TETAP BERSAMA JEMAAT DEMI KEMAJUAN IMAN

Johor, Minggu, 15 September 2019
Pdm.Harijono

Shalom,

Bila seizin Tuhan kita menghadapi masalah, Ia akan membela kita untuk berkemenangan mengatasinya. Ia memampukan kita menjalani hidup yang penuh tantangan. Siapa pun kita – pria-wanita, besar-kecil, sederhana-kaya dll. – tidak pernah terlepas dari masalah.

Yesus Kristus yang mati dan bangkit menjadi kekuatan kita untuk mampu melewati semua persoalan hidup. Juga kerinduan Simeon tua yang terkabul yaitu bertemu dengan Yesus/Mesias sebelum mati (Luk. 2:25-32) menjadi motivasi bagi kita dan memberikan perharapan bagi kita untuk mengenal Yesus, Juru Selamat, sebelum ajal menjemput.

Hendaknya tujuan utama para pemberita Injil ialah mempermuliakan Tuhan bukan untuk kepentingan pribadi. Test case: apakah pelayanannya memberikan sukacita dan damai sejahtera baginya? Saulus yang memusuhi Yesus berusaha menangkap, memenjarakan bahkan membunuh pengikut-pengikut Kristus. Namun pertemuannya dengan Yesus yang teraniaya dalam perjalanannya ke Damsyik mengubah seluruh hidupnya (Kis. 9:1-18). Oleh kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus, dia bertobat, dibaptis, dipenuhi Roh Kudus kemudian memberitakan Injil dan rela menderita bahkan dipenjara. Semua ini dilakukannya dengan sukacita dan penuh damai karena dia mendapat penghormatan layak memberitakan Injil kepada bangsa kafir. Untuk itu dia bekerja lebih keras daripada rekan-rekan sepelayanan (1 Kor. 15:10) dan memberitakan Injil sampai ke daratan Eropa termasuk kota Filipi.

Paulus begitu berani menyampaikan komitmen kepada Yesus, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Flp. 1:21) Suatu pernyataan komitmen iman yang tegas dan mengandung tanggung jawab di dalamnya. Di dalam keterbatasannya, Tuhan menyertakan kuasa Roh Kudus yang memampukan dia melewati semua halangan/rintangan dan penderitaan yang dialaminya.

Dalam pelayanannya, dia tidak bertindak one man show tetapi bersinergi dengan hamba-hamba Tuhan lainnya, seperti: Silas, Barnabas, Epafras saat dipenjara untuk membangun iman jemaat di Filipi dimulai dari pertemuannya dengan Lidia, penjual kain ungu (Kis. 16:14) kemudian Paulus masuk penjara karena difitnah (ay. 20). Di dalam penjara, Paulus dan Silas berdoa dan memuji Allah tiba-tiba terjadi gempa bumi menyebabkan penjara goyah dan pintu terbuka sehingga ada kesempatan bagi para tahanan untuk melarikan diri. Kepala penjara putus asa dan mau mati bunuh diri tetapi Paulus mencegahnya. Hidup kepala penjara ini diselamatkan dan seluruh keluarganya menjadi percaya kepada Tuhan dan dibaptis (ay. 25-34) lalu terbentuklah kelompok orang percaya di Filipi. Walau Paulus tidak dapat berkotbah di Filipi karena dipenjara, pemberitaan Injil dilanjutkan oleh hamba-hamba Tuhan lain termasuk Epafras yang terus menyuarakan Injil. Persekutuan Injil dengan Kristus membuat jemaat Filipi tetap hidup dan makin bertumbuh.

Heran, pemenjaraan Paulus justru menyebabkan kemajuan Injil dan mendorong jemaat Filipi berani berkata-kata tentang Firman Allah secara terbuka. Ini menunjukkan bahwa jemaat mengalami kemajuan iman (Flp. 1:12-14) dan mereka digerakkan Tuhan mengambil bagian dalam persembahan untuk keperluan Rasul Paulus di dalam kesusahannya (Flp. 4:14-15). Kalau bukan hasil dari persekutuan Injil Kristus, tidak mungkin mereka ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Contoh: bila tidak mendapat kemurahan Tuhan, seseorang tidak akan tergerak memberikan persembahan materi, tenaga, waktu dll. di dalam kesukaran pekabaran Injil. Semua tergantung sejauh mana kita menghargai Kristus dan pengurbanan-Nya yang memenangkan kita dari segala ketamakan atas apa yang kita miliki untuk rela dipersembahkan kepada-Nya.

Kita mempelajari lebih lanjut tulisan Rasul Paulus dalam Filipi 1:20b-26, "Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu."

Ayat-ayat di atas menunjukkan penyataan iman Paulus walau ditandai sengsara tetapi ia tetap bersukacita dan memberikan keuntungan besar (ay. 21-22) yaitu memberi buah (Gal. 5:22-23).

Jika kita masih dapat menikmati hidup dan memiliki segala apa yang diizinkan Tuhan – kekuasaan, kekayaan, kepandaian – apakah mati adalah suatu keuntungan? Bagi orang percaya di dalam persekutuan dengan Injil Kristus, kita mengalami kuasa keubahan dan mati bukanlah hal yang menakutkan. Sebaliknya, Firman Tuhan mengatakan bahwa kematian fisik adalah awal dari suatu kehidupan baru. Bila kita mati dengan Kristus (berhenti berbuat dosa), kita hidup (baru) di dalam Dia (Rm. 6:6-8) dan ini merupakan keuntungan yang luar biasa.

Jika kita hidup bagi Kristus, mati adalah keuntungan karena sangat berharga kematian setiap orang yang mengasihi Tuhan semasa hidupnya (Mzm. 116:15). Mengasihi Tuhan berarti melakukan apa yang diperintahkan Tuhan dan tekun memelihara iman sampai kesudahannya sebab segala perbuatannya (yang baik) menyertainya (Why. 14:12-13).

Keuntungan lebih jauh ialah masuk ke dalam Yerusalem baru di mana tidak lagi ada perkabungan, ratap tangis, atau dukacita sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu (Why. 21;2,4). Kita hidup bersama Tuhan di dalam kemuliaan-Nya yang kekal. Di sana kita menyembah dan memuliakan Anak-Nya; kita berada di dalam pemeliharaan dan pembelaan-Nya serta bersuasanakan sukacita dan damai sejahtera dari-Nya.

Rasul Paulus berada dalam posisi keraguan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya (Flp. 1:22b). Dalam kerendahan hati, dia berserah sepenuhnya apa yang menjadi kehendak Tuhan tanpa memilih-milih. Bila Tuhan berkemurahan memutuskan untuk tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan-Nya, itu lebih baik sebab tercapailah tujuan imannya yaitu keselamatan jiwa oleh Gembala agung dan di sana bersuasanakan ketenangan dan kedamaian.

Dalam keyakinannya Paulus tahu bahwa ia perlu tinggal di dunia karena jemaat Filipi (Flp. 1:25). Itu menandakan seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas kondisi jemaatnya. Ia lebih perlu tinggal di tengah-tengah jemaat karena masih melihat adanya kehidupan yang belum diubahkan, tidak menjadi berkat dan tidak memperkenan hati Tuhan sebab tidak adanya sehati sepikir seperti yang diinginkan Tuhan di antara mereka (Flp. 4:2).

Untuk terjadinya persamaan dan persekutuan diperlukan kerelaan dan kerendahan hati. Perselisihan dan iri hati sering disebabkan karena iman yang tidak teguh dan kesetiaannya kepada Kristus diragukan. Hal ini dapat disebabkan karena tertarik pada yesus lain, roh lain atau injil lain (2 Kor. 11:3-4). Akibatnya, hamba-hamba Tuhan seperti Euodia dan Sintikhe tidak sehati sepikir dan ini merupakan "ragi" yang sangat membahayakan.

Rasul Paulus mengetahui masalah ini dan mengirim Sunsugos, teman yang setia, untuk memulihkan kondisi yang tidak baik di tengah-tengah jemaat dengan menumpas ragi "tidak sehati sepikir" dan menumbuhkan persamaan serta persekutuan yang indah.

Aplikasi: kita harus waspada terhadap pengajaran sesat yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan gereja. Juga diperlukan kesetiaan dalam persekutuan dengan Injil Kristus yang berkuasa membenarkan, menyucikan bahkan menyempurnakan kita di dalam Kristus Yesus. Dengan demikian sukacita kita makin bertambah.

Kehidupan yang sudah dibarui dalam persekutuan dengan Injil Kristus bertumbuh sesuai dengan kepenuhan Kristus sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (Ef. 4:13-16). Kehidupan semacam ini menjadi terang dan garam yang memberi rasa di tengah dunia yang gelap ini.

Rasul Paulus tidak sia-sia hidup bagi Kristus dan ini menghasilkan buah keselamatan. Selain itu ada buah Roh dengan sembilan rasa beda itulah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Introspeksi: sudahkah kita memiliki salah satu buah Roh yaitu setia dalam ibadah dan pelayanan? Sudahkah hamba Tuhan setia dan bertanggung jawab bagi keselamatan jiwa?

Hendaknya pemberita Firman Tuhan juga jemaat bekerja dengan setia untuk menghasilkan "buah" yang nyata di dalam kehidupannya. Dengan demikian dapat mempersembahkan hidup yang berkenan kepada-Nya. Amin.