• Editorial 896, 15 Januari 2023

“TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mzm. 27:1)

Ketika memasuki tahun 2022, para pakar menyatakan bahwa tahun itu adalah tahun yang suram. Akibat dari virus Covid yang melanda, tahun-tahun itu ditandai dengan rebahnya banyak orang sebagai korban…. Tahun-tahun yang penuh penderitaan, air mata dan perkabungan. Dengan korban yang banyak dan macetnya arus perdagangan membuat ekonomi terpuruk. Banyak perusahaan gulung tikar. Dan kini para pakar menyatakan bahwa tahun 2023 adalah tahun yang “gelap”. 

Nyanyian Daud “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku” mengingatkan kita pada zaman ketika Tuhan menurunkan 10 tulah di tanah Mesir untuk menyelamatkan Israel dari Mesir, di antaranya ada penyakit, kegelapan, dan kematian. Keindahannya ialah tulah-tulah itu hanya menyerang orang-orang Mesir karena Firaun yang terus berkeras hati tidak mau melepaskan Israel untuk berbakti kepada Tuhan sedangkan tempat di mana Israel tinggal tidak ditimpa tulah karena TUHAN menyertai mereka. Di sana ada terang dan keselamatan! 

Daud pun sangat mengenal TUHANnya yang adalah terang dan keselamatan sehingga ia tidak merasa takut menghadapi apa pun. Kesukaan satu-satunya ialah tetap bersama TUHAN. Kerinduan itu diungkapkan Daud pada ayat-ayat berikutnya, “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini, diam di rumah TUHAN seumur hidupku…” 

Bukankah bagi kita pun Tuhan adalah Terang dan Juru Selamat dunia? Apakah kita masih meragukan kasih setia- Nya memasuki tahun yang diramalkan “gelap” ini? Seolah-olah kepada semua kita di dunia ini Daud menyerukan di ayat terakhir Mazmur 27, “NANTIKANLAH TUHAN! KUATKAN DAN TEGUHKAN HATIMU….. YA, NANTIKANLAH TUHAN….!