• JIKA KITA MASIH DIBERI KESEMPATAN
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php

Aku membuka mataku,… hari masih pagi sekali…

“Yesus ….” gumamku, “terima kasih untuk kehidupan dan untuk hari yang baru ini…”

Hari-hari gelap yang kita lewati belum juga berakhir. Sudah lebih dari 1½ tahun pandemi melanda negeri kita dan masih belum berakhir pula. Kadang-kadang tampak titik terang dengan diadakannya vaksinasi tetapi menjadi gelap lagi ketika mendengar beberapa meninggal walau sudah divaksinasi. Setelah diselidiki ternyata mereka tidak hati- hati mengandalkan vaksinasi sebelum imunitas tubuh terbentuk sempurna. Ada yang pro ada pula yang kontra. Beberapa pakar kesehatan meramalkan pandemi masih akan berlangsung 3 atau 4 tahun lagi walau beberapa mengatakan akan segera berakhir. Semuanya serba tidak menentu. Di negara-negara yang awalnya sudah tampak aman kini keberadaan virus merebak lagi.

Teringat olehku beberapa bulan lalu ketika dalam beberapa hari berturut-turut menerima berita duka baik dari sahabat maupun dari kerabat. Beberapa karena COVID dan beberapa karena penyakit lain. Begitulah isi dunia ini. Semua ditandai dengan penderitaan, dukacita dan ketidakpastian. Kapankah tiba giliran kita untuk menghadap- Nya? Tak seorang pun dapat memprediksinya. Ia memiliki semua wibawa dan ketentuan. Sudahkah kita siap untuk menghadapinya? Menghadapi wibawa dan ketentuan Allah?

 

Teringat olehku mereka yang tampak belum siap tetapi telah dipanggil pulang sebelum sempat melakukan apa- apa bagi Tuhan. Ada pula yang menyadari dan menyesali bahwa ia belum melakukan sesuatu yang menyenangkan Tuhan dan berbuat kasih kepada sesama ketika ia dalam keadaan kritis di rumah sakit. Kemudian ia berjanji kepada Tuhan bahwa apabila disembuhkan, ia akan menyerahkan diri dan akan berbuat amal. Ia menyadari betapa banyak kesempatan yang diberikan kepadanya untuk melayani-Nya dan betapa banyak kebaikan yang sebenarnya dapat dia lakukan kepada sesama di waktu lampau namun selalu tertunda karena kesibukan bagi diri sendiri. Kini dia menyadari betapa singkatnya hidup manusia di dunia ini dan betapa cepatnya kesempatan dan waktu berlalu.

Dapat dikatakan mereka sangat beruntung jika doa mereka yang sungguh-sungguh di saat kesesakan dijawab oleh Tuhan dan mereka masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup baru yang diperkenan Tuhan. Kadang- kadang kita melihat juga sisi baik dari pandemi ini karena COVID dapat membuat keluarga kembali menjadi satu dengan seringnya berkumpul di rumah dan berkesempatan untuk saling mengasihi dan berdoa bersama. Sebaliknya ada pula yang mengalami pengalaman “Orang Kaya dan Lazarus si Pengemis” yang mana pengemis akhirnya masuk ke Surga di pangkuan bapak Abraham dengan penuh kebahagiaan sedangkan si kaya yang semasa hidupnya mempunyai banyak kesempatan untuk memberikan remah-remah kepada Lazarus tetapi tidak melakukannya menderita di neraka dan sangat menderita. Saat itu penyesalan datang tetapi telah terlambat, betapa sayangnya! Kegiatan bersifat sementara saat kita hidup di dunia fana ini ternyata membawa dampak pada kebahagiaan kekal di Surga atau siksaan yang kekal di neraka.

Teringat olehku ketika seorang dosen bertanya kepada para mahasiswanya, “Jika kamu diberi uang sebanyak Rp.240.000 setiap hari selama jangka waktu tertentu dan kamu boleh menghabiskannya dengan bebas, apa yang akan kaulakukan dengan uang itu? Sebagian siswa menjawab, “Ditabung Pak untuk beli rumah!”….. “Oh tidak boleh ditabung”, kata pak dosen, “uang itu harus dihabiskan hari itu juga untuk sesuatu yang kau anggap berguna. Bila tersisa, uang itu harus dikembalikan. Jika kau hanya dapat menghabiskan sebanyak Rp. 100.000 maka Rp.140.000 harus kau kembalikan. Kemudian besoknya kau akan diberi Rp. 240.000 rupiah lagi hingga waktu yang telah ditentukan.” Sebagian siswa bergumam, “Dibelikan makanan, pakaian……” dan lain-lain lagi. Akhirnya beliau menjelaskan, “Setiap hari Tuhan memberi kita 24 jam untuk kita gunakan dan menghasilkan sesuatu. Kita dapat menggunakannya untuk sesuatu yang baik dan memuliakan Tuhan namun kita juga dapat menghabiskannya untuk keuntungan dan kesenangan diri sendiri. Semua tergantung pada apa yang kita tentukan. Mungkin kita tidak melakukan apa-apa hanya bermalas-malasan dan bersantai saja sehingga waktu terbuang dengan sia-sia tetapi pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita perbuat di hadapan Tuhan.”

Pagi itu tiba-tiba hatiku dipenuhi dengan ucapan syukur tak terhingga. Air mataku berlinang-linang merasakan kebaikan, kemurahan, kasih, pemeliharaan dan perlindungan-Nya saat pandemi ini. Terutama aku begitu berterima kasih masih diberi kesempatan walau tidak tahu berapa lama. “Terima kasih Tuhan untuk kehidupan, untuk napas yang masih Kau berikan, untuk kesehatan dan hari baru yang penuh harapan….” ucapku setiap bangun pagi. Sungguh aku tidak tahu kapan akan dipanggil Tuhan (hanya Ia yang tahu) namun setidak-tidaknya saat ini aku masih hidup dan mempunyai kesempatan untuk menggunakan waktu yang diberikan padaku. Hatiku penuh dengan kedamaian-Nya. Aku merasakan hari-hari yang diberikan padaku adalah kesempatan yang sangat berharga untuk melayani-Nya yang mungkin tak akan terulang lagi. Tiap hari, jam dan detik merupakan kesempatan yang begitu berharga untuk menyenangkan-Nya.

Sempat aku menyayangkan mengapa aku tidak menyadarinya di waktu-waktu lalu sehingga banyak waktu terbuang begitu saja tanpa menghasilkan apa-apa.

Aku mulai membuka catatan harianku, menulis apa-apa saja yang mungkin dapat kulakukan bagi Dia dan bagi sesama paling sedikit berdoa bagi mereka yang saat ini sakit. Aku menelpon teman-teman yang sedang sakit, menghibur mereka yang sedang mengalami dukacita dan kecemasan serta melakukan apa pun yang mampu kulakukan. Yang terutama ialah aku makin berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Aku tiba-tiba merasakan kerinduan besar untuk menggunakan dengan maksimal anugerah-anugerah serta talenta- talenta yang diberikan padaku. Aku tahu untuk melakukan itu tidaklah mudah. Banyak kali usaha yang kulakukan tampak sia-sia. Aku merasakan begitu banyak hambatan dan kegagalan dalam hidup ini ketika aku berusaha dengan kekuatan diri sendiri. Seketika aku teringat kembali Roma 8:28 yang mengatakan bahwa Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebagai manusia, aku merasa begitu tidak mampu dan penuh kekurangan lalu memohon Allah untuk selalu bekerja sama denganku dan memberiku kemampuan. Hambatan dan kegagalan mungkin saja datang dari iblis, dari kelemahan diri sendiri atau ancaman dari luar tetapi bersama Tuhan semua akan berakhir dengan kebaikan.

Israel adalah bangsa yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Tuhan (walau sering penuh kekurangan). Ketika kehancuran mereka direncanakan oleh raja Balak dengan meminta Bileam untuk mengucapkan kutukan baginya, Tuhan malah membaliknya menjadi ucapan berkat. Maria, Marta dan Lazarus adalah tiga bersaudara yang dikasihi dan mengasihi Tuhan. Ketika dukacita menimpa keluarga tersebut begitu dalam dan secara manusia mustahil ditolong ternyata Tuhan membuatnya berakhir dengan indah dan ajaib karena Lazarus yang telah mati 4 hari dibangkitkan kembali. Jika kita mengingat kehidupan Yusuf yang selalu menggunakan waktu dengan baik, berbuat baik saat dijual, saat bekerja di Potifar, bahkan saat dipenjara, Tuhan akhirnya memuliakan dia setelah ketidakadilan ditimpakan padanya. Kepada saudara-saudaranya ia berkata, “Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan ……” (Kej. 50:20). Dari kata-katanya, ia tak pernah menghabiskan waktu untuk membenci atau membalas kejahatan saudara-saudaranya.

Aku menyadari sebagai manusia kita rentan untuk melakukan dosa dan pelanggaran. Namun karena Allah mengasihi kita dan kita pun selalu berusaha untuk mengasihi Dia, keadaan terjelek pun dapat diubah-Nya menjadi keuntungan dan kebaikan. Heran, yang mustahil menjadi mungkin terjadi!

Aku berterima kasih kepada-Nya untuk dua ayat yang meneguhkan tulisanku ini: “Dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.” (Ef. 5:16) juga “…supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia tetapi menurut kehendak Allah.” (1 Ptr. 4:2)

Kita yang saat ini masih hidup, marilah kita menggunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Yakinlah hal ini tidak akan merugikan kita karena kita akan mendapatkan kebahagiaan dan upah yang kekal!

Selalu untuk-Mu selalu untuk-Mu, Tuhan dan Rajaku, Semua yang kuperbuat, baik siang dan malam, selalu untuk-Mu Segenap hidupku adalah milik-Mu, untuk kemuliaan-Mu Sampai ku tua nanti, sampai di Sorga nanti, Selalu untuk-Mu…. (VS)