• MENEROBOS KEGENTINGAN
  • Mazmur 59
  • Lemah Putro
  • 2023-09-10
  • Pdm. Edi Sugianto  
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1432-menerobos-kegentingan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Kita merindukan Roh Kudus bekerja di tengah-tengah kita agar kita memiliki iman yang lebih teguh saat membaca dan mendengarkan Firman Allah sehingga kita dapat menghadapi pergumulan dan makin mendekat kepada Allah. Biarlah semua puji-pujian yang kita persembahkan berkenan di hadapan-Nya. 

Pernahkah kita mengalami pertolongan Tuhan di saat kondisi genting/kritis yang membahayakan, menegangkan dan mengancam diri kita? Atau apakah kita sedang mengalaminya sekarang? Raja Daud telah melewati masa- masa genting dalam hidupnya dan ia mengajar kita bagaimana menerobosi kegentingan yang mencekam semacam itu. Hal tersebut Daud tuliskan dalam ilham Allah pada Mazmur 59. 

Kegentingan seperti apa yang sedang dialami Daud waktu itu?

“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh dia.” (ay. 1) 

Daud menulis mazmur ini terkait dengan pengalamannya yang sangat mencekam ketika rumahnya diintai dan dikelilingi orang-orang utusan Raja Saul untuk membunuhnya (1Sam. 19:11-12).

Daud menyadari bahwa Raja Saul benar-benar hendak membunuhnya, ironisnya Daud adalah menantunya dan telah berjasa bagi Saul maupun bangsa Israel. Daud telah beberapa kali mengalami usaha pembunuhan oleh Saul, yang notabene adalah raja sekaligus mertuanya. Hanya karena tidak tahan mendengar perempuan-perempuan dari segala kota Israel memuji-muji Daud lebih hebat darinya, timbullah amarah Saul oleh sebab iri hati dan takut jabatan raja akan jatuh kepada Daud (1Sam. 18:6-9). Sejak saat itu Saul selalu dengki kepada Daud dan berusaha membunuhnya. Dua kali Saul melemparkan tombak tetapi Daud dapat mengelaknya (ay. 11). Daud dijadikan kepala pasukan supaya berada di medan perang paling depan dan gampang terbunuh tetapi Tuhan menyertainya. Dia juga dijebak akan dijadikan menantu Saul dengan mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin (ay. 25). Terbukti Daud terus mengalami kemenangan karena Tuhan menyertainya. 

Aplikasi: jika kita ingin mengalami kemenangan, biarlah Tuhan beserta dan berkarya dalam hidup kita. Jangan iri hati melihat keberhasilan orang lain! 

Kemarahan Saul sempat reda ketika anaknya, Yonatan, mengingatkan bahwa Daud tidak bersalah dan telah berjasa kepada Saul dan bangsa Israel. Mendengar hal ini Saul berjanji tidak akan membunuh tetapi ketika Daud kembali menang dalam peperangan, iri hati Saul muncul dan melemparkan tombak ke Daud yang dapat dihindari olehnya. Lalu Daud pulang ke rumahnya, namun Saul mengutus orang-orangnya untuk mengamat-amati rumah Daud dan siap membunuhnya (1 Sam. 19:11). 

Daud mengetahui bahwa orang-orang yang mengawasi rumahnya adalah orang-orang yang disiapkan untuk membunuh dia. Bahkan Daud menggambarkan mereka seperti anjing liar yang berkeliling dan melolong serta mengaum untuk mencari mangsa (Mzm. 59:7-8, 15-16). Oleh sebab itu Daud merasa nyawanya sedang terancam (Mzm. 59:2-4). Bukan genting sekadar diawasi untuk dibunuh namun juga dikepung dengan kata-kata mematikan, yaitu sindiran, cemoohan, fitnahan dari para utusan Saul. Perkataan dapat membangun seseorang ataupun sebaliknya. Bukankah ada istilah “mulutmu adalah harimaumu” artinya perkataan yang diucapkan tanpa dipikir lebih dahulu akan merugikan diri sendiri juga menjatuhkan dan menghancurkan karakter orang lain. Daud mengalami kondisi genting karena dia tidak bersalah tetapi hendak dibunuh. 

Pasti suasananya sangat genting dan mencekam, nyawa Daud terancam saat itu. Kita dapat membayangkan jika kita berada di posisi Daud. Beberapa tahun lalu, dapat dibayangkan betapa gentingnya kondisi saat Pandemi COVID-19 menyerang dunia secara global dan merenggut nyawa orang-orang terdekat juga nyawa kita terancam setiap saat! Belum lagi dampaknya membuat perekonomian dunia anjlok berakibat banyaknya pengangguran di mana-mana.

Dalam pengiringan kepada Tuhan, kita dapat saja berada dalam kondisi genting namun yang terpenting adalah bagaimana kita merespons kondisi tersebut. Daud memberikan teladan kepada kita di dalam menerobosi kegentingan tersebut.

Apa yang dilakukan Daud?

  • Ingat akan Tuhan dan berdoa meminta pertolongan dari-Nya.

Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN,…. Engkau, TUHAN, Allah semesteta alam, adalah Allah Israel. Bangunlah untuk menghukum mereka….” (Mzm. 59:2- 16). 

Dalam kegentingan, ia senantiasa menjadikan TUHAN sebagai kekuatannya, kota bentengnya, dan tempat perlindungannya. Ia mengakui kasih setia TUHAN yang tidak berubah dan kekal. Dia menyerahkan segala penghakiman kepada TUHAN. Disamping itu, dia juga memiliki kehidupan yang benar sehingga doanya dijawab oleh Tuhan. 

Introspeksi: apa reaksi kita saat menghadapi masalah sangat pelik, apakah kita makin mendekat kepada Tuhan atau malah meninggalkan-Nya? Mari mencontoh sikap Daud, yaitu ingat kepada TUHAN. Ingat bahwa Allah mengizinkan masalah datang untuk membawa kita semakin dekat dengan-Nya.

  • Bertindak menghindar dari ancaman pembunuhan.

“Kemudian Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk mengamat-amatinya dan untuk membunuh dia pada waktu pagi. Tetapi Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: "Jika engkau tidak dapat meluputkan dirimu malam ini maka besok engkau akan dibunuh. Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri dan luputlah ia. … sampailah ia kepada Samuel di Rama dan memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepadanya. Kemudian pergilah ia bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot.” (1 Sam. 19:11-18). 

Daud mendengarkan nasihat istrinya, Mikhal, melarikan diri malam itu juga sehingga dia luput dari kematian. Ketika menghadapi masalah, Daud tidak sekadar berdoa tetapi mengambil tindakan dengan melarikan diri dari orang-orang yang mau membunuhnya. Ingatkah kita akan istilah “Ora Et Labora – berdoa dan bekerja”? Daud peka terhadap pertolongan yang Tuhan nyatakan melalui orang-orang di sekitarnya. Tuhan dapat menolong siapa saja untuk menolongnya, termasuk melalui orang yang belum sepenuhnya percaya kepada Allah. Mikhal, istri Daud, belum sepenuhnya percaya kepada Tuhan, buktinya dia menyimpan terafim di rumahnya dan berbohong tentang Daud (1 Sam. 19:14-17) juga memandang rendah Raja Daud saat melihat suaminya meloncat-loncat dan menari-nari di hadapan Tuhan karena Tabut Allah (2 Sam. 6:20-23; 1 Taw. 15:29). 

Daud peka terhadap pertolongan Tuhan yang dapat memakai siapa saja untuk menolongnya, antara lain: Yonatan, anak Saul, mencegah ayahnya membunuh Daud (1 Sam. 20:31-42); Mikhal menolong Daud melarikan diri dari pengawasan orang-orang utusan Saul; Samuel juga menolongnya saat Daud tinggal bersamanya di Nayot. 

Pembelajaran: ketika menghadapi masalah, kita perlu peka terhadap lingkungan di sekitar kita karena pertolongan Tuhan dapat terjadi langsung kepada kita atau melalui orang-orang di sekitar yang dipakai Tuhan untuk menolong kita. Ilustrasi: seorang bapak terjebak banjir lalu dia berdoa kepada Tuhan, ”Tuhan mohon selamatkan aku, aku sudah hidup benar.” Namun hujan tetap turun dan banjir makin meninggi. Lalu datanglah sebuah perahu mengajak bapak itu untuk naik ke perahunya tetapi bapak itu menolak dan percaya Tuhan akan menghentikan hujan dan meredakan banjir. Datang perahu kedua untuk menolong tetapi dia menolaknya dan berharap Tuhan menyatakan mukjizat-Nya. Kemudian datang lagi perahu ketiga dan mendesak bapak itu untuk segera ikut dengannya karena banjir makin tinggi. Lagi-lagi bapak itu menolaknya dan yakin Tuhan pasti menolongnya. Akhirnya banjir menenggelamkan bapak ini dan ketika bapak ini bertemu Tuhan dia protes mengapa Tuhan tidak meredakan banjir untuk menolongnya. Tuhan menjawab, “Aku sudah mendengar doamu dan mengirim tiga utusan tetapi kamu menolak semuanya.”

Singkatnya, jangan kita beriman Tuhan pasti mendengar doa dan menolong kita menurut pola pikir kita sendiri tetapi kita harus bertindak dengan peka pada lingkungan karena Tuhan dapat memakai siapa saja dan apa pun untuk menjawab doa kita.

  • Tetap mengucap syukur dalam kondisi apa pun.

Perhatikan, bila kita bersyukur dalam segala hal (senang-susah), hidup kita akan damai. Sebaliknya, kalau kita terus mengeluh, tekanan akan semakin tinggi. Percayalah Tuhan dapat melakukan segala sesuatu dan apa pun yang kita alami sudah seizin Dia!

Bagaimana Daud mengingat Tuhan dan bersukacita karenanya? Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan- Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.” (ay. 17-18). 

Daud menjadikan Tuhan sebagai tempat pelarian serta tempat perlindungannya dan memuji kebesaran Tuhan atas semua pertolongan-Nya. 

Kegentingan apa yang kita alami saat ini? Masalah keluarga, pekerjaan, pendidikan dll. yang dapat mengancam nyawa kita? Apakah kita ingat TUHAN? Lalu, setelah Allah menolong kita, apa respons kita? Jujur, saat kita dalam kondisi nyaman (comfort zone), kita sering melupakan bahkan meninggalkan Tuhan karena merasa mampu mengatasi semua sendiri. Namun begitu masalah datang, kita tekun berdoa dan mendesak memohon pertolongan-Nya. Daud mengajarkan kita bahwa apa pun kondisi kita – suka atau duka; dalam permasalahan maupun kenyamanan – kita harus tetap ingat Tuhan dan senantiasa memuji Dia oleh sebab kasih setia-Nya yang tidak pernah berubah. Ingat, kita bisa tidak setia tetapi Tuhan tetap setia karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2Tim. 2:13). 

Kegentingan masalah apa pun yang kita alami, percayalah Tuhan pasti mampu menyelesaikannya. Allah telah menyelesaikan kegentingan utama dalam hidup kita, yaitu terkait hukuman maut (kematian kekal) dengan mengurbankan Putra-Nya yang Tunggal apalagi hanya kegentingan-kegentingan jasmani yang kita hadapi saat menanti kedatangan Tuhan. Yakinlah Tuhan pasti menolong kita seperti janji-Nya: jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (Rm. 8:31-39). Dia menjadi Pembela kita, tempat perlindungan kita walau Iblis mendakwa kita dan tantangan mengancam kita, kita tidak akan pernah terpisah dari kasih Allah sebab kita telah menjadi lebih dari pemenang. Kemuliaan hanya bagi Allah kita, Amin.