Kenakan Tuhan Yesus Kristus Sebagai Perlengkapan Senjata Terang

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Lemah Putro, 16 Desember 2018

Shalom,

Saat beribadah di gereja kita suka menyanyikan lagu “Kemenangan, kesembuhan, kelepasan terjadi di sini” namun masihkah kita berkemenangan di rumah, di sekolah dan di tempat pekerjaan? Yakinkah Tuhan hadir di mana pun kita berada sebab kita menghadapi peperangan yang bukan sembarang peperangan? Bahkan saat Yesus lahir, terjadi paduan suara besar yang terdiri dari bala tentara Surga memuji Allah. Bukankah bala tentara berkaitan dengan pepe-rangan?

Kita telah mempelajari dan mengenal seluruh kelengkapan senjata Allah. Masalahnya, apakah hanya sebatas pengetahuan tetapi belum/tidak mau memanggul senjata tersebut dengan banyak alasan? Waspada, serangan Iblis dan antek-anteknya datang secara tiba-tiba tanpa dapat diatur waktunya. Iblis selalu mengambil kesempatan begitu ada celah tanpa perlu permisi agar kita mempersiapkan diri lebih dahulu. Sangatlah menyedihkan jika kita malas tidak mau memanggul senjata-Nya. Jadilah tentara Tuhan yang terlatih dengan baik dan siap berperang kapan pun!

Perlu diketahui kelengkapan senjata ini berfungsi melindungi suami-istri, orang tua-anak, hamba-tuan (Ef. 6:1-9). Mereka semua perlu perlindungan yang tidak boleh diabaikan; untuk itu kita perlu mengenal siasat Iblis dan tipu muslihatnya untuk ditangkis dengan kelengkapan senjata Allah.

Senjata apa yang harus kita kenakan? Roma 13:11-14 menuliskan, “Hal ini harus kamu lakukan karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita daripada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! …Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.”

Kita harus benar-benar mengenal siapa Tuhan Yesus Kristus itu; jangan seperti anak-anak Skewa menggunakan Nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus (berarti mereka hanya men-dengar Nama Yesus tetapi tidak mengenal secara pribadi). Mereka tidak memakai senjata Allah tetapi hanya menggunakan mulut bibir sendiri. Apa akibatnya? Orang yang kerasukan roh jahat mempermalukan mereka dengan mengatakan, “Yesus aku kenal dan Paulus aku ketahui tetapi kamu, siapakah kamu?” Bahkan orang kerasukan itu mengalahkan mereka sehingga mereka lari dengan telanjang dan luka-luka (Kis. 19:13-16).

Firman Tuhan itu Allah dan terang manusia (Yoh. 1:1,4). Sudahkah terang Allah ada dalam kehidupan nikah kita? Jangan meninggalkan Yesus di gereja kemudian di rumah dan kantor kita hidup remang-remang. Faktanya, banyak kehidupan nikah dan keluarga begitu runyam – perni-kahan seumur jagung berakhir dengan perceraian belum lagi putusnya hubungan (tidak lagi adanya pengakuan) orang tua-anak dsb. Bukankah ini menunjukkan kekalahan sebab tidak memanggul senjata itulah Tuhan Yesus Kristus?

Perhatikan, jika kita tidak memakai senjata Allah, kita akan menanggung konsekuensinya. Ilustrasi: peraturan lalu lintas mengharuskan pengendara sepeda motor memakai helm demi keselamatan. Jika pengendara malas memakai helm dengan alasan ketidaknyamanan, dia akan merasakan sendiri akibatnya saat terjadi kecelakaan ketika kepalanya (tanpa pelindung) langsung terbentur aspal atau kendaraan lain.

Masing-masing harus memiliki senjata sendiri, jangan menggunakan senjata orang lain seperti Daud tidak dapat mengenakan baju perangnya Saul yang tidak pernah dicobanya (1 Sam. 17:38-39). Justru Daud mengalami kemenangan dengan memakai senjata (umban dan batu) yang biasa dia gunakan (ay. 49) tetapi setelah peristiwa itu Daud pasti belajar menggunakan pedang untuk menjadi panglima perang.

Minimal suami-istri menggunakan senjata Allah demi kemenangan pribadi maupun keluarga. Bila salah satu dari mereka belum mengenal Tuhan, pasangan hidupnya berupaya memper-kenalkan Tuhan kepadanya. Dan jangan kita melepaskan salah satu dari seluruh perlengkapan senjata Allah hanya karena merasa tidak senang atau tidak nyaman karena ini berarti penge-nalan kita kepada-Nya tidak lengkap. Kalau kita membuang satu apalagi dua senjata-Nya maka akan lebih berat untuk meraih kemenangan. Kesatuan dalam rumah tangga akan lebih sulit terwujud; terlebih lagi kalau kita tidak memiliki senjata sama sekali alias mengabaikan Tuhan Yesus Kristus. Waspada, Iblis dengan tipu muslihatnya menggunakan senjata yang mirip untuk mengelabui kita.

Kita mempelajari lebih lanjut beberapa perlengkapan senjata Allah, antara lain:

Allah, Yesus dan Roh Kudus adalah kebenaran (Rm. 3:21; Yoh. 14:6; 1 Yoh. 5:6). Tuhan Yesus Kristus merupakan kelengkapan Allah Tritunggal dalam kebenaran.

Apa itu ikat pinggang? Kerendahan hati menjadi senjata ampuh dalam melawan Iblis bagaikan hamba yang tetap siuman menunggu tuannya pulang untuk menyediakan makan-an baginya dengan mengikat pinggang (Luk. 17:8).

Yesus juga mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya ketika hendak membasuh kaki para murid-Nya. Ia mencuci kaki Yudas Iskariot yang berencana ‘menendang-Nya’ juga menghadapi Petrus yang sok sungkan tidak mau dicuci kakinya. Namun ketika diberitahu dia tidak akan mendapat bagian dalam-Nya kalau tidak mau dibasuh kakinya, segera Petrus minta dibasuh pula tangan dan kepalanya (Yoh. 13:4-9). Yesus menang sebab Ia rendah hati.

Petrus pernah ditegur Paulus karena bersikap munafik mengundurkan diri dari persekutuan dengan orang-orang kafir karena takut dilihat oleh orang-orang Yahudi. Sikapnya membuat Barnabas turut terseret dengan kemunafikannya. Jelas kelakuannya tidak sesuai dengan kebenaran Injil (Gal. 1:11-114). Dia melepaskan senjata kerendahan hati karena ingin dihormati.

Petrus yang menyangkal dan menolak dicuci kakinya akhirnya mengerti makna dari ikat pinggang. Dia kemudian menulis dalam 1 Petrus 1:13 (ILT), “Karena itu dengan mengen-cangkan ikat pinggang akal budimu seraya menenangkan pikiran, berharaplah sepenuhnya atas anugerah yang dibawa kepadamu pada saat penyingkapan Yesus Kristus.” Yang di-maksud ‘mengencangkan ikat pinggang’ akal budi ialah akal budi juga perlu didisiplinkan agar dapat hidup kudus setelah ditebus (oleh darah Kristus) dari kehidupan sia-sia.

Aplikasi: kalau kita ingin meraih kemenangan, kita harus berikatpinggangkan kebenaran dan kerendahan hati dalam rumah tangga dan pelayanan pekerjaan Tuhan.

Ketika bangsa Israel hendak keluar dari Mesir, Allah menyuruh mereka mengikat pinggang (bersiap-siap) dan berkasut (Kel. 12:11). Ternyata kasut mereka tidak rusak selama mengembara 40 tahun di padang gurun (Ul. 29:5). Sayang, generasi tua tidak masuk Kanaan karena ketidaksetiaan (Bil. 14:33). Generasi muda itulah tentara-tentara berumur 20 tahun ke atas yang tetap mengenakan kasut Injil sejati dan berjalan terus menuju Kanaan. Waspada, Tuhan tidak membiarkan ‘tempat’ tetap kosong tetapi kevakuman itu akan diganti oleh orang lain. Contoh: Yudas Iskariot tereliminasi diganti oleh Matias (Kis. 1:26).

Kita harus mengenakan kasut damai sejahtera melawan Iblis yang menggunakan damai palsu padahal tidak ada damai sejahtera karena dari yang kecil hingga yang besar semua mengejar untung baik nabi maupun imam melakukan tipu (Yer. 6:13-14). Iblis berusaha membunuh jiwa kita agar masuk dalam pehukuman api neraka. Sebaliknya, Tuhan meng-ajak kita untuk memberitakan damai sesungguhnya seperti paduan bala tentara Surga menyanyikan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (Luk. 2:14).

Hendaknya pikiran kita tidak cepat kesal hati saat pemberitaan Injil yang kita sampaikan ditolak, tetaplah mengenakan sepatu perjalanan damai sejahtera. Jangan bertindak seperti orang kafir yang gampang menumpahkan darah kebencian ketika mengalami penolakan.

Selain itu kita harus memakai Injil keselamatan sebab jemaat Galatia sempat memakai injil lain yang memutarbalikkan Injil Kristus (Gal. 1:6-7). Untuk itu Rasul Paulus mengutuk pemberita injil palsu (ay. 8).

Iman datangnya dari mendengar Firman Kristus (Rm. 10:17). Jangan memakai perisai iman berukuran kecil karena akan kalah menghadapi ribuan anak panah Iblis. Contoh: ketika menghadapi peperangan di Surga, Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga yang dibantu oleh malaikat-malaikatnya (Why. 12:7).

Aplikasi: hendaknya kita tidak bermain-main dengan iman (Yak. 2:14) tetapi imanilah setiap ayat yang ada dalam Alkitab sebab kita menghadapi panah api kebohongan, kemarahan, kebencian dll. Adam-Hawa jatuh ke dalam dosa karena iman mereka goyah dan gugur menghadapi rayuan ular (Kej. 3:1-6) padahal mereka diberi wewenang untuk menguasai bumi dan isinya (Kej. 1:28).

Kita harus menjaga dan mempertahankan perisai iman kita. Para murid Yesus memohon agar Ia menambahkan iman mereka (Luk. 17:5). Yesus berdoa bagi Petrus agar imannya tidak gugur dan dapat menguatkan rekan-rekan sepelayanan (Luk. 22:32). Namun Petrus merasa paling hebat imannya dan bersedia mati demi Yesus. Mendengar hal ini, Yesus yang ‘bersenjata lengkap’ tidak mudah dipengaruhi oleh perasaan sombong-minder manusia mengingatkan Petrus bahwa dia akan menyangkal-Nya (ay. 33-34). Jelas, kalau kita dapat bertobat ini karena doa Yesus bukan karena kehebatan kita sebab tidak ada seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Dia (Yoh. 14:6b).

Ketopong berfungsi melindungi kepala (pancaindra dan pikiran) kita. Simeon tua yang benar dan saleh sedang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus menyatakan kepadanya bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Ketika Simeon melihat Anak Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya ke Bait Allah, matanya terbuka dan bibirnya mengaku keselamatan ada di dalam Yesus Kristus (Luk. 2:25-32).

Saulus juga sangat membenci Yesus tetapi waktu dia bertobat dan diselamatkan dari mulutnya keluar pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Kis. 9:20).

Abimelekh mengangkat diri menjadi raja di Sikhem setelah membunuh 70 saudara-saudaranya, anak-anak Yerubaal, kecuali Yotam dapat melarikan diri tidak ikut terbunuh (Hak. 9:1-6). Setelah dia memerintah bangsa Israel selama tiga tahun, Allah membangkitkan semangat warga kota Sikhem untuk memberontak kepada Abimelekh agar darah 70 anak Yerubaal terbalaskan. Mendengar hal ini Abimelekh berusaha menumpas habis warga kota Sikhem hingga suatu saat dia berada pada menara kuat di tengah kota di mana semua warga berlindung di dalamnya. Dia dengan orang-orangnya menyerang dan menerobos sampai ke pintu menara untuk membakarkannya ketika tiba-tiba ada seorang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan dan memecahkan kepala Abimelekh (ay. 51-53).

Aplikasi: hendaknya kita tetap mengenakan ketopong keselamatan tidak hanya di dalam gereja tetapi di luar gereja juga sebab ketopong keselamatan bukanlah sekadar agama. Tuhan menilai hati kita apakah kita hanya mengikuti liturgi agama atau sungguh-sungguh beriman kepada-Nya. Perhatikan, semua amal kebaikan tidak menjamin kita selamat; bekal masuk Surga terletak pada iman kita. Itu sebabnya hendaklah kita memikirkan perkara di atas di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah bukan perkara di bumi (Kol. 3:1-2).

Allah telah mempersiapkan kita dengan kelengkapan senjata-Nya demi kebaikan kita. Marilah kita memakai senjata kebenaran dan iman yang teguh untuk beroleh damai sejahtera dan keselamatan hingga tiba saatnya kita tinggal bersama Dia selamanya di Yerusalem Baru. Amin.