah ibadah kita karena tidak mengandung keselamatan dan kehidupan kekal.

Saat itu Kitab Suci yang dimaksud adalah Kitab Perjanjian Lama karena 27 gulungan Perjanjian Baru belum ada. Kini kita mempunyai Kitab Suci lengkap baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dan kelahiran Yesus ditulis dalam 3 Injil Sinopsis (Matius, Markus, Lukas) sesuai Kitab Suci.

Lalu apa kaitan Mazmur 84 dengan kematian Yesus? Ternyata kebahagiaan sejati hanya ada di dalam Tuhan Yesus. Bukankah setiap dari kita memerlukan dan mencari kebahagiaan dalam nikah dan rumah tangga kita bahkan dalam setiap aspek kehidupan kita (sekolah, pekerjaan, bermasyarakat). Benarkah kekayaan, pendidikan dan kedudukan tinggi dapat menjamin kita berbahagia di luar Tuhan? Ingat, kebahagiaan sejati hanya ditemukan di dalam Tuhan Yesus.

Kebahagiaan apa yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus menurut Mzmur 84?

  • Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah Tuhan (ay. 5).
  • Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Tuhan (ay. 6).
  • Berbahagialah manusia yang percaya kepada Tuhan (ay. 13).

Kita akan berbahagia bila kita percaya Tuhan dan diam di dalam rumah-Nya namun Tuhan yang mana karena nenek moyang kita, bangsa kafir, penyembah berhala. Ternyata Kitab Suci menjelaskan bahwa Ia adalah Kristus yang telah mati karena dosa-dosa kita. Allah datang berinkarnasi menjadi manusia Yesus untuk menyelamatkan kita. Tiga hari kemudian Ia bangkit dan menyatakan diri kepada murid-murid-Nya dan kebangkitan-Nya juga sesuai Alkitab.

Apa yang dikatakan Yesus menjelang ajal-Nya tiba? “Sesudah itu karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci –:"Aku haus!" Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang yang telah dicelupkan dalam anggur asam pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yoh. 19:28- 30)

Di atas kayu salib, Yesus memohon Bapa-Nya mengampuni mereka yang telah menyalibkan-Nya (Luk. 23:34)

juga berjanji kepada penjahat yang bertobat bahwa dia akan ada bersama-Nya di Firdaus (ay. 43).

Seusai melepas dahaga dengan meminum anggur asam, Yesus mengatakan “sudah selesai” lalu menyerahkan nyawa-Nya. Apa yang telah dimulai dan diselesaikan oleh-Nya? Perlu diketahui Yesus adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir (Why. 1:8; 21:6; 22:13). Di awal-awal pekerjaan-Nya Ia mengadakan banyak mukjizat seperti air menjadi anggur, menenangkan angin ribut, mengusir roh jahat, menyembuhkan si sakit, menghidupkan orang mati dll.

Yesus (Logos) mengawali pekerjaan-Nya menjadi manusia dikandung dalam rahim Maria, ibu-Nya, dan kelahiran-Nya disaksikan oleh gembala-gembala yang diberitahu oleh malaikat-malaikat. Sesuai dengan tradisi orang Yahudi, umur delapan hari Ia disunat dan diberi nama Yesus (Luk. 2:21). Umur 40 hari, Ia diserahkan kepada Tuhan setelah ibu-Nya ditahirkan dari melahirkan anak (ay. 22-24).

Yesus tetap dalam asuhan orang tua-Nya (Yusuf-Maria) dan bertambah besar, kuat, penuh hikmat (ay. 40). Ketika berumur 12 tahun, Ia menginjakkan kaki ke Bait Allah di Yerusalem merayakan Paskah (ay. 42). Tanpa disadari orang tua-Nya, Ia tetap berada di Bait Allah dan baru ditemukan setelah pencarian selama tiga hari. Ketika ibu-Nya mencetuskan kecemasan atas kehilangan-Nya, Yesus menjawab, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (ay. 49)

Terbukti Yesus memikirkan pekerjaan Bapa Surgawi dan sudah memiliki keterikatan dengan pelataran karena adanya kurban-kurban persembahan. Minimal Yesus ke Bait Allah 18 kali (tiap tahun sekali dari umur 12 – 30 tahun).

Introspeksi: seberapa jauh kita membaca dan menyelidiki Alkitab sejak kita menerima Yesus? Benarkah kita mengenal rumah Bapa Surgawi di mana kita akan berdiam di sana?

Sesuai peraturan Yahudi, umur 30 tahun Yesus baru muncul mengajar di depan umum. Ia memberitakan pertobatan karena Kerajaan Allah sudah dekat. Dalam pelayanan-Nya di dunia selama ± 3½ tahun, minimal Yesus mengikuti ibadah Paskah di Bait Allah sebanyak tiga kali. Apa yang dilakukan-Nya berkaitan dengan Bait Allah? Kali ini Ia tidak hanya melihat tetapi bergerak mengobrak-abrik pedagang ternak dan penukar uang serta mengusir mereka keluar dari bait Allah sebab mereka telah membuat rumah Bapa-Nya menjadi tempat berjualan (Yoh. 2:14-16).

Bagaimana rasa peduli kita terhadap rumah Allah/gereja kita? Apakah kita cuek dengan kondisi dan situasi yang terjadi di gereja? Bahkan ikut terlibat “berdagang mencari keuntungan pribadi” di dalam gereja sehingga kita tidak fokus mencari dan menemukan Tuhan di dalam gereja?

Sikap tegas Yesus menyucikan Bait Allah mendapat tantangan dari orang-orang Yahudi yang meminta Yesus menunjukkan kepada mereka tanda apa yang membuat-Nya berhak bertindak seperti itu (Yoh. 2:18). Yesus menjawab, ”Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (ay. 19) Saat itu pekerjaan Yesus belum selesai dan Ia mengakhirinya di kayu salib dengan mengatakan, “Sudah selesai.” (Yoh. 19:30) Apa yang sudah diselesaikan-Nya? Ia mengurbankan tubuh-Nya sebagai Bait Allah (Yoh. 2:21) dan sekarang kita semua adalah Bait Alah (1 Kor. 3:16) yang membutuhkan pengayoman dan bimbingan yang baik.

Singkatnya, saat berumur 12 tahun, Yesus merasa wajib berada di Rumah Bapa-Nya; umur 30 tahun Ia menyucikan Bait Allah yang adalah milik Bapa-Nya. Lebih dewasa Ia lebih mengerti, lebih lama masuk gereja lebih paham bahwa Rumah Allah diperuntukkan buat sembahyang bukan dijadikan goa penyamun.

Jawaban Yesus membuat orang-orang Yahudi makin marah dan mulailah ada upaya untuk membunuh-Nya. Seandainya Yesus tidak mengatakan ‘rombak Bait Allah”, Ia akan tetap dikenang sebagai nabi dan orang hebat yang mampu mengadakan mukjizat-mukjizat. Namun demi menegakkan kebenaran Firman Allah, Ia sangat menyayangkan Rumah Bapa-Nya menuju kehancuran oleh karena transaksi jual beli dan perkara-perkara najis di dalamnya. Apa konsekuensinya? Orang Yahudi menghukum-Nya dengan tidak adil dan Ia disalibkan walau tidak ada kesalahan sedikitpun pada-Nya. Siapa yang menyalibkan-Nya? Justru orang-orang yang pandai tentang Kitab Suci.

Dalam penderitaan hebat saat Yesus disalib, ada satu penjahat yang menyadari kesalahannya percaya bahwa Yesus akan datang sebagai Raja (Luk. 23;42). Pemikirannya jauh ke depan karena dia percaya pada Yesus.

Aplikasi: jika kita percaya kepada Yesus, kita akan memiliki pandangan jauh ke depan bukan pada perkara- perkara duniawi bersuasanakan duka penuh tangisan. Masih ingat ketika banyak perempuan menangisi dan meratapi Dia, Yesus mengingatkan mereka untuk tidak menangisi Dia tetapi menangisi diri sendiri (Luk. 23:27- 28)? Mengapa? Tanpa Yesus, mereka (juga kita) pasti binasa.

Yesus harus melakukan tindakan kebenaran ketika diperhadapkan dengan ketidakbenaran. Apakah kalah? Di hadapan dunia salib dianggap suatu kebodohan tetapi bagi kita salib adalah kekuatan yang menyelamatkan (1 Kor 1:18). Justru karena salib, dosa dan pelanggaran kita dihapus, kita menjadi ciptaan baru dan yang lama berlalu (2 Kor. 5:17).

Pemazmur bani Korah mengatakan, “Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah dan burung layang-layang sebuah sarang tempat menaruh anak-anaknya pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!” (ay. 3-4)

Hendaknya kita juga merindukan “pelataran” yakni rindu akan pengampunan dosa. Bagaimana mungkin burung pipit mendapatkan rumah di dekat mazbah di pelataran tempat membakar semua kurban? Ternyata Bapa Surgawi menghargai burung pipit yang tidak dipandang oleh siapa pun apalagi terhadap kita (Luk. 12:7).

Burung pipit menggambarkan hidup nikah yang harus dekat dan menyatu dengan mazbah Tuhan. Bila kita menginginkan perjalanan hidup nikah yang baik, hendaknya kita mendekatkan diri pada kurban-Nya. Sementara burung layang-layang yang mendapat sarang untuk menaruh anaknya menggambarkan buah nikah. Baik kehidupan nikah maupun buah nikah mendapat perlindungan, keselamatan dan pengayoman dari kurban Yesus.

Aplikasi: anak-anak hasil buah nikah harus diajarkan kebenaran Firman Tuhan sejak dini agar mereka tumbuh kembang mengenal Tuhan dan suka berdiam di dalam rumah-Nya. Demikian pula kehidupan muda harus dibimbing agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang merusak kekudusan hidup.

Apakah kita mencari kebahagiaan hidup nikah maupun buah nikah kita? Kita menemukannya hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Amin.