MENELADANI POLA HIDUP WARGA KERAJAAN SURGA

Johor, Minggu 8 Desember, 2019
Pdm. Wahyu Widodo

Shalom,

Tanpa disadari dunia mempunyai pengaruh besar yang dapat menimbulkan pelbagai macam gaya hidup yang melintasi dari generasi ke generasi berikutnya. Demikian pula orang tua dan para pendidik secara langsung ada andil dalam memberikan teladan yang membentuk pola hidup anak yang terus bergulir sepanjang hidup. Menyadari hal ini, kita perlu waspada memerhatikan ke mana hidup ini bermuara sebab keteladanan dari dunia tidak akan mencapai sasaran hidup sesungguhnya. Jangan mengambil rupa dari dunia ini karena segala sesuatu yang ada di dalamnya akan lenyap oleh api Tuhan pada waktu yang telah ditentukan (2 Ptr. 3:10).

Gereja Tuhan harus memiliki perjalanan sendiri melalui pengalaman pembaruan akal budi (Rm. 12:1-2) berdasarkan kasih karunia yang telah dianugerahkan Tuhan. Gaya hidup gereja Tuhan sebagai ciptaan baru harus bermuara pada Kerajaan Kristus Yesus Tuhan karena di sanalah Dia bertakhta dalam kemuliaan. Yesus sudah menjadi Perintis jalan melalui kematian-Nya di atas salib dan oleh kemenangan-Nya atas maut telah tersedia tempat bagi Gereja-Nya. Perjalanan hidup gereja Tuhan ada dalam kedaulatan-Nya serta mendapat panduan dalam keteladanan melalui kuasa Firman dan Roh Kudus. Selain itu Tuhan Yesus menentukan Paulus dan teman-teman sepelayanan menjadi alat bagi-Nya untuk memberikan teladan hidup bagi gereja Tuhan (Flp. 3:17).

Ajakan Paulus bagi jemaat untuk mengikuti teladannya bukanlah tanpa alasan tetapi merupakan tindakan iman terhadap ajaran Tuhan Yesus yang telah dilakukannya dengan setia sebagai Rasul Kristus untuk bangsa Kafir (1 Kor.4:16; 11:1). Kita perlu mengikut teladan Paulus tanpa harus mengidolakannya. Kita harus berpegang teguh pada ajaran yang disampaikannya yang telah dipraktikkan dalam hidupnya yang membawa pengenalannya kepada Kristus lebih nyata dalam kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya supaya serupa dengan Dia dalam kematian-Nya dan beroleh kebangkitan dari antara orang mati (Flp. 3:10-11).

Pengenalan Paulus secara pribadi terhadap Tuhan membuatnya mengalami keubahan menjadi pengikut yang selalu menurut jejak-Nya. Masa lalu yang menjadi kebanggaan dianggapnya sia-sia belaka karena Kristus (Flp. 1:20; 3:3-6). Mengenal Kristus yang penuh kasih karunia telah membuka mata hati Paulus untuk melihat keagungan anugerah Allah yang tak terbandingkan oleh apa pun di dunia ini sehingga hatinya pilu melihat cara hidup orang-orang yang berseteru dengan salib Kristus karena lebih mengutamakan gaya hidup duniawi dan menggunakan segenap anggota tubuhnya untuk mengejar kepentingan sementara dalam memuaskan keinginan yang sebenarnya bukanlah tujuan akhir kehidupan.

Apa yang memilukan hati Rasul Paulus? Filipi 3:18 menuliskan, “Karena seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.’’

Menjadi seteru salib Kristus akan berakibat kebinasaan sebab dapat diartikan penolakan terhadap kasih karunia Allah yang dikerjakan Yesus di atas salib sehingga tidak mengenal Dia secara sempurna dalam kematian dan kebangkitan-Nya yang mengakibatkan Tuhan mereka adalah perut mereka. Sesungguhnya ini menyalahi fungsi tubuh jika bertuhankan perut sebagai pelayanan utama sebab ini merupakan gaya hidup duniawi yang tidak selaras dengan pikiran dan perasaan yang terdapat pada Kristus. Orang-orang semacam ini perlu mengalami keubahan melalui teladan hidup Paulus yang meneladani Kristus.

Paulus sendiri harus berjuang untuk mengenal kasih karunia Kristus sebab dia sadar bahwa dalam tubuhnya ada hukum lain yang bertentangan dengan hukum akal budi (Rom.7:19-26). Dengan akal budi dia melayani hukum Allah tetapi dengan tubuh insani dia melayani hukum dosa. Oleh sebab inilah Kristus menyatakan Pribadi-Nya untuk dikenal dan diterima sebagai Juru Selamat yang mampu mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi mulia tanpa aib dan cacat. Proses keubahan melalui keteladanan sangat diperlukan bagi orang-orang yang telah mendapatkan kasih karunia menjadi warga Kerajaan Surga dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang akan mengubah tubuh hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Kuasa yang ada pada Kristus dapat menaklukkan segala sesuatu termasuk keubahan sikap orang-orang percaya untuk dapat menyembah dan mengagungkan Dia.

Paulus telah memberikan teladan dan sangat berharap keberhasilan dari segala usaha yang kita lakukan dengan kasih akan mencapai sasaran yang telah dipersiapkan Kristus dalam kerajaan-Nya. Dia menasihati agar kita tetap berdiri teguh (Flp. 4:1) dan senantiasa siap siaga dalam segala sesuatu untuk melakukan kehendak-Nya dengan penuh sukacita dan kerelaan sebagai penaklukan terhadap kuasa-Nya. Pencapaian yang kita raih ini menjadi harapan dan sukacitanya saat Tuhan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Amin.