YESUS MENYERAHKAN DIRI GANTI KITA

Yohanes 18:1-14

 

Lemah Putro, Minggu, 18 Oktober 2020

Pdm. Jusak Pundiono

 

 

Shalom,

Adanya relawan-relawan dari pejabat negara sampai masyarakat yang menyerahkan diri menjadi relawan uji klinis vaksin COVID-19 menimbulkan secercah harapan apalagi kemudian uji klinis vaksin tersebut berhasil. Sebenarnya Virus COVID-19 bukan hal baru (bnd. Phk. 1:9) tetapi merupakan akibat kerusakan dari sistem dunia oleh karena manusia menjalankan hidup yang rusak dan jahat karena virus dosa (Kej. 6:5). Namun Alkitab menyatakan di tengah dunia yang rusak, kacau balau dan banyaknya kejahatan serta penderitaan masih ada harapan karena ada Seorang yang menyerahkan diri ganti manusia seisi dunia sehingga mereka yang percaya tidak lagi binasa karena virus dosa. Siapakah Orang ini? Itulah Yesus.

Sebelum kita membahas lebih jauh, ayat kuncinya terdapat di Yohanes 18:12-14, “Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas karena Hanas adalah mertua Kayafas yang pada tahun itu menjadi imam besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.”

Bila Yesus telah menyerahkan Diri-Nya menggantikan kita, apa yang harus kita perbuat jika sedang menghadapi kejahatan, kesukaran dan penderitaan hidup?

  • Berpegang pada janji Yesus di dalam kelemahan kita (Yoh. 18:1-3)

Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.”

“Setelah Yesus mengatakan semuanya itu”, apa yang telah dikatakan-Nya? Ia mengatakan janji-janji-Nya yang tertulis mulai dari Yohanes 14 – 17 tentang:

  • Rumah Bapa. Jika sesuatu terjadi (kematian) sehingga kita meninggalkan dunia ini, kita pergi ke Rumah Bapa yang telah disediakan oleh Yesus (Yoh. 14:2-3).
  • Roh Penolong/Penghibur tinggal bersama kita selamanya. Roh Penghibur ini mendatangkan sukacita karena kita tidak ditinggalkan seorang diri (yatim piatu) setelah Ia kembali kepada Bapa-Nya (ay. 16-18). Roh Penghibur – Roh Kudus – menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
  • Doa bagi para murid juga kepada kita (orang percaya) supaya kita dilindungi dari yang jahat, dikuduskan, disatukan untuk menerima kemuliaan Allah dan dimiliki oleh-Nya di dalam Kristus dan Bapa.

Apa jaminannya agar kita beroleh janji-Nya? Dari pihak Yesus, Ia menyerahkan nyawa ganti kita.

Oleh sebab itu kita tidak perlu gentar menghadapi ancaman dan tantangan karena semua orang pasti menghadapinya tetapi kita harus meresponsnya beda sebab kita yakin akan janji-Nya dan Firman-Nya bekerja dalam kita.

Dari pihak kita, penerima janji, kita diuji seperti dialami oleh para murid. Mereka diajak Yesus masuk ke taman tempat mereka sering berkumpul. Bayangan kita sebuah taman adalah tempat yang menyenangkan dan nyaman untuk bersantai tetapi kali ini menjadi taman ujian.

Yesus membawa para murid masuk ke dalam taman ujian. Ia mengetahui kelemahan mereka maka Ia yang memimpin mereka masuk ujian dan tidak membiarkan mereka menghadapinya sendirian.

Apa reaksi kita saat berada di taman kehidupan yang biasanya nyaman tiba-tiba ditimpa ujian? Bila Yesus bersama kita, ada jaminan di dalam ujian kita mengalami janji-janji-Nya. Oleh sebab itu, apa pun kelemahan kita, tetaplah pegang janji-Nya.

Setiap kali kita menerima janji Tuhan dan mendengar Firman-Nya yang menimbulkan iman (Rm. 10:17), memang iman itu perlu diuji (Yak. 1:3) tetapi kita tidak sendirian sebab Yesus memimpin kita masuk ke dalam taman ujian itu. Dengan demikian, ujian tidak menjadikan kita lemah.

Apapun kelemahan kita, jangan kita menjadi orang Kristen tipe:

  • Yudas Iskariot yang juga tahu taman itu dan sering berkumpul di situ bersama murid-murid lainnya (Yoh. 18:2). Namun sayang ia luput dari janji Yesus karena ia telah meninggalkan Guru dan rekan-rekan sepelayanan sebelum Yesus mengutarakan janji-janji-Nya karena hatinya tidak percaya (Yoh. 13:27-30).

Implikasi: kita mungkin banyak bergaul dengan teman-teman Kristen – sering pelayanan dan KKR bersama – tetapi jangan sampai ketika muncul ketidakcocokan, ketidaksepikiran, tantangan dll. kemudian menolak solusi Firman Tuhan – berada di luar janji-janji Yesus –lalu kita putus asa dan mengambil jalan sendiri akhirnya mengkhianati Yesus.

  • Orang-orang yang bersekongkol dengan Yudas Iskariot itulah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang menyuruh prajurit dan penjaga Bait Allah (ay. 3). Mereka mempunyai jabatan dan pengaruh kuat dalam gereja bahkan tahu Alkitab dan berkhotbah tetapi malah bergabung dengan prajurit dan penjaga Bait Allah untuk menangkap

Implikasi: jangan sampai terjadi kita pernah mengenyam kekristenan, tetapi karena kebencian, iri hati, dsb. kemudian meninggalkan pelayanan bahkan mencampakkan kekristenan kemudian ikut-ikutan mencari kesalahan iman Kristen, kesalahan Alkitab yang ujung-ujungnya mencari kesalahan Pribadi Yesus. Untuk itu kita harus mendoakan pemimpin-pemimpin rohani dan mengimani Ia yang sudah berkurban bagi kita.

  • Beriman bahwa Yesus selalu ada bagi kita (ay. 4-9).

Apapun yang terjadi, kalau kita memiliki pengalaman nyata bersama Yesus, kita akan bertahan dalam iman. Oleh karena itu kita harus mengenali dan mengalami secara pribadi siapa Yesus bagi kita.

Yesus yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya bertanya kepada mereka yang mau menangkap-Nya, “Siapakah yang kamu cari?” Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya kepada mereka: “Akulah Dia (Ego Eimi).” (ay. 4-5)

Dalam tata bahasa Yunani “ego eimi” bersifat kata kerja kini aktif indikatif (terus menerus berlangsung dan terjadi), maksudnya “Akulah yang selalu ada” menunjukkan keberadaan-Nya sejak dari kekekalan. Dengan kata lain, Yesus telah mengetahui pekerjaan penyelamatan manusia sejak dari kekekalan; berarti Ia sudah mengetahui apa yang akan menimpa para murid juga kita. Ini menjadi penghiburan bagi kita saat menghadapi masalah yang berlangsung hanya sepenggal dari sepanjang waktu yang telah diketahui-Nya sejak dahulu kala.

Natanael mengalami pengalaman unik bersama Yesus dari Nazaret (Yoh. 1:45-48). “Yesus yang selalu ada” mengetahui Natanael sejak awal dan melihatnya sebagai orang Israel sejati alias tidak ada kepalsuan/kemunafikan dalam dirinya. Dampaknya, Natanael mengalami hal-hal yang lebih besar dalam mengiring Yesus (ay. 49-50).

Aplikasi: hendaknya kita datang kepada Yesus apa adanya sebab Ia tahu apakah kita Kristen sejati atau penuh kepalsuan/kemunafikan. Yang dibutuhkan ialah kita datang kepada-Nya dengan jujur dan mengakui kelemahan kita agar diubahkan terus menerus untuk mempunyai pengalaman pribadi dengan-Nya. Memang proses keubahan umumnya terjadi melalui ujian dan tantangan menyangkut kesehatan, ekonomi, keamanan dll. tetapi di dalamnya ada kebaikan untuk mengerjakan hidup kita asal kita terus percaya serta mengikuti Dia jejak demi jejak hingga kita mengalami perkara-perkara besar bersama-Nya yang selalu ada bagi kita.

Apapun yang terjadi bahkan dalam situasi pandemi ini, kita harus beriman dan memiliki pengalaman pribadi bahwa “Yesus selalu ada bagi kita” sebagai roti hidup (Yoh. 6:35,48), terang dunia (Yoh. 8:12), Pintu (Yoh. 10:9), Gembala yang baik (Yoh. 10:11), kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25), jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6) yang membuka akses kepada Bapa, pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1) tempat kita tertancap untuk berbuah banyak. Kita bersukacita dan hidup dalam kasih Allah untuk saling mengasihi (Yoh. 16:9-12).

Jangan kita bersikap seperti para prajurit dan penjaga Bait Allah yang mundur dan jatuh ke tanah ketika mendengar Yesus mengatakan, “Akulah Dia.” (ay. 6) Mereka merepresentasikan orang-orang non-Kristen atau sekadar beragama Kristen yang takjub dan tercengang pada kejadian supranatural agamawi sesaat saja tetapi tidak mengenal Sumber supranatural yang benar yaitu Yesus. Waspada, jangan kita sibuk dengan pelayanan- pelayanan agamawi walau ada keajaiban-keajaiban sebab sikap semacam ini membahayakan dan dapat menjebak kita karena tidak membuat kita beriman. Sebaliknya, pastikan kita adalah pribadi Kristen yang percaya bahwa Yesus selalu ada bagi kita dan siap menyerahkan diri ganti kita bahkan menjamin tidak seorang pun dari kita binasa (ay. 7-9).

Aplikasi: marilah kita membongkar memori pengalaman kita bersama Tuhan yang akan menguatkan serta meneguhkan iman kita sebab Ia selalu ada dan menjamin tidak ada seorang pun binasa.

Ketika menghadapi sesuatu yang tidak enak, apa yang harus kita lakukan?

  • Bertindaklah sesuai teladan Yesus walau terancam (ay. 10-11).

Apa yang Simon Petrus lakukan terhadap hamba imam besar, Malkhus, yang mau menangkap Yesus? Dia menghunus pedang dan menetakkan telinga Malkhus hingga putus telinga kanannya. Di sini disebutkan nama Simon Petrus. Simon adalah nama kelahiran yang diberikan dari orang tua sementara Petrus (Kefas) nama pemberian dari Yesus (Yoh. 1:42). Bagi orang Yahudi, nama menunjukkan karakter yang diharapkan oleh orang tua sesuai dengan arti nama tersebut.

Petrus memiliki dua nama: Simon bercirikan karakter lama/daging sedangkan nama Petrus diperolehnya setelah ia percaya kepada Yesus dan menerima karakter Allah.

Saat terancam, karakter mana yang muncul? Ternyata karakter manusia daging sebab Simon Petrus menggunakan cara-cara duniawi yaitu menghunus pedang. Sebelumnya Petrus begitu percaya diri mau menyerahkan nyawanya bagi Yesus (Yoh. 13:36-38) tetapi ketika berhadapan dengan ancaman, dia tidak menunjukkan perilaku karakter Kristus dan kelahiran baru.

Yesus menyuruh Petrus menyarungkan pedang dan mengatakan bahwa Ia harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Nya (ay. 11). Dengan kata lain, Ia rela menyerahkan diri masuk dalam penderitaan untuk mati disalib. Hendaknya kita meneladani Yesus walau harus menderita dengan menahan nafsu daging (tidak menggunakan uang, kekuasaan, kepandaian, kedudukan dll.) untuk menjadi saksi sebagai murid-Nya sehingga orang-orang mendengar dan melihat hal-hal besar tentang Yesus dari Nazaret melalui tindakan kita.

Introspeksi: karakter mana yang lebih dominan saat kita merasa terancam? Karakter daging/duniawi atau karakter Kristus? Kita adalah hamba Imam Besar Yesus, sudah sepantasnya kita berkarakter imam Surgawi (Why. 1:5-6) dengan menjaga perilaku terhadap sesama yang berbuat jahat. Kita harus rela mengalami seperti Yesus – Imam Besar – yang menyerahkan diri ganti kita (yang jahat) juga ganti sesama yang berbuat jahat kepada kita, menimbulkan kesaksian baik dan Nama-Nya ditinggikan. Jangan malah menggunakan pedang pembelaan diri menurut cara duniawi membuat banyak telinga terpotong – melumpuhkan kesempatan – sehingga tidak dapat mendengar kesaksian tentang Yesus yang mati untuk menyelamatkan dan mengubahkan kita. Jangan sikap dan perilaku kita justru membuat mereka menutup telinga hati dan menolak Yesus sebagai Juru Selamat dunia!

Setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus menulis surat dan mengingatkan agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi memberkati karena untuk inilah kita dipanggil. Kita harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya (1 Ptr. 3:8-12).

Marilah kita menjadi seorang imam dan murid yang memiliki karakter Yesus, meneladani Dia walau harus menderita sehingga orang boleh melihat Yesus selalu ada bagi kita dan mengerjakan hal-hal besar dalam kita. Apapun yang terjadi, cerminkan Yesus yang sudah menyerahkan diri bagi kita. Dengan demikian mereka percaya akan perbuatan Allah yang besar dan ajaib dan Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI