Kitab KEJADIAN – Jumat, 09 Desember 2016

Pdt. Paulus Budiono

Shalom,

Senang sekali pada petang ini kita boleh berjumpa dalam PA. Saya mencoba untuk mengakhiri tahun 2016 ini dengan juga mengakhiri kitab Kejadian. Nyanyian menyatakan menyenangkan hatiMu Tuhan, Yusuf menyenangkan hati Tuhan sehingga Tuhan selalu menyertainya dalam keadaan apapun,mulai dari lahir dalam kondisi makmur bersama orang tuanya sampai terpaksa berpisah dari orang tuanya, selanjutnya masuk dalam penderitaan, dituduh, masuk penjara sampai diangkat menjadi Perdana Menteri, sebagai penguasa dibawah Raja Firaun.

Saya coba renungkan bagaimana kira-kira sebagai manusia yang mempunyai kuasa penuh saatmelihat sepuluh orang kakaknya datang dengan maksud kebutuhan perutnya dikenyangkan. Secara manusiawi terlalu mudah bagi Yusuf untuk membalas dendam denganmembiarkan mereka membeli gandum sama seperti yang lain. NamunternyataYusuf justrumenangis mendengar penyesalan mereka dalam bahasa Ibrani. Saya yakini Yusuf lahir atas permohonan berulang-ulang dari ayahnya Yakub danibunya Rachel, puluhan tahun baru mendapatkan Yusuf. Yusufmelihat dan merasakan berdasarkan perkataan orang lain bahwa Tuhan menyertainya,maka dalam kondisi apa saja dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk menyenangkan Tuhan yang memeliharanya. Waktu dia mendapat anak yang kedua dinamainya Efraim, katanya : “ditempat sengsara Tuhan membuatku berkembang.”Sikap yang indah waktu susah Tuhan menyertai sampai sudah berkembang dia tidak lupa Tuhan. Seringkalisaat susah kita berteriak minta Tuhan tolong dan berupaya menyenangkan hati Tuhan, tetapi saatTuhanmengabulkan, kita lupa menganggap karena kitalah yang bisa.

Ada saatnya Tuhan mau supaya Yusuf menjadi berkat terutama untuk keselamatan. Ini bukan soal kedudukan, ini soal makanan. Tuhan mendatangkan kelaparan yang begitu hebat baik di Mesir maupun Kanaan dan sekitarnya bahkan Alkitab mengatakan seluruh dunia. Tuhan ingatkan saya kepada kitab Amos mengenai kelaparan, kita membaca :

Amos 8 : 11 - 12  "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN.  Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya. 

Kita seringkali mendengar pengkhotbah mengatakan Tuhan akan kirimkan kelaparan dan akan banyak anak muda-mudi yang jatuh rebah dan tidak bangun lagi. Jika kita membandingkan kitab Amos dengan kitab Kejadian, ini suatu yang berbeda. Di sini orang mencari Firman sebab dia lapar berarti dia butuh makanan berupa Firman karena Firman itu adalah makanan, tetapi tidak mendapatkan. Sementara dalam cerita Yusuf mereka mendapatkan makanan, harus diperhatikan bedanya, jangan sampai Amos kita samakan dengan kitab Kejadian, supaya tidak salah paham. Saya tidak tahu apakah ini sudah terjadi ataukah masih merupakan suatu nubuatan yang akan terjadi di akhir zaman ini. Waktu-waktu yang lalu saya mendengar di mana ada KKR maka banyak orang lari ke sana mencari Firman dan mereka mendapatkan. Kita bisa saja katakan semua orang lapar dan lari ikut KKR, masih lapar lari ke seminar, dan masih lapar lagi laripada Firman. Namun jelas di Amos mereka samasekali tidak mendapatkan walau sudah mencari dari kota ke kota,yang ada hanyalah kejatuhan anak-anak muda.

Kitab Kejadian berbeda dengan Amos, saya lebih cenderung waktu belajar Kejadian ini Yusuf mempunyai kemampuan untuk mengendalikan kehidupan manusia. Kamu bisa mati jika saya tidak memberi makanan, ini merupakan gambar bayang dari pemeliharaan Tuhan yang jelas secara fisik kepada bangsa Mesir dan Kanaan, bukan saja keluarga Yakub tetapi juga ada bangsa-bangsa yang lain. Maka jelas ini lebih cocok dikatakan dalam Yohanes 6 bahwa Yesus adalah roti kehidupan. Kita membaca :

Yohanes 6 : 27, 32– 33Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."...... Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." 

Memberi hidup kepada dunia, Tuhan tidak katakan memberi hidup kepada orang Yahudi saja. Kejadian mengenai Yusuf awalnya tidak terpikirkan oleh Firaun. Dia bermimpi dari Tuhan, lalu terjadi kelimpahan 7 tahun dan kemudian terjadi kelaparan sampai di Mesir pun tidak ada makanan. Ajaibnya ada Yusuf yang membuat Mesir tetap ada makanan, sampai orang-orang sekitarnya disebutkan ‘seluruh dunia’ waktu itu bisa mendapat makanan. Hal ini cocok dengan injil Yohanes : Yesus itulah yang mempunyai makanan dan makananNya berlimpah sampai seluruh manusia di dunia. Itu sebabnya kita harus bersyukur lewat cerita ini jika Yesus selalu siap dan Dia berkata, “Kerjalah untuk makanan yangkekal, jangan hanya yang jasmani saja.” Bukan berarti Tuhan katakan tidak perlu bekerja mencari nafkah, itu harus!

Semua orang datang pada Raja Firaun mengatakan kami kelaparan dan minta makan, kami mempunyai uang untuk membeli. Raja Firaun mengatakan : “ Pergilah pada Yusuf”. Di sini juga dikatakan Yesus anak manusia yang disah-kan oleh Allah Bapa untuk menjadi jaminan yang selalu ada. Itu sebabnya jika kita mengerti ini kita bisa membandingkan bagaimana waktu Yusuf bertemu dengan saudara-saudaranya dengan bagaimana saat Yesus bertemu dengan orang Yahudi yang sampai hari ini masih belum mau menerima Yesus. Ketika Yesus berkata : “Akulah roti hidup dari sorga, barangsiapa makan dan minum Aku, ia dapat hidup kekal”, orang Yahudi tidak mau percaya dan akhirnya banyak murid-murid Yesus yang adalah orang Yahudi meninggalkan-Nya.Roti hidup yang mereka butuhkan justru ditolak. Dalam kitab Kejadian tidak ada yang menolak, semuanya mau menerima. Ketika saudara-saudara Yusuf membeli gandum dan sudah membayarnya tetapi waktu pulang mereka mendapatkan kembali uangnya. Mereka heran, kaget dan bingung. Saya diingatkan Tuhan untuk merenungkan di dalam Yesaya 55, saya mau kaitkan yang jasmani dan rohani, kita membaca :

Yesaya 55 : 1 - 3 Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. 

Saya coba untuk menggabungkan apa yang diingatkan Tuhan pada saya untuk melihat bagaimana saudara-saudara Yusuf diatur sedemikian rupa sehingga mereka mendengar baik-baik pada Yusuf. Sudah disebutkan oleh Yesaya juga untuk kita semua jikalau kita tidak dengar baik-baik kita tidak kenyang.tidak ada sukacita (ayat 2). Apakah kita yakin bahwa firman Allah adalah makanan yang terbaik? Bukan uraian saya. Jangan terjebak dengan uraian seorang pendeta, dengarkanlah baik-baik betul atau tidak uraianya. Saudara harus merasa puas karena ini adalah firman Allah, bukan filosofi. Firman Allah ini hebat dan luar biasa bukan karena dia berbahasa Ibrani atau Yunani, tetapi karena ini benar-benar firman dari Allah. Jikalau kita pulang dan merasa tidak puas itu hanya satu penyebabnyakarena kita tidak dengar dengan baik.Kita harus dengar sungguh-sungguh maka engkau akan penuh sukacita dan kegembiraan.

Sendengkanlah telingamu = lebih maju lagi, lebih sungguh-sungguh lagi. Siapapun yang menyampaikan Firman Tuhan dan waktu dibacakan telinga ini sungguh-sungguh mendengar maka saudara dipuaskan. Yang memuaskan itu bukan fasih lidahnya pendeta atau teraturnya seorang teolog, yang memuaskan saudara adalah sikap saudara sendiri. Saya menyampaikan dan merasakan sukacita itu dan saya ingin supaya saudara juga merasakan sukacita seperti saya. Sebab itu ayat 3 mengatakan : ‘Mari dekat dan pasang telinga’. Jangan saudara bergairah sebab ada event yang hebat atau pendeta yang pandai berbicara atau karena musiknya bagus. Itu karena digairahkan oleh manusia, emosinya dibangkitkan tetapi di sini dikatakan bahwa jika mendengar baik-baik maka engkau pasti hidup. Selanjutnya : ‘Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu’, bukan hanya mendengar dan puas tetapi ada perjanjian kekal.

Yesaya 55:4 Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;

            ‘menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud’. Raja Daud sudah tidak ada, untuk apa raja Daud disebutkan lagi? Ini menuju pada Kristus. Yusuf bayangan saja tetapi nanti setelah penyelamatan keluarga Yakub ada rencana Allah supaya nanti boleh masuk di dalam kitab Keluaran sampai pada kegenapan janji Tuhan. Kita membaca kelanjutannya :

Kejadian 42: 1-2 Setelah Yakub mendapat kabar, bahwa ada gandum di Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya: "Mengapa kamu berpandang-pandangan saja?" Lagi katanya: "Telah kudengar, bahwa ada gandum di Mesir; pergilah ke sana dan belilah gandum di sana untuk kita, supaya kita tetap hidup dan jangan mati."

Di mana ada firman di situ ada hidup supaya rohani kita tidak mati. Anak-anak Yakub sama sekali tidak rohani dan tidak mengerti. Benar-benar sudah tidak ada makanan, bayangkan sudah sekian besarnya tidak mengerti pentingnya makanan untuk keluarga. Mungkin laki-laki masih lebih kuat berpuasa berbeda dengan ibu-ibu, anak-anak, dan Yakub yang sudah tua. Orang tua yang penuh pengalaman bisa menimbang kendatipun anak-anaknya tidak mau tahu, ayahnya cukup bijaksana,‘Buat apa kamu saling melihat-lihat di sini, pergilah”. Seringkali dalam persoalan rohani juga begitu, “Kamu sajalah”, tetapi Yakub mengatakan, “Mengapa kamu diam saja? di Mesir ada makanan, pergilah ke sana untuk membeli supaya kita bisa hidup dan jangan mati.” Kita membaca :

Kejadian 42: 6-8 Sementara itu Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu. Jadi ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah. Ketika Yusuf melihat saudara-saudaranya, segeralah mereka dikenalnya, tetapi ia berlaku seolah-olah ia seorang asing kepada mereka; ia menegor mereka dengan membentak, katanya: "Dari mana kamu?" Jawab mereka: "Dari tanah Kanaan untuk membeli bahan makanan." Memang Yusuf mengenal saudara-saudaranya itu, tetapi dia tidak dikenal mereka.

            Kita melihat bahwa saudara-saudara Yusuf tidak mengenalnya, langsung mereka sujud menyembah. Pada zaman itu semua orang termasuk orang Mesir dan yang lainnya, jika menghadap pemerintah yang dihormati pasti mereka sujud sampai kepalanya ke tanah. Yusuf kenal saudara-saudaranya tetapi mereka tidak kenal. Jika saya berbicara secara rohani orang Kristen yang penuh firman Allah akan mengenal orang yang lapar tetapi orang yang lapar dan tidak mencintai Tuhan tidak bisa mengenal orang yang rohani, kata 1 Korintus 2. Orang yang rohani berbicara yang rohani tetapi orang yang tidak rohani tidak mengerti apa-apa, itulah bedanya. Orang rohani tahu semua yang sudah terjadi, orang yang tidak rohani akan cepat marah, cepat mendendam bahkan sampai berbuat segala sesuatu.

Kejadian 42: 9a Lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka.

            Di sini merupakan kunci pertemuan, rekonsiliasi saudara-saudaranya dengan Yusuf karena makanan, sebenarnya bukan sekadar makan, sekadar kenyang, sekadar untuk menyambung nyawa. Apa artinya jika kita menerima firman Allah hanya sekadar menyambung rohani kita, tetapi tidak pernah terjadi rekonsiliasi yang sebenarnya. Mereka boleh datang membeli, Yusuf juga boleh mengambil uangnya sebab memang harganya demikian, lalu mereka boleh makan, pulang entah berapa bulan lagi kembali dalam keadaan yang sama. Apa kita orang Kristen juga demikian? Seharusnya kita melihat cerita ini Tuhan sudah mengatur mengadakan kelaparan, kekeringan. Nanti akan terjadi suatu perdamaian.

Kata Yesus, “Akulah roti hidup. Barang siapa datang pada-Ku, Bapa yang mengatur supaya kami menyatu, supaya kami bisa bersama-sama karena Akulah kehidupan. Mereka akan bangkit pada hari akhir.” Jadi, ada suatu gerakan dalam Yesus roti hidup, bukan sekadar untuk kita makan dan senang, kemudian di gereja merasa puas, bukan itu saja, tetapi kita harus melihat puncaknya pada suatu persekutuan yang luar biasa.

Mereka sujud menyembah,saya menghitung ternyata sujud menyembah mereka pada Yusuf ada empat kali. Satu sampai ketiga kali saudara Yusuf tidak kenal tetapi yang keempat kali sujud lagi saat sudah mengenal Yusuf. Tuhanmau mengajak kita belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan roti surgawi yang kekal supaya kita bisa mengadakan suatu pendekatan sampai pada pengenalan yang benar. Akulah Yusuf, Akulah Yesus, Akulah roti hidup. Tidak tahu sekarang ini ada berapa banyak orang Kristen yang benar-benar mencintai Alkitab yang adalah firman Allah. Saya jujur mengatakan, saya dulu tahu Alkitab ini firman Allah tetapi saya tidak merindukan menyatu dengan pribadi Yesus.

Dengan adanya empat kali sujud dari saudara-saudaranya kepada Yusuf, saya melihat semakin banyak sujudnya semakin membuat Yusuf terharu sebab Yusuf menjadi gambar bayang Yesus yang tidak bisa menahan hati jika melihat orang yang susah menangis kepada Tuhan. Malam ini saya akan berbicara tiga kali sujud untuk terjadinya suatu rekonsiliasi yang luar biasa. Sujud yang pertama, saya tidak mengulangi lagi, sekarang kita membaca :

Kejadian 43: 26, 28 Ketika Yusuf telah pulang, mereka membawa persembahan yang ada pada mereka itu kepada Yusuf di dalam rumah, lalu sujud kepadanya sampai ke tanah. ..... Jawab mereka: "Hambamu, ayah kami, ada selamat; ia masih hidup." Sesudah itu berlututlah mereka dan sujud.

            Ini sujud yang kedua. Kemudian kita membaca :

Kejadian 44: 14 Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya.

            Ini sujud yang ketiga kalinya. Kita akan menyimak pada yang terakhir.

Kejadian 50: 14-15, 18 Setelah ayahnya dikuburkan, pulanglah Yusuf ke Mesir, dia dan saudara-saudaranya dan semua orang yang turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia untuk menguburkan ayahnya itu. Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya." ......Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu."

            Apakah Yusuf merasa bangga karena mimpinya sudah menjadi kenyataan? Mereka meminta menjadi hamba, “Kami maumenjadi budakmu.” Dahulu kita hamba dosa sekarang kita menjadi hamba Allah, itu benar tetapi yang lebih dari itu adalah kita diangkat menjadi sahabat. Selanjutnya nanti meningkat lagi dalam persekutuan yang luar biasa sampai disebutkan menjadi mempelai wanita Anak Domba, ini akan menggairahkan kita sekalian. Jika kita di posisi saudara-saudara Yusuf bagaimana kita harus berbuat supaya menyenangkan hati Tuhan? Jika kita pada posisi Yusuf yang berlimpah dengan firman Allah, apa yang akan kita berikan?

Saya kembali pada tiga kali sujud dari saudara-saudara Yusuf. Waktu pertama kali saudara-saudaranyabersujud, Yusufteringat mimpinya bahwa saat itu terwujud. Tuhan sedang mendidik Yusuf untuk layak disembah tanpa rasa sombong. Tuhan mengatakan kepada jemaat Efesus karena kamu sungguh-sungguh nanti Aku akan membuat orang Yahudi yang palsu itu akan sujud. Kadang jika kita melihat orang lain datang mengaku dengan rendah hati, tanpa sadar menganggap kita ini hebat. Apalagi kita yang mempunyai firman pengajaran, kita menganggap kita yang paling hebat karena mempunyai pengajaran yang luar biasa, yang utuh. Kita bisa bicara soal utuh tetapi kita tidak utuh. Kita bicara firman pengajaran yang besar tetapi kita tidak besar. Yusuf lain, Yusuf mengalami, dia tahu bagaimana Tuhan memimpin dan mengingatkannya. Dua puluh dua tahun yang lalu ia bermimpi, sekarang sudah terwujud dan langsung Tuhan memberi hikmat untuk mengatur strategi bagaimana untuk berdamai.

Orang Kristen yang memiliki firman Allah tidak ingin orang lain lebih susah. Orang yang memiliki firman Allah akan memberikan pembagian yang tepat sehingga terjadi pembenaran. Apa yang diingat Yusuf? Kita membaca :

Kejadian 37: 5-8 Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.

            Sesama saudara, apalagi yang lebih tua belum tentu bisa menerima perkataan dari adiknya. Kita sebagai orang tua harus belajar jangan menganggap anak muda tidak bisa dipakai Tuhan, Tuhan bisa memakai anak muda. Anak muda tidak perlu takut tetapi belajarlah seperti Yusuf. Tuhan mau memakai dan memberikan urapan atas orang muda yang benar walaupun tidak langsung jadi, seperti Yusuf, 22 tahun kemudian baru mimpinya terjadi.. Kadang kita membawa firman: “Mengapa belum bertobat ya?” Kemudian hamba Tuhan itu pesimis: “Jika demikian, yang tadi bukan firman Tuhan, bukan Tuhan yang panggil.” Belajarlah dari Yusuf. Dia dibenci tetapi tetap menyampaikan mimpinya,itu menunjukkan Yusuf anak muda yang disertai Tuhan tidak memiliki dendam,justru sebaliknya saudara-saudaranya penuh kejengkelan.Ini suatu kehidupan yang kontras sekali. Ada Tuhan, dan tidak ada Tuhan, ada firman dan tidak ada firman.

Waktu kita mendengar anak-anak muda dipakai Tuhan, bagaimana hati kita? Apakah hati kita bersyukur ada regenerasi, atau justru kita katakan: “Anak muda, masih bau kencur sudah ‘sok-sok an’.” Tuhan Yesus juga begitu waktu masih muda, “Tidak sekolah saja kamu bicara begitu, kamu contek darimana?” Umurnya baru 30 tahun, belum apa-apa dibanding imam yang sudah tua, Simeon. Puji Tuhan Simeon, Zakharia, Elizabeth, tua tua yang rohani. Mari yang tua-tua dan senior mau belajar menerima dan senang jika anak muda dipakai Tuhan, berilah dorongan bukan dibenci

Yusuf ingat 22 tahun lalu waktu berumur 17 tahun dia dua kalibermimpi, dia semakin dibenci oleh kakak-kakaknya sebab Yusuf selalu berbicara yang benar dan jujur,kejahatan kakak-kakaknya disampaikan pada ayahnya.Alkitab mengatakan mereka tidak senang. Ketikamereka melihat Yusuf mendapat pakaian istimewa merekairi hati sehingga semakin benci. Alkitab menuliskan mereka tidak mau berbicara ramah. Perkataan mereka kasar. Roh Kudus mengingatkan saya dan saudara jangan berkata sembarangan, itu akan dipertanggungjawabkan di muka hakim, yaitu Firman itu sendiri. 22 tahun kemudian, perasaan dongkol, marah dan sebagainya akan diperdamaikan.

“Setiap perkataan sia-sia akan dipertanggungjawabkan di muka hakim,” kata firman Allah dalam Matius 12. Kita mau belajar dari Yusuf, jangan tidak senang kepada saudara saudara seiman. Itu nanti akan terus meningkat, menjadikan saudaranya tidak pernah bahagia. Waktu kakak-kakaknya pulang untuk menjemput ayahnya, Yusuf berpesan, “Jangan berkelahi di tengah jalan.” Jika hati kita ada dendam, nanti akan bertengkar sendiri. Gereja Tuhan di akhir zaman ini harus kembali pada firman Tuhan sebab Firman ini yang paling tinggi, tidak ada yang lain! Hamba-hamba Tuhan perhatikan waktu saudara menggembalakan, semua mempunyai karunia masing-masing dengan tanggung jawab masing-masing. Tidak perlu dibanding-bandingkan dengan yang lain!Itu sebabnya Yusuf berkata : “Kakak-kakak jangan berkelahi ya?” Artinya sepuluh bersaudara itu pastisering berkelahi.

Kita harus belajar seperti Yusuf yang mempunyai firman Allah untuk mengingat masa lalu supaya meneliti dengan baik bagaimana menghadapi kakak-kakaknya yang ingin membunuhnya hanya Ruben yang tidak mau membunuh.Mereka sudah sepakat waktu Yusuf datang dari jauh: “Itu adik kita, si tukang mimpi.” Belum apa-apa sudah berkata : “Itu hamba Tuhan, pasti berbicara firman lagi firman lagi.” Jangan kita gembala-gembala suka berkata begitu.Kita gembala-gembala seharusnya bicara firman Allah. Waktu Yesus lahir, malaikat berkata kepada gembala-gembala yangsederhana, tidak punya kedudukan untuk datang dan fokus pada Yesus. Itu indah sekali, jangan berkelahi.

Yusuf ingat,saat ia dibuang ke sumur. Ruben merasa tidak enak hati,dia katakan: “Jangan dibunuh.” Mereka mau membunuh dan membuang mayatnya, kemudian sepakat memberitahu ayahnya bahwa Yusuf mati, dirobek-robek binatang buas. Bohongnya luar biasa sebab firman Allah tidak ada dalam hatinya. Kita harus minta Roh Kudus mengendalikan mulut kita supaya selalu terjadi persekutuan yang indah. Ruben katakan: “Jangan dibunuh, lebih baik kita buang saja.” Maksud Ruben baik,nanti jika sudah dibuang, ketika mereka pergi ke tempat lain, Ruben datang untuk menolong adiknya. Ini niatan Ruben, tetapi tidak sempat. Yehuda berkata : “Kamu jangan menumpahkan darah adik kita sebab ia adalah darah daging kita!” Ini meningkat,berbicara soal darah daging kita. “Kita jual saja”, maka terjadilah Yusuf dijual. Yusuf menangis, meronta,meminta tetapi tetap dijual. Yusuf selalu ingat semua kejadian itu.

Saya berpikir apakah kita bisa mempunyai pengalaman seperti ini? Kita tidak mempunyai saudara model begini, tidak lagi mempunyai niat yang begitu jahat, bagaimana kita harus rekonsiliasi?Misalkan kita tahu ada orang yang pernah membenci kita, menyakiti hati kita, bagaimana kita adakan perdamaian? Apa kita bisa seperti Yusuf menggertak? “Siapa kamu? Kamu adalah mata-mata.” Yusuf adalah seorang yang penuh Roh Kudus dan raja Firaun berkata : “Siapa lagi orang yang seperti ini yang di dalamnya ada Roh Allah?” Berarti di dalam kepemimpinannya, Yusuf selalu disertai Roh Allah,sehingga waktu dia berkata keras, itu mendobrak hati saudara-saudaranya yang sudah beku karena kejahatan.

Kata Ibrani 3 :‘Jika ada satu hari, saling menasehati supaya hati jangan menjadi keras sebab ditipu oleh dosa’. Jika dosa sekecil apapundisimpan, itu akan membuat hatisemakin lama semakin keras. Sekeras apapun pendeta menyampaikan firman pengajaran, ia tidak akan terasa karena hatinya sudah beku!Itu sebabnya perlu ditegur keras seperti yang dilakukan Yusuf, sehingga mau tidak mau mereka jujur. “Kami punya orang tua, saudara, ada satu saudara yang sudah mati.” Tidak jujur lagi,mereka tidak mengaku dijual. Itulah manusia saya dan saudara, kalau jujur ya jujur, jangan setengah jujur, setengah tidak jujur,dihadapan Tuhan tetap tidak jujur! Yusuf tahu, kakak-kakaknya berbohong tetapi ia diam saja. Tuhan tahu kita jujur atau tidak jujur, Tuhan bisa menjadikan kita jujur. Jika kita jujur, Tuhan mau pakai kita untuk meningkatkan kejujuran orang lain.

Selanjutnya Yusuf bertanya, “Masih ada seorang adik kalian, sekarangbuktikan, pulanglahmembawa gandum, kembali lagi ke sini sambil membawa adikmu,jika kamu tidak membawa adikmu, jangan lagi datang melihat saya.” Keras sekali.Mereka butuh makan, masih ada 5 - 6 tahun kelaparan yang hebat. Jika mau hidup harus jujur.Pada Yusuf ada Roh Kudus, jika melihat orang lain tidak jujur jangan ditekan, tetapi harus diberi bimbingan. Akhirnya sepuluh orang itu masuk penjara. Mereka bungung,ayah, istri dan anak-anaknya di Kanaan kelaparan semua,bagaimana ini? Tiga hari kemudian dilepas. Yusuf berkata, “Bawa makanan ini untuk menyelamatkan keluarga dan orang tuamu tetapi jangan lupa bawa adikmu untuk membuktikan kamu jujur, dan sekarang saya akan menahan satuorang diantaramu”, dipilihlah Simeon.Perkataan Yusuf yang keras membuat sepuluh saudaranya mengaku jujur. Yohanes 16 mengatakan: “Jika Aku tidak pergi, Roh Penghibur tidak bisa datang tetapi jika Aku pergi, Roh Kudus datang. Dan jika Roh Tuhan datang, Dia akan membuat dunia mengaku salah”.

Yohanes 16:7-8 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;

Roh Kudus penghibur yang menginsafkan dengan kelemahlembutan-Nya walaupun seperti yang kita tahu untuk menginsafkan seseorang harus keras dalam menunjukkan kesalahannya. Tulisan Yohanes ini sungguh luar biasa sebab kadang kita berpikir bahwa dengan kekerasan dapat membuat orang berkata jujur, ternyata tidak juga sebab semakin ditekan biasanya semakin berdusta. Roh Kudus sebagai roh yang lemah lembut berbicara di dalam hati kita dan membuat kita sadar lalu menyesal. Roh Kudus datang dengan salib Kristus. Petrus berkata bahwa Yesus yang sudah mereka salibkan sudah diangkat Allah menjadi Tuhan dan Kristus. Orang-orang Yahudi itu hancur hati, bertobat dan minta dibaptis supaya menerima Roh Kudus seperti Petrus. Saat Petrus menerima Roh Kudus, dia tidak lagi menyangkal Tuhan. Jika kita menerima Roh Kudus, kita belajar untuk tidak menyakiti Roh Kudus, sehingga dengan penghiburan-Nya kita dapat mengaku pada Tuhan. Jika kita diampuni niscaya kita dirubah, dari yang membenci seseorang menjadi mengasihi orang itu.

Yohanes 16:8 – 9 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;

Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia sebab manusia tidak percaya pada Yesus, sama seperti saudara-saudara Yusuf yang tidak percaya Yusuf masih hidup, padahal saat itu mereka sedang menyembah Yusuf. Di akhir zaman ini Yesus benar-benar disembah, jangan sampai kita ketinggalan, kita harus menjadi pelopor untuk menyembah Yesus. Kita mau sujud menyembah Dia karena Dia yang mengampuni kita. Yusuf saat itu tidak berbuat apa-apa sebab dia memang hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada saudara-saudaranya.

Yohanes 16:10 - 11 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.

Dalam kitab Keluaran, Mesir dipimpin oleh Firaun yang tidak mengenal Yusuf maka orang-orang Israel ditindas. Pada saat itulah Allah menghakimi orang-orang Mesir secara luar biasa.Saat Yusuf mendengar cerita kakak-kakaknya, dia menangis sama seperti Roh Kudus akan iba jika kita mengaku bahwa kita bukan orang yang baik. Dengan mengaku maka kita akan lebih berhati-hati dengan mulut kita. Dengan jujur dihadapan Tuhan maka kita berhati-hati dengan perkataan kita. Tidak lagi berkata seenaknya saja dengan dalih memang karakter atau kebiasaan daerah asal kita. Dulu kita orang berdosa tetapi setelah diampuni maka kita mengalami keubahan dimana kita langsung menyadari jika berbuat salah dan mengakuinya. Ruben berpesan agar tidak menyakiti Yusuf namun saat dia kembali ternyata Yusuf sudah menghilang karena dijual oleh saudara-saudaranya. Ruben bingung dan mengakui bahwa dosa itu mengejarnya dan saudara-saudaranya. Artinya jika kita dihadapan Tuhan maka kita harus mengakui dosa kita.

Roh Kudus adalah Roh Penghibur yang peka. Apakah hanya Yesus yang pernah menangis sedangkan Allah Bapa atau Roh Kudus tidak pernah? Allah Tri Tunggal itu seia sekata, jikalau Roh Kudus bisa berdukacita maka Firman yang kita dengar juga berdukacita karena kita tidak mentaati Firman itu, Bapa Surgawi akan sangat sedih karena Anak-Nya dinista lagi oleh kita. Kita sering meremehkan Firman Tuhan, Firman yang rela menjadi manusia, kita lecehkan begitu saja maka itu akan merugikan diri kita sendiri. Firman Allah itu kekal selama-lamanya di dalam kerajaan Surga, di tempat yang mahatinggi. Namun karena Dia mencintai kita maka Dia mau turun. Sama seperti Yusuf yang sangat berkelimpahan namun dia berbuat ini supaya saudara-saudaranya tidak hanya sekadar menerima berkat makanan lalu pulang tanpa keubahan. Jika kita datang ke gereja semoga Firman Allah menempelak kita supaya saat pulang kita sadar betapa baiknya Tuhan dalam hidup kita yang menegur kesalahan kita.

Saudara-saudara Yusuf menjelaskan pada penguasa Mesir bahwa saudara mereka, Yusuf sudah tidak ada lagi. Mungkin mereka berpikir jika saja adik kami masih ada, kami mau minta ampun dan berdamai dengan dia saat ini. Yusuf merasakan itu sehingga dia menangis tetapi dia harus bertindak tegas. Jangan kita berpikir jika Roh Kudus bisa sedih, Yesus bisa menangis maka kita anggap bahwa Firman Allah itu lembek. Bukan begitu. Kasih-Nya tidak lembek namun menyelamatkan yaitu kasih dari surga, berbeda dengan kasih manusia yang seringkali iba lalu membiarkan kesalahan terjadi. Yesus ampuni kita, Dia mati di kayu salib adalah harga yang termahal. Namun seringkali kita tidak mau tahu sehingga berulang kali berbuat dosa yang sama. Itu bukanlah minta ampun, itu mempermainkan korban Kristus.

Selanjutnya mereka pulang tanpa Simeon karena ditahan di Mesir. Namun mereka kaget saat mengetahui uang pembayaran mereka dikembalikan lagi, dimasukkan dalam karung makanan yang dibawanya, tidak ada satupun yang berkurang. Dalam Yesaya 55 dikatakan bahwa belilah makanan bukan dengan uang, jika kita datang ke gereja lalu memberi kolekte, jangan katakan saya memberi kolekte karena saya memiliki uang, saya mendukung pendeta, jika khotbahnya bagus saya memberi banyak jika tidakbagus saya memberi sedikit. Firman Allah tidak dapat dibeli dengan uang. Jangan berpikir kita berkurban, memberi sepersepuluh berarti menghidupi pendeta, sama sekali tidak. Yang menghidupi saya dan saudara adalah Firman Allah, uang tidak ada artinya. Inilah cara Tuhan mengingatkan saya dan saudara supaya kita tidak merasa hebat karena sudah memberikan persembahan, sudah membangun gereja dan lain-lain. Bersyukur karena Tuhan memakai saudara.

Mereka pulang dengan kebingungan, Yakub menanyakan Simeon sehingga mereka menceritakan kejadiannya dengan jujur, tanpa sadar Yakub hampir membuat kesalahan karena menyalahkan kejujuran anak-anaknya. Ini terjadi karena dulunya ia sendiri adalah penipu. Yakub tidak memperbolehkan anak-anaknya membawa Benyamin kepada Yusuf karena dia tidak mau kejadian Yusuf terulang kembali. Di dalam rumah tangga pasti ada masalah, jika ketidakjujuran muncul dan masing-masing egois maka tidak akan ada ketenangan di dalam rumah tangga. Firman Tuhan saja yang memberikan pemeliharaan dalam kehidupan kita.

Mereka menyadari jika nanti makanannya habis, mereka harus kembali ke Mesir tetapi tidak berani berbicara pada Yakub sampai akhirnya Yakub sendiri yang berkata kepada mereka agar kembali ke Mesir untuk membeli makanan. Mereka menjawab bahwa tidak bisa ke Mesir jika tidak membawa Benyamin untuk ditunjukkan kepada Yusuf. Penguasa itu berkata bahwa jangan melihat wajahnya lagi jika tidak datang bersama adik mereka sebab dari situlah penguasa itu tahu bahwa keluarga mereka adalah orang-orang jujur. Tuhan ingin kita jujur dan tanpa kebohongan. 144.000 perawan dalam Wahyu dapat ikut kemanapun Tuhan pergi karena didapati mulutnya tidak ada kebohongan. Saya dan saudara harus belajar sampai benar-benar tidak ada kebohongan. Jika hati kita ada sesuatu maka mulut ini akan bohong, namun jika hati kita bersih maka kita akan berbicara jujur apa adanya dihadapan Tuhan. Pada zaman dahulu berbeda dengan sekarang, zaman sekarang rakyat berani kepada penguasa. Kita belajar taat kepada penguasa di atas segala penguasa yaitu Yesus. Firman-Nya menolong untuk terjadi perdamaian dan menghidupkan kita supaya kita jujur, dalam Wahyu 21 dan 22 dikatakan bahwa orang yang berbohong tidak bisa masuk Yerusalem Baru.

Mereka harus membawa Benyamin namun tidak diijinkan oleh Yakub. Ruben berkata bahwa jika Benyamin tidak kembali, ia akan memberikan dua anaknya untuk dibunuh sebagai gantinya. Itulah perkataan Ruben yang dipenuhi hawa nafsu. Dengan mudahnya dia berkata seperti itu tanpa memikirkan anaknya. Yakub tidak mau,karena pemikiran Ruben yang egois tidak dapat dipakai oleh Tuhan. Yehuda tampil untuk menjamin, jika Benyamin tidak kembali maka Yehuda yang akan menanggung dosa seumur hidupnya. Disitulah hati Yakub mulai luluh sebab jiwa Yehuda yang suka berkorban, yang lain tidak seperti itu, dan dari Yehuda nanti muncullah Daud sampai pada Yesus. Akhirnya Yakub mengijinkan Benyamin pergi bersama mereka ke Mesir.

Yakub tergerak hatinya dan menyuruh mereka membawa uang lebih banyak dan membawa persembahan buah-buahan yang terbaik hasil dari tanah Kanaan serta membawa kembali uang yang dahulu dikembalikan. Yakub sangat hebat dalam pengaturan keuangan, orang yang memiliki Roh Kudus jujur dalam hal keuangan bahkan tidak mau ambil keuntungan dalam kesempitan. Saya harus mendidik kita semua terutama dalam KKR masa mendatang, jangan pernah kita mempermainkan uang. Kita harus jujur, satu senpun jangan pernah kita permainkan karena itu adalah harga dari Yesus. Bukan kita yang hebat, satu senpun jika bukan Tuhan yang memberi maka kita tidak akan pernah memiliki. Jika kita mendapat banyak berkat jangan pernah berpikir kita berkurban terlalu banyak, mempertanyakan hasil dari apa yang sudah kita kurbankan. Yesus telah memberi kurban terbesar, apa hasilnya? Pada waktu itu tidak ada hasilnya, tetapi saat Yesus naik ke surga dan Roh Kudus turun baru muncul hasilnya yaitu banyak jiwa-jiwa yang datang dan bertobat walau rasul-rasul banyak mengalami aniaya itulah faktanya pada waktu itu.

Berbeda dengan saat ini, pendeta yang akan menyampaikan Injil justru disanjung-sanjung dan dilayani sedemikian rupa. Kita harus belajar dari Yakub, ia justru menyuruh menambahkan uang, kita seringkali minta potongan harga, ingin mendapat untung sebanyak-banyaknya tidak perduli orang lain mendapat untung atau tidak. Semoga penatua dan majelis gereja Johor dan Lemah Putro dijauhkan dari hal suka mempermainkan uang. Yakub tidak mau memanipulasi, ia menyuruh membawa hadiah dan membawa Benyamin sebab dia berpikir jika Benyamin dan Simeon sampai harus hilang maka dia rela.

Saya menangis, Yakub sebagai orang tua yang memiliki Roh Tuhan hatinya tersentuh karena perkataan Yehuda. “Biarlah Tuhan memberikan damai sejahtera supaya anakku Simeon boleh kembali,” kata Yakub. Entah berapa lama Simeon harus dipenjara di Mesir saat itu, tetapi Yakub sudah pasrah tidak seperti di saat awal. Yakub sebagai orang tua yang memiliki pengalaman rohani pasrah menghadapi masalah kematian. Mereka kembali ke Mesir bukan hanya sekadar membeli makanan tetapi menyadari makanan itu lebih berharga lagi. Puji Tuhan biarlah malam ini kita bersyukur dan belajar bersungguh-sungguh dengan Tuhan.

Amin.