MENJADI TEMAN YANG TULUS (MZM. 119:57-64)
Menjadi teman yang tulus ternyata tidak mudah, diperlukan kemurnian hati, kejujuran dan ketidakmunafikan.
Ketika manusia pertama diciptakan, mereka diciptakan menurut gambar Allah. Seperti Allah yang suci, mereka pun suci adanya. Itu sebabnya mereka dapat melihat Allah dan bersahabat dengan-Nya. Di Taman Eden mereka bergaul dengan Allah dengan bebas hingga suatu saat mereka jatuh dalam dosa karena ketidaktaatan terhadap perintah Allah.
Hawa melanggar perintah Allah dan makan buah terlarang itu, dia juga mengajak suaminya memakan buah tersebut. Kemudian mereka sadar telah telanjang dan menyembunyikan diri dari Allah karena ketakutan. Dosa telah memisahkan mereka dari persahabatan yang tulus dengan Allah. Dosa pula menyebabkan mereka saling menyalahkan satu sama lain. Hati mereka tidak lagi tulus. Adam seolah-olah menyalahkan Allah telah memberikan Hawa kepadanya yang menyebabkan dia jatuh ke dalam dosa sedangkan Hawa menyalahkan ular yang memperdayainya.
Sejak itu manusia sering bertentangan, bermusuhan dan saling menyalahkan; mereka membenarkan diri sendiri dan mencari keuntungan pribadi.
Firman hari Minggu lalu mengajarkan bahwa persahabatan dengan Allah maupun dengan sesama yang telah rusak hanya dapat direstorasi oleh Firman Tuhan.
“Bagianku ialah Tuhan, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu…”, kata pemazmur sambil memohon belas kasihan-Nya. Dia tahu tanpa Tuhan dia tidak mungkin dapat hidup. Lalu katanya, “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.”
Andaikan saja semua orang mau mempelajari ketetapan-ketetapan Tuhan dan Firman berlandaskan kasih, dunia pasti akan penuh dengan kasih setia Tuhan dan kita akan dapat menjadi sahabat-sahabat yang tulus baik kepada Tuhan maupun kepada sesama kita.