• 'TETAP BERJAGA-JAGA SUPAYA TIDAK DIPERALAT IBLIS'
  • Lukas 22:1-6
  • Johor
  • 2022-04-03
  • Pdm. Jannen Pangaribuan
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1104-tetap-berjaga-jaga-supaya-tidak-diperalat-iblis
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Waktu berjalan begitu cepat dan tanpa terasa kita sudah memasuki minggu prapaskah dan mempersiapkan diri untuk memperingati hari Paskah. Kita tahu Paskah adalah peringatan mengenai peristiwa besar dalam kehidupan umat Israel yang mana mereka sudah dilepaskan dari tanah Mesir dengan tangan Allah yang teracung. Allah menyuruh umat Israel keluar dari Mesir ke padang gurun untuk beribadah kepada-Nya tetapi Firaun tidak mengizinkan sehingga Ia mengirimkan 10 tulah. Firaun tetap mengeraskan hati hingga terjadi kematian semua anak sulung di tanah Mesir termasuk anak sulung Firaun dan segala anak sulung hewan pada tulah ke-10 (Kel. 11:5). Sebaliknya, umat Israel mengalami keluputan karena di ambang pintu rumah mereka sudah dilabur darah anak domba (Kel. 12: 7, 13). Hari besar ini diperingati sebagai Hari Paskah dan mereka merayakan dengan makan roti tdak beragi selama tujuh hari (Kel. 12:15). Sejak itu bangsa Israel memperingati hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daud (Ul. 16:16-17).

Ketika umat Israel tiba di Kanaan, mereka harus beribadah di tempat yang ditunjuk oleh Tuhan itulah Bait Suci di Yerusalem di mana seluruh orang Israel dari segala penjuru datang ke sana untuk memperingati tiga perayaan itu tiap tahun. 

Di zaman Yesus, saat orang-orang Israel datang berkumpul di Yerusalem hendak merayakan hari raya Roti Tidak Beragi (Paskah), imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat merancang konspirasi jahat untuk membunuh Yesus tetapi mereka takut kepada orang banyak (Luk. 22:1-2). Bagaikan anak domba yang dikurung selama 4 hari sebelum disembelih pada hari ke-14, demikian pula Yesus, Anak Domba Allah, dikurung oleh konspirasi jahat dan tinggal menunggu waktu dan cara bagaimana dapat dibunuh tanpa ada keributan. Jalan itu terbuka ketika Iblis mengilhami Yudas Iskariot dengan rencana jahat bagaimana Yesus dibunuh diam-diam. Yudas menjadi pengkhianat dan menjual Gurunya yang berakhir dengan kematian-Nya disalib. Peristiwa ini merupakan kegenapan Firman bahwa Yesus, Anak Domba Paskah, disembelih dan darah-Nya yang mahal melabur hati kita sehingga hati nurani kita disucikan dari perbuatan-perbuatan jahat supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup (Ibr. 9:14). Semua ragi keburukan serta kejahatan dibuang dan kita menikmati pesta dengan roti tidak beragi yaitu kemurnian dan kebenaran (1 Kor. 5:8). Sebaliknya, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat berpesta ketika niat jahat mereka terealisasi melalui Yudas Iskariot yang menjual Gurunya.

Perhatikan, kalau kita mempertahankan (ragi) kejahatan, kita tidak dapat beribadah kepada-Nya walau tampak dari luar kita bernyanyi memuji Dia tetapi di mata Tuhan apa yang kita lakukan hanyalah sekadar ritual dan liturgi belaka. 

Mengapa imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat berencana membunuh Yesus? Peristiwa itu terjadi ± 2 hari sebelum Paskah (Mat. 26:2; Mrk. 14:1). Mengapa kegiatan Yesus harus dihentikan? Yesus sudah cukup terkenal saat itu, Ia melayani dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah (Luk. 8:1) juga mengadakan mukjizat-mukjizat dan orang banyak datang berbondong-bondong mendengarkan Dia dan percaya kepada-Nya bahkan ada pula ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang percaya kepada-Nya dengan diam-diam.

Ketenaran Yesus membuat imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi takut sebab dikhawatirkan semua orang mengikut Yesus kemudian Ia tampil sebagai raja yang memimpin pemberontakan terhadap orang- orang Roma. Jika hal itu terjadi, orang-orang Romawi akan menyerang dan menawan serta merebut Bait Suci mereka (Yoh. 11:45-48). Tampaknya mereka sangat trauma akan masa lalu bagaimana bangsa Israel dibuang ke Asyur dan ke Babel juga Bait Allah dihancurkan dan perabotan-perabotan di dalamnya diambil.

Oleh karena kekhawatiran, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan salah satu dari mereka, Kayafas, imam besar, mengatakan lebih berguna satu orang mati untuk bangsa mereka daripada seluruh bangsa mereka binasa (ay. 49).

Tampak begitu jelas kekhawatiran mereka lebih disebabkan karena iri hati melihat Yesus mengerjakan mukjizat- mukjizat luar biasa, hikmat-Nya mengalahkan mereka berkali-kali bahkan pertanyaan-pertanyaan mereka yang menjebak dapat dijawab-Nya dengan tepat. Mereka menyadari bahwa agama yang mereka pegang selama itu dikoreksi habis dan “ditelanjangi” oleh Yesus. Itu sebabnya mereka harus menghentikan kegiatan Yesus. Ironis, mereka tidak mau bertobat hanya takut kepada orang banyak – mereka lebih takut kepada manusia ketimbang Tuhan. Mereka mempertahankan status quo dan kenyamanan mereka kemudian mewujudkan rencananya dengan pertolongan seorang pengkhianat.

Bagaimanapun juga semua rancangan jahat yang sudah dipersiapkan oleh orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala ada di dalam kedaulatan Allah. Ia menggunakan rencana jahat ini untuk suatu kebaikan yaitu penebusan. Hal ini pernah dialami oleh Yusuf. Saudara-saudaranya merancang konspirasi jahat kepadanya karena iri hati. Mereka membuang dia ke sumur kering, menjualnya kepada orang-orang Ismael, bekerja pada Potifar di Mesir, difitnah dan masuk penjara. Dia benar-benar menderita karena harus berpisah dengan orang-orang yang dikasihinya dan masuk ke daerah yang sama sekali tidak dikenalnya tetapi ia belajar berserah kepada Tuhan. Pada akhirnya dia diangkat menjadi penguasa (orang kedua) di Mesir dan menolong bangsa Mesir dari masa kelaparan. Bahkan dia menolong saudara-saudaranya yang kelaparan dan memboyong seluruh keluarga mereka beserta ayahnya untuk pindah ke Mesir dan tinggal di Gosyen. Terbukti dia tidak dendam dan membenci saudara- saudaranya bahkan menghibur mereka untuk tidak takut dan mengatakan walau apa yang mereka reka-reka adalah jahat tetapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan (Kej. 50:15-21). Sebagai seorang penguasa, Yusuf bisa saja memenjarakan saudara-saudaranya karena perbuatan jahat mereka tetapi tampak jelas ia konsisten dan integritasnya teruji.

Pembelajaran: mungkin kita mengalami konspirasi/persepakatan jahat yang membawa kita ke dalam kesengsaraan dan kesukaran tetapi ingat Allah yang berkuasa sanggup mengubahkan semuanya untuk kebaikan (Rm. 8:28).

Bagaimana dengan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat? Iblis memasuki Yudas lalu pergilah dia kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah berunding bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Tentu mereka sangat gembira karena rencana jahat mereka akan terlaksana (Luk. 22:3-6). Kesepakatan jahat sudah ditetapkan bagaikan domba yang sudah ditetapkan untuk dikurbankan dan tinggal menunggu tanggal pengurbanannya.

Siapa Yudas Iskariot ini? Dia seorang murid Yesus yang setiap hari bersama Gurunya – makan bersama-Nya dan susah-senang dilewati bersama. Namun ternyata hatinya mengalami korosi/karatan dan timbullah kejahatan yang dipelihara lalu berkembang menjadikannya pengkhianat.

Bagaimana proses perubahan pribadi Yudas Iskariot menjadi seorang pengkhianat?

  • Yudas dipercaya memegang kas alias menjadi bendahara (Yoh. 13:29). Dia dipercaya untuk membeli sesuatu untuk perayaan atau memberi sesuatu kepada orang miskin. Waspada jika kita diberi kepercayaan Tuhan, jangan sampai Iblis memperalat dengan apa yang baik itu.
  • Timbul keinginan untuk mencuri. Ketika Yesus diurapi dengan minyak narwastu yang sangat mahal, Yudas menganggapnya sebagai pemborosan dan mengatakan lebih baik minyak narwastu itu dijual dan uangnya (300 dinar) diberikan kepada orang-orang miskin. Hal ini bukan karena dia peduli orang-orang miskin tetapi karena keinginannya akan uang sebab ia adalah pencuri yang sering mengambil uang yang disimpan dalam kas (Yoh. 12:4-6).
  • Yesus memperingatkan Yudas Iskariot akan rencana pengkhianatannya tetapi reaksinya setelah menerima roti (tidak beragi) Yudas malah pergi untuk melaksanakan rencananya (Yoh. 13:2, 27). Seharusnya dia bersyukur mengalami kuasa Tuhan dengan makan roti tidak beragi (kebenaran dan kemurnian) tetapi dia menolaknya. Akibatnya dia kerasukan Iblis dan Yesus membiarkan dia segera melaksanakan rencananya.

Hati-hati jika kita memelihara sesuatu yang jahat atau ketidaktaatan walau tidak diketahui oleh siapa pun, di sanalah Iblis mendapatkan pintu masuk untuk memperalat kita. Bukankah karena ketidaktaatan maka Roh Tuhan undur dari Saul dan dia berencana membunuh Daud?

  • Setelah melihat Yesus dijatuhi hukuman mati, Yudas Iskariot menyesal, melemparkan uang perak ke dalam Bait Suci lalu menggantung diri (Mat. 27:3-5). Ternyata dia tidak bertobat setelah menyesali perbuatannya tetapi malah gantung diri.

Aplikasi: hendaknya penyesalan kita oleh karena koreksi Firman Tuhan membawa kita kepada pertobatan bukan kepada kebinasaan. Jangan sampai tipu daya dosa malah membuat hati kita keras sehingga tidak ada lagi saat untuk kembali kepada Tuhan (Ibr. 3:12-13).

Agar tidak terjebak oleh tipu muslihat Iblis seperti dialami oleh Yudas Iskariot, apa yang harus kita lakukan? Kita harus membuang semua ragi lama itulah ragi keburukan dan kejahatan (1 Kor. 5:7-8) keburukan (kakia) menunjuk pada karakter jahat yang harus dibuang. Mungkin orang lain melihat kita baik tetapi Tuhan mengetahui karakter kita sesungguhnya. Ragi kejahatan (poneros) dapat menyebabkan orang lain menderita dan tindakannya menghancurkan. Waspada, ragi kejahatan dapat mencemari siapa pun termasuk hamba Tuhan, bukankah anak- anak imam Eli disebut dursila karena mereka tidak mengindahkan TUHAN (1 Sam. 2:12)?

Setelah membuang ragi keburukan dan kejahatan, kita harus mengenakan roti tidak beragi itulah kemurnian dan kebenaran. Contoh: Rasul Paulus bermegah karena hati nuraninya dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah (2 Kor. 1:12). Dia tidak mencari keuntungan dari Firman Allah tetapi berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud murni atas perintah Allah (2 Kor. 2:17).

Selain kemurnian hati, kita juga harus mengenakan kebenaran (aletheia) dalam hati, perkataan, dan perbuatan. Ketika dalam diri kita ada kebenaran, semua kemunafikan dan kepalsuan akan sirna.

Bagaimana kita dapat mengetahui kebenaran? Jika kita tetap dalam Firman-Nya dan kebenaran itu akan memerdekakan kita (Yoh. 8:30-32).

Aplikasi: tidak seorang pun tahu kondisi seorang hamba Tuhan tetapi Tuhan mengenal isi hati dan maksud pemberitaannya atas perintah Tuhan atau tidak, seperti Rasul Paulus memberitakan Firman Tuhan dalam kemurnian hati (2 Kor. 6:9). Juga kebenaran akan membebaskan sehingga dia dapat menjadi saksi Tuhan tanpa kemunafikan tetapi apa yang diperkatakan sama dengan apa yang ada dalam hatinya.

Hendaknya kita mempertahankan kemurnian hati dan berpegang pada kebenaran. Jangan mau diperalat oleh Iblis tetapi serahkan hidup kepada Tuhan untuk dipakai menjadi alat kebenaran. Amin.