Shalom,

Hendaknya kemurahan Tuhan tetap berlaku karena masih banyak orang belum mengenal dan mengagumi-Nya. Saat memperingati kematian Yesus di Jumat Agung ini, kita masih merasakan penebusan-Nya yang luar biasa walau peristiwa penyaliban telah lewat 2.000 tahun lalu. Oleh kemurahan-Nya pula kita dapat mendengarkan Firman Tuhan yang membuat iman kita makin bertumbuh.

Di hari Jumat Agung, umumnya gereja-gereja di seluruh dunia memberitakan tentang kematian Yesus yang disalib. Tema kematian dan kebangkitan Yesus ini selalu dikumandangkan dari tahun ke tahun seperti kita merayakan hari Pentakosta dan hari Natal. Apakah kita mengingat kematian Yesus hanya setahun sekali seperti kita memperingati hari Pentakosta dan hari Natal? Berapa sering para rasul memberitakan kematian Yesus Kristus di masa hidup mereka?

Rasul Paulus meluapkan cetusan hatinya kepada jemaat Korintus, “Demikianlah pula ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia tetapi pada kekuatan Allah.” (1 Kor. 2:1-5)

Apakah Rasul Paulus memberitakan Yesus tersalib kepada jemaat Korintus (non-Yahudi) khusus hanya pada hari Jumat Agung?

Pasti tidak! Perkataannya bermakna bahwa sejak awal Rasul Paulus memberitakan Injil keselamatan kepada jemaat Korintus hingga surat ini ditulis (± 16 tahun), keputusannya tidak berubah, perkataan dan pemberitaannya tidak berdasarkan hikmat manusia tetapi selalu mendengungkan berita Yesus yang disalib.

Dia mengandalkan kekuatan dan hikmat Allah dan salib mengandung kekuatan Allah yang luar biasa. Ada kemungkinan iman jemaat Korintus goncang sehingga mereka tidak lagi menghargai kurban Kristus. Itu sebabnya Paulus mengingatkan mereka untuk tidak bergantung pada hikmat dan kekuatan manusia. Mengapa? Sebab pemberitaan tentang salib memang kebodohan bagi mereka yang akan binasa tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18). Jadi, bila berita salib hanya disampaikan pada event tertentu, jemaat tidak mempunyai kekuatan Allah tetapi kekuatan lain yang dapat memporak-porandakan mereka. Buktinya? Terjadi blok- blokan (golongan Paulus, Apolos, Kefas, Kristus) dalam jemaat Korintus (1 Kor. 1:12); ini berarti mereka menuju pada kehancuran dan kebinasaan. Kesatuan hanya terjadi di dalam kekuatan Allah – di dalam kuasa kematian Kristus.

Rasul Paulus menghadapi jemaat Korintus yang terganggu kesatuannya karena masing-masing mempunyai pandangan berbeda terhadap pemberitaan Injil. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat. Berita salib menjadi sandungan bagi orang-orang Yahudi dan kebodohan bagi orang-orang Yunani tetapi Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah bagi yang dipanggil (1 Kor. 1:22-24). Oleh sebab itu Paulus mengingatkan kembali akan kematian Kristus kepada jemaat Korintus yang sudah diselamatkan sebab kesatuan dan keakraban mereka telah digoncangkan oleh pengajaran-pengajaran yang tidak benar.

Introspeksi: bagaimana dengan kita, bangsa kafir? Apakah kita masih semangat menghargai kurban Kristus?

Berbicara tentang kematian Kristus, apa yang terjadi pada peristiwa itu? Injil Lukas 23 menuliskan tiga dari keseluruhan tujuh perkataan salib, yaitu:

Terbukti hanya Bapa yang dapat mengampuni dan Anak siap menerima konsekuensi hukuman dosa demi menyelamatkan manusia ciptaan-Nya termasuk dua penjahat di kiri kanan-Nya, para murid juga kita. Apa yang kita peroleh dari salib Kristus ini? Pengampunan sangat dibutuhkan untuk menjadi dasar/landasan kekristenan yang tidak boleh hilang sama sekali. Rasul Paulus mengatakan bahwa sebagai ahli bangunan yang cakap ia telah meletakkan dasar dan tidak boleh digantikan oleh dasar lain apa pun kecuali Yesus Kristus (1 Kor. 3:10-11).

Beritakan salib maka pengampunan dosa yang sangat dirindukan sejak manusia jatuh ke dalam dosa terjadi sebab dosa membuat kerusakan/kehancuran (bangunan kekristenan) dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Oleh sebab itu Yesus begitu serius memintakan ampun kepada Bapa-Nya akan mereka yang menyalibkan Dia. Apakah mereka yang mendengar perkataan-Nya atau yang membaca ayat ini mau percaya dan menerima Dia? Belum tentu!

Seorang penjahat yang disalib di sebelah Yesus begitu yakin Yesus akan datang sebagai Raja. Di atas kayu salib pula Yesus mengatakan bahwa pada hari itu juga penjahat tersebut akan bersama-Nya di dalam Firdaus. Yesus memberikan suatu kepastian yang paling aman yaitu Firdaus disediakan baginya.

Beritakan salib maka Firdaus tersedia! Kematian tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi mereka yang percaya kepada Yesus. Sungguh merupakan kasih karunia bagi penjahat yang hidupnya tinggal hitungan jam/menit tiba-tiba imannya meningkat padahal dia tahu Yesus segera mati tetapi dia begitu beriman bahwa Yesus akan datang sebagai Raja! Bagaimana dengan iman kita? Sungguhkah kita percaya dan merindukan kedatangan- Nya kembali?

Setelah pengampunan terjadi dan keselamatan dijamin, Yesus kemudian menunjukkan bagaimana cara mengasuransikan nyawa yaitu hanya kepada Bapa maka tubuh, jiwa dan roh kita akan aman di tangan-Nya.

Awalnya Saulus (sebelum dikenal dengan nama Paulus) tidak percaya Yesus walau dia tahu peristiwa penyaliban- Nya. Dia malah begitu membenci-Nya dan menangkapi pengikut-pengikut-Nya karena dianggap sekte sesat. Namun setelah perjumpaan dengan Yesus yang dianiayanya, dia bertobat (Kis. 9:1-18) dan berubah total. Dia menjadi pemberita Injil yang militan dan kepada muridnya, Timotius, dia mengaku orang yang paling berdosa (1 Tim. 1:15).

Dalam pemberitaannya, Rasul Paulus selalu menekankan tentang Yesus tersalib dan mengatakan dirinya paling berdosa? Kita tahu bahwa orang berdosa adalah orang yang melanggar perintah Allah. Alkitab memberi contoh tentang orang muda kaya yang merasa tidak berdosa karena telah menuruti perintah-perintah Tuhan. Dia kemudian bertanya kepada Yesus perbuatan baik apa lagi yang harus dilakukan olehnya untuk beroleh hidup kekal. Terbukti ketika Yesus menyinggung tentang harta benda kekayaannya, dia bersedih dan tidak mau mengikut Yesus (Mat. 19:16-22).

Harus diakui kita semua telah berbuat dosa (Rm. 3:23). Namun mengapa Paulus mengaku dirinya paling berdosa? Kesalahan apa yang telah diperbuatnya? Bukankah dia tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tidak mengucapkan saksi dusta? Dia bahkan menaati hukum Taurat tanpa cacat (Flp. 3:5-6) dibandingkan dengan kita yang banyak kali melanggar.

Dia mengaku sebelumnya adalah penghujat, penganiaya dan seorang yang ganas sebab dia melakukannya di luar iman (1 Tim. 1:12-13). Namun dia memperoleh kasih karunia dengan limpah dari Tuhan supaya menjadi contoh bagi mereka yang tidak/belum percaya (ay. 14-16). Contoh apa yang dapat kita lihat dari kehidupan Paulus?

Tadinya penganiaya → sekarang penyayang terhadap gereja Tuhan

Tadinya penghujat → sekarang memuji dan memuliakan Tuhan

Tadinya ganas → sekarang penuh empati

Rasul Paulus mengalami keubahan hidup yang drastis setelah bertobat dan mengenal Yesus yang disalib.

Ternyata Paulus mengaku orang paling berdosa bukan karena dia melakukan kejahatan fisik (membunuh, berzina, mencuri, berdusta) tetapi karena dia menghujat Tuhan, menganiaya pengikut-pengikut-Nya dan ganas.

Tuhan mau kita memberitakan kematian Yesus yang disalib untuk menolong mereka yang imannya tergoncang agar terjadi kesatuan dalam tubuh Kristus. Kurban Kristus harus menjadi dasar yang tidak mudah dihancurkan bagi orang benar (bnd. Mzm. 11:3).

Oleh kematian Yesus disalib, kita beroleh pengampunan dosa, mendapat jaminan hidup sukacita di Firdaus juga tubuh- jiwa-roh kita aman sentosa di dalam Dia. Dengan kehidupan baru ini, kita tidak boleh tinggal diam atau puas diri tetapi menjadi contoh bagi mereka yang di luar Tuhan agar mereka juga percaya dan mendapat hidup kekal bersama kita. Amin.