Shalom,

Bila kita masih dapat bernapas hingga detik ini, ini merupakan kesempatan yang Tuhan berikan agar kita berbenah diri terutama dalam kehidupan rohani dan karakter kita agar kita diperkenan oleh-Nya. Juga menghadapi situasi pandemi yang masih tidak menentu ini, hanya Tuhan yang layak menjadi Pemimpin dan Pelindung kita juga Firman-Nya menjadi tuntunan dalam keseharian hidup kita.

Tuntunan apa yang diberikan Tuhan melalui Firman-Nya kali ini yang tertulis dalam Lukas 10:38-42?

“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Yesus menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya.”

Kisah di atas tidaklah asing di kalangan orang Kristen karena sering dikhotbahkan. Kisah ini menampilkan dua pribadi yang berbeda sikap dalam menyambut Yesus. Marta sibuk melayani Yesus (dan ini tidak salah) sementara saudaranya, Maria, fokus mendengarkan perkataan Yesus. Heran, ketika Marta meminta Yesus agar Maria membantunya, Yesus malah ‘membela’ Maria dan mengatakan bahwa dia telah memilih bagian yang terbaik.

Apa sikap dari Maria yang diperkenan Yesus sehingga dikatakan dia telah memilih bagian yang terbaik?

Di kaki (Yesus) yang sama, kepala rumah ibadat, Yairus, tersungkur memohon kesembuhan anak perempuannya yang sakit hampir mati (Mrk. 5:22-23); di kaki yang sama pula seorang ibu tersungkur menghendaki anak perempuannya yang kerasukan roh jahat disembuhkan (Mrk. 7:25). Juga di kaki yang sama dalam penglihatan di Pulau Patmos Rasul Yohanes melihat kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara dalam perapian dan ia tersungkur di depan kaki-Nya seperti orang mati tetapi Yesus mengatakan supaya ia tidak takut (Why. 1:15- 17). Rasul Paulus menggambarkan betapa berkuasanya kaki Yesus sebab segala sesuatu termasuk maut telah ditaklukkan di bawah kaki-Nya (1 Kor. 15:25-27a). Ternyata Maria mengambil sikap terbaik yaitu duduk dekat kaki Yesus berarti dia dekat dengan Pribadi Yesus.

Introspeksi: hari-hari ini siapa/apa yang dekat dengan kita? Apakah handphone sangat setia dan begitu dekat dengan kita sehingga sering terdengar HP mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, maksudnya suami-istri-anak yang tinggal satu rumah dapat hidup berjauhan sebab komunikasi dilakukan via HP bahkan saat makan bersama pun masing-masing tertunduk dan fokus dengan HP-nya. Sungguhkah kita lebih dekat dengan Tuhan secara pribadi atau HP telah menggantikan Dia? Apa reaksi kita kalau ketinggalan HP dalam perjalanan ke gereja? Akankah kita meneruskan perjalanan atau balik pulang? Sementara kalau ketinggalan Alkitab kita tetap tenang dan berpikiran gereja pasti menyediakan Alkitab untuk dapat dipinjam.

Maria telah memprioritaskan yang terbaik yaitu dekat dan fokus pada Pribadi Yesus. Buktinya? Dia tidak sibuk dengan kegiatan fisik tetapi perhatiannya tercurah kepada Yesus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita lebih fokus dengan berita-berita di medsos atau kita makin rindu untuk dekat dengan Sang Pencipta?

Berbeda dengan Marta yang tidak menempatkan prioritas yang terbaik; akibatnya dalam pelayanan timbul riak- riak omelan.

Waspada, jangan banyaknya kesibukan melayani Tuhan mengurangi prioritas kedekatan kita dengan-Nya. Adakah kita mempunyai waktu khusus untuk dekat dengan-Nya, misal: mempunyai doa pribadi? Bila kita intim dengan- Nya, Ia akan mengingatkan kita (dari dalam hati timbul dorongan kuat) untuk melakukan kebenaran juga bagaimana menyikapi kondisi yang enak/tidak enak. Marilah kita belajar untuk tidak sejengkalpun kedekatan kita dengan Pribadi Tuhan dikalahkan oleh sesuatu.

Maria terus mendengarkan perkataan Yesus dan fokus pada apa yang dikatakan oleh-Nya saat berada di dekat- Nya.

Jujur, kita sering fokus mendengarkan Firman Tuhan hanya pada saat kita dilanda masalah seperti di masa pandemi ini. Seharusnya kita konstan dan terus menerus fokus mendengarkan Firman untuk mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya.

Mengapa dan apa untungnya kita fokus pada Firman Tuhan? Mazmur 119:105 menuliskan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Lebih lanjut Firman Tuhan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).

Jadi, tanpa Firman Tuhan, kita akan mudah tersandung dan jatuh. Langkah hidup kita menjadi gelap dan hati mudah tersinggung lalu sakit hati kemudian menyalahkan orang lain karena merasa diri sendiri yang benar. Terlebih saat ibadah dilakukan via online seperti sekarang ini, kita tidak dapat berkomunikasi sehangat sebelum pandemi yang mana bila kita tersinggung dengan seseorang kita dapat segera mendatanginya untuk minta maaf.

Ilustrasi: di masa pandemi ini suami-istri berada di meja makan dan suami makan dengan lahapnya. Si istri memandang suaminya sambil mengatakan, “Otak kosong, omong kosong dan dompet kosong, lengkaplah kau bang!” Apa reaksi suami mendengar omongan istrinya? Meledaklah amarahnya, selera makannya hilang dan timbullah pertengkaran.

Bila suami istri adalah anak Tuhan, teringatlah akan Firman Tuhan yang mengajarkan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Ams. 1:7); membenci mulut yang penuh tipu muslihat (Ams. 8:13) dan asal ada makanan dan pakaian cukuplah (1 Tim. 6:8-9). Apakah ini berarti orang Kristen tidak boleh kaya? Bukan seperti itu konsep yang diajarkan Alkitab. Bukankah Yusuf kaya raya? Namun ia tidak menimbun kekayaan untuk diri sendiri melainkan untuk mengantisipasi musim kekeringan yang akan dijalani bersama seluruh rakyat Mesir. Jadi, jangan ikut Tuhan dengan tujuan ingin menjadi kaya! Perhatikan, kekayaan melimpah tidak menjamin kepuasan diri sebab faktanya ada orang kaya dan artis terkenal bunuh diri. Kekayaan juga tidak dapat mencegah maut datang. Memang setiap orang membutuhkan uang tetapi jangan sampai berpikiran “kalau tidak ada uang serasa mau mati”.

Maria tidak berhenti hanya dekat dengan pribadi Yesus dan mendengarkan perkataan Yesus tetapi lebih lanjut ia meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal (300 dinar) dan menyeka dengan rambutnya (Yoh. 12:1-8).

Perlu diketahui Maria, saudara Lazarus, yang meminyaki kaki Yesus berbeda dengan perempuan yang meminyaki kepala Yesus di rumah Simon, si kusta, walau kegiatannya mirip tetapi waktu dan tempatnya beda (Mat. 26:6-13; Mrk. 14:3-9).

Apa yang diperbuat Maria diperkenan Yesus sebab bertujuan untuk mengingat hari penguburan-Nya (Yoh. 12:7- 8). Bicara penguburan ada kaitannya dengan kematian Yesus disalib sebagai bentuk pengurbanan-Nya.

Aktivitas Maria menggemparkan seluruh rumah karena dia mengurbankan minyak narwastu seharga 300 dinar atau sama dengan upah 300 hari atau 10 bulan kerja. Tak seorang pun mengerti Yesus akan mati bahkan Yudas Iskariot mencela tindakan Maria yang dianggap pemborosan. Terbukti Maria tidak berdiam diri tetapi juga ada harga yang harus dibayar dalam melayani Yesus. Semua ini dilakukannya karena ia mengenal Pribadi Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya.

Memang pemberitaan salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan ini adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18). Jelas, orang dunia tidak mengerti tentang salib dan menolak penderitaan. Bagi kita sekarang, salah satu kegiatan menghargai kurban Kristus ialah dengan makan roti dan minum anggur dalam Perjamuan Tuhan untuk memberitakan kematian-Nya hingga Ia datang (1 Kor. 11:26).

Baik Maria maupun perempuan yang mengurapi kepala Yesus telah melakukan perbuatan baik dan akan terus diingat di mana saja Injil (salib) diberitakan di seluruh dunia (Mat. 26:10-13). Dengan kata lain, Injil tentang salib merupakan misi yang dikehendaki Bapa untuk tetap dikumandangkan.

Kini kita tahu apa yang harus menjadi prioritas dalam hidup kita yaitu kita memiliki relasi dekat dengan Pribadi Yesus dalam doa pribadi (Mazbah Pembakaran Ukupan), fokus dengan perkataan Firman-Nya yang menjadi terang bagi jalan hidup kita untuk tidak mudah tersandung (Kandil Emas) dan mengingat pengurbanan kematian-Nya disalib (Perjamuan Tuhan) hingga Ia datang kembali (Meja Roti Sajian). Tidak ada yang terindah dan terbaik dalam hidup ini selain memprioritaskan kegiatan di Tempat Kudus di mana ada tiga perabot Tabernakel di dalamnya yang menguduskan kehidupan kita hingga kelak Ia datang kembali untuk menjemput kita dan tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan-Nya selamanya. Amin.