• KONSEP KEPEMIMPINAN VERSI KERAJAAN SURGA
  • Lukas 22:24-38
  • Lemah Putro
  • 2022-04-17
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1114-konsep-kepemimpinan-versi-kerajaan-surga
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

 

Shalom,

Sementara dunia begitu banyak masalah, kita percaya akan Firman Tuhan yang kudus dan kekal maka kita berada di dalam kekudusan dan kekekalan berserta-Nya.

Sepertinya tema khotbah kali ini (“Konsep Kepemimpinan Versi Kerajaan Surga”) tidak ada sangkut pautnya dengan kebangkitan Yesus sebab masih bersifat konsep sedangkan kematian-kebangkitan Yesus 2.000 tahun lalu telah terjadi dan nyata adanya. Apa itu konsep? Rancangan, ide, gambaran yang digunakan akal budi untuk memahami peristiwa konkret yang belum terjadi. Misal: menghadapi pemilihan presiden di tahun 2024, pemerintah membuat konsep/rancangan bersangkutan dengan kepemimpinan presiden baru.

Bagaimana dengan konsep kepemimpinan Kerajaan Surga yang Tuhan inginkan?

Apakah cocok dengan peraturan dan budaya negara serta kerajaan di dunia? Lukas 22:24-38 menuliskan, “Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah- tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu sama seperti Bapa-ku menentukannya bagi-Ku bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan- Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel…..”

Saat itu Yesus sedang duduk makan bersama murid-murid-Nya menikmati Perjamuan Tuhan dengan makan roti yang dipecah-pecahkan dan minum cawan perjanjian baru oleh darah-Nya. Kemudian timbullah pertengkaran tentang siapa dari mereka yang dianggap paling besar. Tampaknya mereka lagi membicarakan konsep kepemimpinan sebab mereka tahu Yesus akan mati karena Yesus sendiri menjelaskannya kepada mereka tetapi mereka tidak kepikiran dan percaya Ia akan bangkit. Menurut tradisi, posisi kepemimpinan tidak boleh dibiarkan kosong tetapi harus ada penggantinya seperti Musa mati digantikan oleh Yosua. Mereka mulai memikirkan siapa nanti yang akan memimpin. Memang pemikiran seperti ini tidak salah dan lazim dilakukan untuk kelancaran pergantian kepemimpinan. Yesus mengetahui pembicaraan mereka (12 orang) dan Yudas Iskariot termasuk di dalamnya. Ia kemudian mengatakan bahwa mereka akan makan-minum semeja dengan-Nya di dalam Kerajaan- Nya dan duduk di atas takhta untuk menghakimi 12 suku Israel. Namun sayang, Yudas Iskariot melepaskan kesempatan ini dan mengambil tatanan, konsep dan pikiran duniawi dan berakhir tragis dia binasa.

Introspeksi: apakah kita tetap mempertahankan konsep duniawi karena kita masih hidup di bumi ini? Bagaimana dengan iman kita? Percayakah kita akan konsep kepemimpinan Kerajaan Surga yang berbeda dengan konsep tatanan dunia? Memang waktu itu Yesus belum mati disalib sehingga murid-murid tidak memiliki bukti apakah Kerajaan-nya benar atau tidak. Mereka meragukan kebangkitan Yesus bahkan mengabaikan kesaksian perempuan- perempuan yang memberitahu mereka tentang kubur Yesus yang kosong (Luk. 24:9-11). Juga dua murid yang sedang berjalan ke Emaus tidak mengenali Yesus yang sudah bangkit dan bercakap-cakap dengan mereka (ay. 15-21). Semua masih terpaku dengan pola lama dan ini membuktikan betapa kuatnya tatanan dunia berlaku walau beda latar belakang, budaya, kondisi, iklim dll.

Gereja boleh memakai konsep kekristenan dari Barat sehingga model ibadahnya bergaya Barat atau konsep dari Cina tetapi semua konsep itu tidak berarti kalau Yesus tidak bangkit. Dengan kebangkitan Yesus, Ia mau mempertanggungjawabkan Kerajaan-Nya yang dibangun dan bersifat kekal serta tidak pernah gagal. Yesus datang ke dunia untuk membuktikan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia dan konsepnya tidak dibuat oleh manusia berdosa. Itu sebabnya dalam doa “Bapa Kami”, Yesus mengatakan, “Datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di Surga” (Mat. 6:10) Ilustrasi: jika kita mau tinggal di negara yang memiliki empat musim, kita harus beradaptasi dengan iklim, bahasa, makanan, budaya, tata negaranya dll. karena konsep satu negara beda dengan negara lainnya.

Apa konsep kepemimpinan versi Kerajaan Surga yang diajukan oleh Yesus? Yang terbesar menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Ia memberi contoh bahwa sebagai Tuan dan Guru, Ia menjadi Hamba melayani murid-murid-Nya (Yoh. 13:4-5) juga sebagai Hamba Tuhan yang diperkenan Bapa-Nya Ia melayani banyak orang dengan mukjizat-mukjizat yang diperbuat-Nya. Dan bangsa-bangsa di dunia berharap kepada Raja di atas segala raja yang adalah Hamba (Mat. 12:15-22).

Jelas sekali perbedaan konsep dunia dengan konsep Kerajaan Surga. Menurut konsep duniawi: mereka yang dipilih harus memenuhi kriteria seorang pemimpin sementara konsep Surgawi ditandai dengan rendah hati dan tidak perlu memviralkan diri untuk dikenal orang. Ironis, para murid bertengkar hingga tiga kali hanya untuk mempermasalahkan siapa yang terbesar di antara mereka (Mrk. 9:34, Luk. 22:24). Mereka ikut Yesus sambil bertengkar siapa yang lebih hebat, lebih dipilih untuk mengerjakan sesuatu dll.

Konsep Surgawi dimulai dari Pribadi Yesus; awalnya murid-murid tidak mengerti Guru mereka harus mati disalib sehingga Petrus berpikiran manusiawi dan menolak Yesus menderita (Mat. 16:21-23) bahkan menyangkal-Nya (Mat. 26:69-75), Yudas Iskariot lebih memilih uang dan menjual-Nya (Luk. 22:3-6), mereka semua meninggalkan- Nya saat Ia ditangkap (Mrk. 16:50). Terbukti pikiran dan konsep duniawi membuat seseorang takut dan berusaha menghindar dari salib.

Namun apa pengakuan mereka setelah Yesus bangkit dan naik ke Surga? “Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Alah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan.” (Kis. 3:13) juga “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi….Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat atas nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.” (Kis. 4:27,30)

Apa karakteristik dari konsep kepemimpinan versi Kerajaan Surga?

  • Rendah hati dan suka melayani

Rasul Paulus mengetahui konsep ini seperti tertulis dalam suratnya bahwa dia adalah hamba Kristus yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Dia juga mengakui Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa (Rm. 1:1-5). Heran, Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa sekaligus Hamba yang kudus. Sungguh tidak dapat dimengerti bahwa Yesus yang adalah Anak Allah (posisi paling tinggi) sekaligus menjadi Hamba (paling rendah) dan menjadi manusia yang merendahkan diri dan taat sampai mati (Flp. 2:6-8). Kematian-Nya disalib menunjukkan penghinaan yang tidak manusiawi sama sekali.

Aplikasi: hendaknya kita memiliki konsep Surgawi ditandai dengan kerendahan hati dan saling melayani. Bukankah Yesus menyuruh Petrus untuk melayani dengan memberi makan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15,16,17).

  • Walau bebas rela menjadi hamba dari semua orang dan mengadakan pendekatan fleksibel terhadap kondisi dan situasi berbeda agar dapat memenangkan sebanyak mungkin orang (1 9:19-23).

Faktanya, kita yang mengaku sebagai hamba kebenaran sering tidak dapat memenangkan jiwa karena kita tidak mau rendah hati; sebaliknya, kita malah menuntut minta dilayani.

Apa risiko yang ditanggung oleh seorang hamba kebenaran seperti dialami oleh Rasul Paulus? Dipukuli bahkan dipenjara.

Aplikasi: hendaknya sebagai hamba kebenaran, kita tidak sombong dan gampang merendahkan orang lain.

  • Cocok diberlakukan di mana pun sebab semua makhluk adalah ciptaan-Nya bahkan kita yang dahulu hidup tanpa harapan (Ef. 2:11-13) sekarang di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru (2 5:17).
  • Menjadi hamba Allah bukan hamba manusia.

Waspada terhadap pemberitaan Injil yang tidak sesuai dengan Alkitab (Gal. 1:9-10)! Hamba Tuhan yang berjiwa hamba akan mempersiapkan Firman Tuhan menurut kehendak-Nya bukan untuk menyenangkan manusia.

Rasul Paulus menegur jemaat Korintus untuk tidak menjadi hamba manusia (1 Kor. 7:23). Perlu diketahui jemaat Korintus merupakan bekas budak-budak yang diperjualbelikan sehingga sulit bagi mereka untuk percaya Yesus. Paulus menegaskan bila mereka dipanggil di dalam Kristus mereka bebas/merdeka seperti Onesimus karena sudah dibeli dan dibayar lunas oleh kurban-Nya.

Ternyata tidak hanya Paulus yang mengaku hamba Tuhan, Yakobus dan Yudas, saudara Yesus, tidak malu mengaku sebagai hamba Yesus Kristus (Yak. 1:1; Yud. 1:1) walau pernah menghina Yesus yang dianggap tidak waras (Mrk. 3:21) karena tidak cocok dengan tatanan sekelilingnya.

  • Hamba-hamba yang melayani sekaligus memerintah sebagai raja (Why. 22:1-5).

Jelas, kalau mau menjadi raja harus menjadi hamba terlebih dahulu. Sayang, Yudas Iskariot membuang konsep Surgawi dan memilih konsep dunia yang berakhir dengan kebinasaan. Ini bukan berarti Yesus tidak mau menolongnya tetapi Yudas sendiri yang menutup jalan.

  • Maut tidak berkuasa dan Kerajaannya kekal (Rm. 6:8-14). Kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat tetapi di bawah kasih karunia.

Walau masih hidup menumpang di dunia ini, marilah kita memilih konsep kepemimpinan versi Kerajaan Surga yang bersifat kekal ditandai dengan kerendahan hati dan suka melayani serta satu kali kelak memerintah sebagai raja bersama Dia di dalam Kerajaan-Nya selama-lamanya. Amin.