• BERSYUKUR ATAS DAHSYATNYA PERBUATAN ALLAH (2)
  • Mazmur 66
  • Lemah Putro
  • 2023-11-05
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1462-bersyukur-atas-dahsyatnya-perbuatan-allah-3
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

 

Sudah selayaknya kita mengagungkan kedahsyatan dan kehebatan Tuhan meskipun menderita kita tetap memuji dan mengikut Dia sampai Ia datang kembali untuk menjemput dan menyempurnakan kita. 

Bagaimana pemazmur mengungkapkan kedahsyatan perbuatan Allah dalam tulisannya di Mazmur 66?

“Untuk pemimpin biduan. Nyanyian mazmur. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: “Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu.” S e l a Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia;…. 

Dunia sedang gencar-gencarnya mempromosikan keindahan alam untuk menarik wisatawan-wisatawan pergi melihatnya; apakah kita juga sudah mempromosikan pekerjaan-pekerjaan Allah yang menakjubkan serta perbuatan-Nya yang dahsyat? Apa yang telah dilakukan-Nya? Mengubah laut (Teberau) menjadi tanah kering. Memang penulis tidak menyaksikannya secara langsung (hanya mendengar dan membaca kisah ini) tetapi yakin peristiwa ini telah terjadi di era Musa kemudian menulisnya dan Kitab Mazmur ini telah dikanonkan sebagai Kitab Suci. Apakah kita juga memercayai pekerjaan Allah yang dahsyat ini? 

Dapat dibayangkan betapa bingung dan ketakutan bangsa Israel yang baru saja keluar dari negeri Mesir ketika tiba-tiba di depan mereka ada Laut Teberau yang menjadi penghalang sementara di belakang tentara Mesir mengejar mereka. Mereka berteriak-teriak lebih baik bekerja di Mesir daripada mati di padang gurun (Kel. 14:10- 12). Melalui Musa, Allah menyuruh mereka diam dan menyaksikan (perbuatan-Nya) bagaimana Ia berperang bagi mereka (ay. 14). 

Rasul Paulus mengatakan bahwa bangsa Israel telah dibaptis dalam awan dan dalam laut (1 Kor. 10:1-2). 

Apa yang pemazmur katakan lebih lanjut tentang perbuatan Allah yang dahsyat? “Ia mengubah laut menjadi tanah kering dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberang sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia,” (ay. 6) 

Setelah melintasi Laut Teberau di tanah kering, bangsa Israel kembali mengalami perbuatan ajaib Allah ketika para imam mengangkat Tabut Perjanjian berjalan di depan masuk ke sungai Yordan maka air di hulu berhenti mengalir menjadi bendungan dan bangsa Israel berjalan di belakang imam-imam (Yos. 3:3-17). Kapan peristiwa dahsyat ini terjadi? 40 tahun setelah peristiwa tanah kering di Laut Teberau yang mana mereka sempat ingin kembali ke Mesir. 

Mengapa bangsa Israel harus menyeberang Sungai Yordan 40 tahun kemudian padahal dari Horeb sampai tepi Sungai Yordan makan hanya waktu 11 hari (Ul. 1:1-3). Di era Musa, Allah mengeringkan Laut Teberau agar bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Dan mendekati Kanaan, mereka harus menyeberangi Sungai Yordan untuk masuk menduduki tanah Kanaan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka (ay. 19-20). 

Ironis, bangsa Israel hanya mau menerima berkat pertolongan Allah tetapi menolak masuk dalam pengalaman “kematian”. Allah tahu mereka belum siap perang setelah keluar dari tanah Mesir. Itu sebabnya Allah mengingatkan mereka supaya tidak takut dan tidak patah hati ketika tiba di pegunungan orang Amori untuk diberikan dan diduduki oleh mereka (Ul. 1:20-21). Dikirimlah 12 orang dari tiap-tiap suku untuk menyelidiki negeri itu selama 40 hari. Apa hasil survei mereka? Memang mereka pulang membawa bukti suburnya tanah itu tetapi 10 pengintai menggerutu mengatakan penduduk setempat lebih besar dan lebih tinggi serta ada orang-orang Enak di sana; mereka tidak percaya akan janji Tuhan (Bil.13) sementara dua orang (Kaleb dan Yosua) sepenuh hati mengikuti TUHAN dan percaya akan janji-Nya (Ul. 1:36-38). Ternyata omongan mayoritas (10 orang) lebih didengar; mereka mengatakan fakta yang menakutkan sementara Kaleb dan Yosua memperkatakan dengan iman.

Bagaimana respons bangsa Israel mendengar fakta yang menakutkan? Mereka menangis dan bersungut-sungut ingin balik ke Mesir ketimbang menjadi tawanan atau tewas mati oleh penduduk setempat (Bil. 14:1-4). Akibatnya, Allah murka dan menghukum 10 orang tidak akan masuk negeri Kanaan (Ul. 1:34-35) dan bangsa Israel mengembara di padang gurun 40 tahun lamanya (Bil. 14:33). Bahkan Harun dan Miryam tidak masuk Kanaan karena kata-kata yang kasar juga Musa yang tidak menghormati Tuhan. 

Aplikasi: hendaknya kita hati-hati mengagungkan Firman Tuhan (di mulut saja) tetapi tidak memercayai janji-Nya. Jangan pula menganggap omongan mayoritas selalu lebih benar untuk dipercaya walau itu fakta. Waspada, jika kita mengecilkan iman akan Firman Tuhan, tutur kata kita akan makin merusak iman kita. Oleh sebab itu jangan mendukacitakan Roh Kudus melalui perkataan, sikap dan perbuatan kita sebab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4). 

Selama mengembara 40 tahun di padang gurun, tiap hari bangsa Israel dipelihara Tuhan dengan makan Manna yang artinya: “apakah ini” (Kel. 16:15). 

Introspeksi: apakah kita bosan membaca Alkitab – Firman Allah – setiap hari yang memberikan kita kehidupan? Jangan meniru sikap bangsa Israel yang gampang mengomel ketika menghadapi masalah dan tidak memercayai janji Allah berakibat mereka tidak masuk ke tanah perjanjian kecuali mereka yang lahir di padang gurun juga Kaleb dan Yosua tetapi mereka harus mengembara selama 40 tahun di padang gurun. 

Perhatikan, bangsa Israel keluar dari Mesir melintasi Laut Teberau (dibaptis) untuk terlepas dari perbudakan dosa yang membelenggu. Semua sifat manusia lama yang membebani hidup harus ditanggalkan. 

Bagaimana dengan penyeberangan Sungai Yordan, apa tujuan bangsa Israel berjalan di tanah kering melintasi Sungai Yordan? Untuk berperang menduduki Tanah Kanaan sebagai pemenang. 

Aplikasi: setelah dibaptis mengalami pembaruan hidup, kita tidak boleh santai tetapi menghadapi peperangan rohani. Jadi baptisan air ada kaitannya dengan peperangan. 

Apa yang dihadapi bangsa Israel selesai menyeberang Sungai Yordan? Tuhan menyuruh Yosua menyunat orang- orang Israel untuk kedua kalinya (Yos. 5:1-2). Mereka yang keluar dari Mesir sudah disunat tetapi yang lahir di padang gurun belum disunat (ay. 5). Mereka berkemah di Gilgal dan merayakan Paskah; sejak itu Manna berhenti dan mereka makan dari hasil di negeri itu (ay. 11-12).

Tiba-tiba Yosua melihat seorang laki-laki di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Dia bertanya, “Kawankah engkau atau lawan?” 

Aplikasi: saat menghadapi situasi dan kondisi tertentu, seorang pemimpin harus dapat menimbang mana kawan/yang benar atau musuh.

Pembawa pedang tersebut menjawab, “Akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang.” (ay. 14) Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah menyembah dan berkata, “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?” 

Yosua pasti disertai oleh Panglima Balatentara TUHAN sehingga dia menjadi pemimpin yang tegas untuk memenangkan peperangan demi peperangan. Dengan pimpinan Roh Kudus, kita juga mengalami kemenangan demi kemenangan dan rohani kita makin bertumbuh dewasa. 

Selain itu kita membutuhkan Firman yang menciptakan kita (Kol. 1:15-17), dipenuhi di dalam Dia dan disunat untuk penanggalan akan tubuh yang berdosa (Kol. 2:8-11). Kita juga mati dalam baptisan air untuk dibangkitkan bersama Kristus (ay. 12). Selanjutnya, karena dibangkitkan bersama-Nya, kita harus mencari perkara yang di atas di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah (Kol. 3:1-2). Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kita pun menyatakan diri bersama-Nya dalam kemuliaan (ay. 3-4). Untuk itu kita harus berperang melawan musuh dengan mematikan segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala (ay. 5). 

Allah tidak dapat memaksa (fisik) Yosua yang makin tua walau masih banyak tempat yang belum ditaklukkan. Bagaimanapun juga ketaatan Yosua akan perintah Allah sangatlah luar biasa. Sayang, setelah Yosua mati, bangsa Israel meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala di zaman hakim-hakim (Hak. 3:7,11). Bukankah Firman Tuhan mengingatkan kita untuk mematikan bukan sekadar menaklukkan semua sifat kedagingan? Waspada, keserakahan sama dengan penyembahan berhala! Semua ini mendatangkan murka Allah; oleh sebab itu kita harus membuang kemarahan, kegeraman, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut dan tidak saling mendustai. Kita menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (Kol. 3:8-10). Bila kita sama dengan Pencipta kita, tidak lagi ada perbedaan antara orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau tidak bersunat, budak atau orang merdeka tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (ay. 11). 

Introspeksi: apakah kita rindu menjadi serupa dengan Kristus? Apakah relasi kita dengan Sang Pencipta cukup baik? Apakah kita intens berkomunikasi dengan-Nya tiap hari melalui doa dan pembacaan Firman Allah? 

Marilah kita terus bersyukur atas kedahsyatan perbuatan Allah yang telah memperbarui hidup kita melalui baptisan air dengan membuang sifat-sifat manusia lama dan berperang menaklukkan musuh-musuh rohani untuk menang dan tinggal di Yerusalem baru bersama-Nya selamanya. Amin.