• KEMURAHAN YANG MEMULIHKAN
  • Mazmur 6
  • Lemah Putro
  • 2022-08-07
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1190-kemurahan-yang-memulihkan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Perlu diketahui, selama masih di dunia ini kita hidup dalam perjuangan menghadapi masalah-masalah yang Tuhan izinkan terjadi untuk menguji iman kita seperti dialami oleh Ayub. Namun masalah juga dapat terjadi karena kita mengikuti hawa nafsu daging kita berakibat kita jatuh ke dalam kesalahan dan pelanggaran sehingga Tuhan mengingatkan kita melalui hajaran. Ternyata Daud mengalami masalah karena menuruti keinginan dagingnya. Oleh sebab itu dia menulis Mazmur 6 karena dia menyadari kesalahannya dan memohon agar Tuhan tidak menghajar dan menghukum dia sesuai dengan murka-Nya. 

Kita juga melakukan kesalahan dan pelanggaran sehingga membutuhkan kemurahan Tuhan. Bagaimana kita mengalami kemurahan Tuhan yang mampu memulihkan hidup kita seperti dialami oleh Daud?

  • Kita insaf akan kesalahan kita (ay. 2-4).

“Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang- tulangku gemetar dan jiwaku pun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?” 

Daud menghadapi persoalan berat hingga tulang-tulangnya gemetar, dia merana dan jiwanya terkejut. Namun TUHAN tentu tidak akan marah tanpa sebab. Tampak ada dua hal yang bertentangan; murka, kepanasan amarah TUHAN dan permohonan Daud yang minta dikasihani. Ini menunjukkan Daud menginsafi kesalahannya lalu dia memohon belas kasihan dan kemurahan TUHAN. 

Sebagai raja, Daud mempunyai kuasa, kekayaan dan pahlawan-pahlawan perkasa yang siap membantunya (2 Sam. 23:8-39) tetapi dia tidak mengandalkan kewenangan dan segala yang dimilikinya. Dia mengandalkan kekuatan di luar batas kemampuannya yang pasti dapat menolongnya yaitu kekuatan kemurahan TUHAN supaya TUHAN tidak menghukum dan mengajar dia di dalam keganasan murka-Nya oleh karena kesalahannya. 

Daud tidak hanya mengalami kesakitan fisik luar biasa tetapi jiwanya juga merana dan pertanyaannya “berapa lama lagi” bukan bernadakan putus asa tetapi mengandung pengharapan kemurahan yang memulihkan. Ratapan Daud ini ditujukan kepada Pribadi Allah yang dia sebut TUHAN/YHWH/Jehovah. Siapakah YHWH ini? Ia adalah TUHAN – Aku ada yang Aku ada, Aku selalu ada dan tetap ada – yang menyatakan diri secara intim/dekat kepada bangsa Israel (Kel. 3:14). Dengan demikian, Daud mengenal Allah secara pribadi dengan intim yang disebut TUHAN (YHWH). Dia ingat sejarah Israel bagaimana Musa memohon kepada TUHAN untuk tidak membinasakan bangsa Israel yang menyembah berhala anak lembu emas (Kel. 32:9-14). Musa memohon kemurahan TUHAN dan permohonannya dikabulkan. 

Introspeksi: apakah kita mengenal TUHAN secara intim? Allah yang imanen di dalam Yesus – Firman menjadi manusia – berada di tengah-tengah kita. Di era Musa, TUHAN berdiam di dalam Tabernakel di tengah-tengah perkemahan umat-Nya, orang Israel (Kel. 25:8). TUHAN yang kita kenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus adalah imanen dan memberikan Roh-Nya berdiam di dalam kita (1 Kor. 3:16). Masalah seberat apa pun yang kita hadapi, Ia dekat dengan kita. Oleh sebab itu merataplah memohon belas kasihan/kemurahan-Nya di dalam Nama-Nya maka pertolongan pasti terjadi. Memang Daud juga kita tidak (perlu) tahu kapan pertolongan Tuhan dinyatakan karena ini merupakan ranah kedaulatan-Nya tetapi percayalah setelah kita insaf dan mengakui kesalahan/kekurangan kita kepada-Nya, Yesus menanggung hukuman murka Allah dan menggantikan kita; darah-Nya mengampuni serta menyucikan kita. 

  • Kita kembali kepada Tuhan (ay. 5-8).

“Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu. Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?”

“Kembalilah pula TUHAN” menyiratkan Daud terlebih dahulu kembali kepada TUHAN (bnd. Mal. 3:6-7a). Walau Daud nyaris mati (“luputkanlah jiwaku”), dia membutuhkan lebih dari kesehatan jasmani yaitu kemurahan TUHAN yang meluputkan jiwanya dari maut (ay. 6). 

Apa makna “maut” dalam ayat ini?

⊕. Maut yang dialami orang yang tidak beriman kepada Tuhan Israel.

⊕. Maut yang dialami oleh orang mati dalam kondisi tidak Daud ingin mengalami kemurahan Tuhan sehingga kalaupun dia mati, dia mati sebagai orang bersyukur karena kesalahannya telah diampuni. Dia sangat membutuhkan pemulihan jasmani maupun rohani. 

Pembelajaran: mungkin kita sudah melakukan kesalahan dan menyimpang terlalu jauh bahkan merasa takut menghampiri Tuhan melihat besarnya dosa yang telah kita perbuat namun jangan menunda-nunda waktu, segeralah kembali kepada-Nya maka Ia akan kembali kepada kita. 

Daud mengenal betul siapa Allah Israel yang disebut TUHAN karena Roh Allah ada padanya saat dia diurapi sebagai Raja. Berbeda dengan setiap orang percaya di zaman gereja (Perjanjian Baru), Roh Kudus dicurahkan oleh Yesus yang menerima Roh itu dari Bapa-Nya ke dalam kehidupannya masing-masing. Tubuhnya menjadi bait Roh (1 Kor. 6:19) dan nilai tubuhnya tidak berkurang di hadapan Tuhan walau dalam kondisi sakit tergeletak tak berdaya atau cacat fisik. Bahkan saat berada dekat dunia orang mati pun kemurahan Tuhan yang lebih besar dari segala pelanggarannya mampu menutup kehangatan murka Allah. Tuhan mengingat sampai ke dalam dunia orang mati dan pada saatnya nanti mereka akan dibangkitkan. Maut tidak berkuasa atas dirinya dan dunia orang mati tidak dapat mengungkung dia. Roh Allah yang di dalam dia membangkitkannya walau tubuh (jasmani) sudah lenyap dan Ia memberikan tubuh baru penuh kemuliaan.

Daud mengatakan “selamatkanlah (bhs Ibr: yasha) aku oleh karena kasih setia-Mu”. Jika “yasha” disatukan dengan nama TUHAN/YHWH → Yehoshua (Ibr.) atau Iesus (Yun.) atau Yesus (LAI) yang berarti YHWH menyelamatkan, YHWH adalah Juru Selamat (bnd. Mat.1:21).

Bukankah YHWH sudah menyelamatkan Daud berulang kali sebelum dia menjadi raja dari ancaman pembunuhan oleh mertuanya sendiri, Saul, juga oleh musuh-musuhnya yang mengincar dia? Bagi Daud, Yehoshua, YHWH adalah Juru Selamatnya dan bagi kita yang hidup di Perjanjian Baru, Yesus adalah satu- satunya Penyelamat jiwa kita. 

Lawan-lawan Daud begitu banyak, membuatnya sakit, merana dan jiwanya terancam hingga tiada malam dihabiskan tanpa air mata membuat matanya sakit tidak kunjung sembuh bahkan rabun (ay. 7-8). Hatinya kesal karena disakiti oleh lawan-lawannya dan dia hanya meratap supaya TUHAN kembali untuk meluputkan jiwanya. Seperti Daud, kita juga berhadapan dengan banyak lawan baik dari manusia maupun masalah-masalah yang ditimbulkan oleh manusia. Namun semua lawan tersebut masih bersifat sekunder atau tersier sebab lawan utama kita adalah Iblis. Apakah kita juga setiap malam berurai air mata karena perkataan maupun perbuatan lawan-lawan kita? Ingat, kita memiliki Yesus yang sudah menanggung segala kutuk murka dan hukuman Allah yang seharusnya ditimpakan atas kita. Dia yang tidak berdosa dijadikan dosa karena kita. Oleh sebab itu kembalilah kepada Yesus, curahkan keluhan kita kepada-Nya yang pasti akan menyelamatkan kita pada waktu- Nya. Kita tidak perlu meratap hingga “mata rabun” → masa depan suram dan hidup tanpa harapan. Lepaskan pengampunan kepada orang-orang yang membenci dan menyakiti kita dan yakinlah kita sebagai milik-Nya (Roh Kudus dimeteraikan dalam hidup kita) pasti mengalami kemurahan yang memulihkan. 

  • Kita menantikan dengan penuh keyakinan akan pemulihan TUHAN (ay. 9-11).

“Menjauhlah dari padaku kamu sekalian yang melakukan kejahatan sebab TUHAN telah mendengar tangisku; TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku. Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.” 

Terbukti air mata Daud tidak sia-sia. TUHAN mendengar dan menerima doanya. Keadaan menjadi berbalik, kalau sebelumnya Daud “dipermalukan” sekarang musuh-musuhnya dipermalukan dalam “sekejap mata.” Dalam sekejap mata murka TUHAN berubah menjadi kemurahan yang memulihkannya. Alhasil, keadaan dia yang terinjak-injak dibalikkan menjadi kondisi sukacita. Hal sama juga terjadi pada kita. Mungkin kita harus mengalami masalah caci maki, intimidasi dll. begitu lama namun Tuhan berjanji akan membalikkan keadaan pada waktu-Nya dan musuh-musuh kita akan dipermalukan.

Memang saat ini belum semua musuh ditaklukkan tetapi Ia berjanji ketika tiba waktu-Nya Ia akan membinasakan semua pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan bahkan musuh terakhir (maut) akan dibinasakan (1 Kor. 15:24- 26). Saat Yesus datang kembali, apapun keadaan kita – mengalami penderitaan yang berkepanjangan, cacat tubuh, kondisi tubuh lemah, sakit parah terbaring lama di tempat tidur dll. – dalam sekejap mata keadaan semacam itu akan dibalikkan. Kita tidak lagi dipermalukan tetapi dipermuliakan bersama Yesus. Biarlah ini menjadi suatu pengharapan kemurahan Tuhan yang memulihkan kita; kemurahan-Nya jauh melebihi kesalahan-kesalahan kita. Amin.