Shalom,
Kasih setia Tuhan atas Daud, atas keturunannya, dan atas kita saat ini tetap berlaku karena kasih setia-Nya kekal selamanya. Bahkan kita dapat hadir dalam ibadah dan mendengarkan Firman-Nya juga merupakan wujud kasih setia Tuhan.
Hari ini kita membahas Mazmur 89 sebagai jilid terakhir dari buku ketiga di Kitab Mazmur. Perlu diketahui Kitab Mazmur terbagi menjadi lima buku dan kita sudah memasuki buku ketiga (Mzm. 73-89) yang isinya menyedihkan seperti: Pengharapan di Masa Sukar, Pengharapan Orang Percaya, Harapan Dalam Keputusasaan dst. Mazmur 89 juga adalah mazmur terpanjang ketiga di dalam Kitab Mazmur.
Mazmur 89 merupakan nyanyian pengajaran Etan, orang Ezrahi (ay. 1). Artinya, mazmur ini dinyanyikan untuk mengajar kita mengerti dan berhikmat, agar berhasil mengenal dan memahami Tuhan, serta berjaya dalam pengikutan kita kepada-Nya. Oleh karena itu mari kita membaca mazmur ini dengan sikap mau belajar.
Siapa Etan, orang Ezrahi, ini? Kemungkinan besar dia adalah salah satu imam yang diangkat oleh Daud menjadi penyanyi di Bait Allah (1Taw. 15:17). Atau, ada kemungkinan juga dia adalah seorang penyanyi di masa imam Ezra, itu sebabnya disebut Etan, orang Ezrahi. Satu yang jelas, Etan adalah orang yang sangat bijaksana, sampai layak dibandingkan dengan Salomo (1 Raja. 4:31).
Apa yang dibahas Etan dalam tulisannya di Mazmur 89? Dia menyanyikan kasih TUHAN atas keturunan Daud (ay. 2- 5). Allah di dalam kasih setia-Nya yang kekal kepada Daud, berjanji akan menegakkan dinasti/kerajaan Daud sampai selamanya. Kasih setia TUHAN atas keturunan Daud ini digenapkan dalam Yesus Kristus. Jadi, Mazmur ini bernuansa nubuatan Mesias yang akan datang yaitu Yesus Kristus.
Apa makna dari “kasih setia?” Kasih setia adalah komitmen kesetiaan Allah yang tanpa batas kepada manusia karena memandang perjanjian-Nya yang sudah diikatnya dengan manusia. Karena itu kasih setia Allah tidak memandang siapa manusia itu, atau bagaimana kondisi kehidupannya.
Demikianlah kasih setia Allah kepada bangsa Israel: Ia mengasihi Israel bukan karena banyak atau kuat atau hebatnya mereka, melainkan karena Ia memegang perjanjian dan kasih setia-Nya kepada nenek moyang mereka, Abraham (Ul. 7:7-9). Sebenarnya banyak karakter buruk bangsa Israel – tegar tengkuk, suka memberontak, dll. tetapi Allah tetap mengasihi Israel karena sudah mengikat perjanjian dengan mereka.
Demikian pula Allah sudah mengikatkan diri dalam perjanjian dengan Daud dan keturunannya. Karena itu, apapun kondisi Daud – dosa yang diperbuat Daud dan bagaimana anak cucunya menyelewang dari jalan Allah, Allah tetap berkomitmen (menyatakan kasih setia) kepada Daud dan keturunannya.
Konsep kasih setia ini juga harus ada dalam hubungan nikah kita. Mengapa kita mencintai/mengasihi pasangan kita? Banyak kali karena kecantikan, ketampanan, kebaikan hati, kecerdasan, keberanian, kekuatan, kekayaan, dan sebagainya. Semua ini baik, tetapi tidak langgeng dan akan berlalu. Untuk bisa bertahan dalam senang maupun duka, sehat maupun sakit, kaya maupun berkekurangan, kita perlu mempraktikkan kasih setia seperti kasih setia Allah.
Jadi, mengapa seorang suami mengasihi istrinya? Jawaban kasih setia adalah: karena suami memegang janji nikahnya. Kecantikan dan kecakapan sang istri boleh berlalu tetapi suami tetap mengasihi istrinya karena ia berpegang pada janji nikahnya. Ini adalah praktik kasih setia sebagaimana kasih setia Allah kepada Daud dan Israel.
Kasih setia Tuhan atas Daud dinikmati juga oleh Etan sebagai rakyat Israel. Demikian pula sampai sekarang, kasih setia Tuhan dinikmati kita, orang percaya, sebagai “rakyat” Tuhan Yesus Kristus. Karena itu kita perlu belajar bagaimana merespons kasih setia Tuhan ini sebagaimana diajarkan Etan dalam Mazmur 89.
Apa yang dilakukan Etan dalam merespons kasih setia Tuhan yang kekal selamanya?
- Bersyukur kepada Tuhan (ay. 6-38).
Kesetiaan Tuhan wajib disyukuri di antara jemaah orang kudus (ay. 6) itulah orang Israel dan kita, orang percaya.
Mengapa Etan bersyukur kepada Tuhan?
- Karena dia mengenal siapa yang membuat janji luar biasa ini kepada Daud yakni Tuhan yang ajaib (ay. 6); Tuhan yang tertinggi (ay. 7); Tuhan yang disegani dan ditakuti (ay. 8); Tuhan yang kuat dan setia (ay. 9); Tuhan yang berkuasa atas alam (ay. 10); Tuhan yang meremukkan Rahab yaitu Mesir (ay. 11); Tuhan Pemilik langit dan bumi (ay.12-13); Tuhan yang perkasa (ay. 14); Tuhan yang adil dan penuh kasih setia (ay. 15). Dapat dibayangkan Tuhan yang sedemikian dahsyat dan hebat mau menjalin perjanjian dengan manusia biasa! Betapa manusia itu harus bersyukur!
- Karena isi perjanjian Tuhan dengan dinasti Daud yang menuliskan Ia menjadi kekuatan dan kemuliaan mereka (ay. 18). Dikatakan “tanduk kami meninggi” artinya kekuatan Israel ditinggikan, dengan perisai kepunyaan Tuhan, yang adalah Raja yang dipilih Tuhan (ay. 19).
Pemimpin harus menjadi perisai dan bertanggung jawab melindungi anak buahnya seperti Daud adalah perisai bagi Israel. Demikian pula ayah sebagai kepala rumah tangga menjadi pemimpin dan perisai (pelindung) bagi keluarganya, bukan malah sibuk memukuli orang-orang di bawahnya dan melepas semua kesalahan kepada orang lain.
Sumber kekuatan Daud untuk dapat berfungsi menjadi perisai yang hebat adalah dari Tuhan sendiri. Tuhan berjanji kepada Daud bahwa tangan-Nya tetap bersamanya (ay. 22) dan musuh-musuhnya tidak akan menang (ay. 23-24). Kasih setia Tuhan menyertai dia membuat tangannya menguasai laut dan sungai-sungai (ay. 25- 26). Daud akan menyebut Allah itu Bapa dan memiliki hubungan sangat dekat dengan-Nya (ay. 27-28). Penyertaan Tuhan dan kasih setia-Nya kekal selama-lamanya (ay. 29) dan Ia mengikatkan diri kepada Daud bersama anak cucunya sampai selama-lamanya (ay. 30).
Namun ada konsekuensi bagi Daud dan keturunannya sebagai orang yang mendapat kasih setia Tuhan yang kekal ini. Bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka harus siap dihajar dengan pukulan-pukulan tetapi kasih setia-Nya tidak dijauhkan dari mereka (ay. 31-34).
Tuhan dengan kasih setia-Nya tidak akan terima jika kita menjauh dari perintah dan ketetapan-Nya. Dia akan memegang kita dan menghajar kita kalau kita tidak mau diperingatkan. Ini bukti kita dikasihi oleh-Nya. Dan Tuhan menutup semua janji-Nya dengan sumpah (ay. 35-38).
Karena itu, seperti Etan, marilah kita bersyukur bukan karena kita dalam kondisi keberkatan, tetapi karena mengenal siapa Tuhan dan janji kasih setia-Nya. Jujur, dalam keadaan susah, kita sulit bersyukur padahal Alkitab mengatakan supaya kita mempersembahkan kurban syukur. Syukur yang dikehendaki Tuhan itu dinaikkan sebagai kurban, artinya: dinaikkan kepada Tuhan di dalam kesakitan, dalam keadaan sulit. Ingat, baiknya keadaan kita tidak menambah kemuliaan Allah; sebaliknya, terpuruknya kita tidak mengurangi kasih setia Tuhan. Jadi dalam keadaan baik maupun buruk, Tuhan tetap layak mendapat syukur dan pujian kita.
- Bergumul (ay. 39-46).
Apa yang terjadi pada dinasti Daud? Keterpurukan yang luar biasa! Kejatuhan pada kerajaan Daud terjadi berulang kali mulai dari peristiwa Absalom yang membuat Daud terbirit-birit keluar dari Yerusalem. Kemudian bangsa Israel dibuang ke Babel, belum lagi Bait Suci dihancurkan. Sungguh kondisi yang mengenaskan!
Di mana keturunan Daud saat ini? Dinasti/trah Daud secara fisik tidak ada sekarang dan orang Israel bingung dengan janji-Nya. Namun oleh kemurahan Tuhan, kita mengenal Yesus Kristus. Tanpa Yesus Kristus, Mazmur 89 ini tidak relevan lagi, karena keturunan Daud sudah tidak ada.
Dalam Mazmur 89 ini Etan bergumul mendamaikan dua fakta yang sangat bertentangan. Fakta Pertama: bahwa Tuhan yang begitu dahsyat dan kuat sudah berjanji kepada Daud dan keturunannya Janji ini sudah pasti akan ditepati-Nya. Tidak mungkin meleset. Namun ada fakta kedua: bahwa keturunan Daud dilanda keterpurukan yang sangat dalam.
Setiap orang percaya pasti suatu saat, atau bahkan sekarang, sedang mengalami pergumulan berat semacam ini; di satu sisi ia tahu dan percaya Tuhan menjanjikan penyertaan dan damai sejahtera. Tetapi di sisi lain ia dikejar- kejar oleh masalah keuangan, masalah keluarga dan nikah, yang membuatnya bertanya-tanya di mana Tuhan.
Etan di dalam hikmatnya dengan jeli menunjukkan siapa yang menjadi penyebab dinasti Daud terpuruk, yakni Tuhan sendiri (ay. 39-46). Ironis, Tuhan yang berjanji, Tuhan pula yang menghancurkan. Bagaimana mungkin? Etan bergumul dengan dua fakta itu.
Namun ini adalah pergumulan yang sehat, karena tidak ada kepura-puraan Etan di dalamnya. Etan tidak berpura- pura bahwa kondisi Israel baik-baik saja. Dia bahkan tidak menipu diri bahwa kejatuhan dinasti Daud akan segera berakhir tetapi yang dia lakukan dalam pergumulan imannya adalah: tetap pegang janji Tuhan bahwa kasih setia- Nya kekal selamanya.
Etan sudah tahu konsekuensi menjadi orang yang menerima kasih setia Tuhan. Ia tahu mengapa keterpurukan terjadi pada dinasti Daud. Semuanya disebabkan karena mereka tidak lagi berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan. Dalam pengertian ini, Etan dan kita sekarang dapat melihat keterpurukan justru merupakan bukti kasih setia Tuhan kepada anak-anak-Nya melalui hajaran (Ibr. 12:5-13).
Waktu kita terpuruk seakan-akan dunia tidak lagi ramah kepada kita dan merasa Tuhan sendiri yang menjatuhkan kita, ingatlah siapa tahu ini adalah wujud kasih setia Tuhan yang mau menertibkan kita. Kita harus mengoreksi diri, apakah kita sedang berada di jalan yang tidak sesuai kehendak Tuhan sehingga Ia menghajar kita atau ada alasan lain karena Ia hendak memurnikan/menyucikan kita. Yang jelas Tuhan ingin kita kembali kepada-Nya kalau kita terhilang seperti nasib anak bungsu yang terpuruk sampai harus rebutan makanan dengan babi. Apakah kita sedang meninggalkan Tuhan? Atau mendukacitakan Roh Kudus? Ternyata di dalam pergumulan kita dapat menemukan kasih setia Tuhan.
- Berseru kepada Tuhan (ay. 47-52).
Pada akhirnya Etan tidak kuat dalam pergumulannya dan berseru kepada Tuhan, “Berapa lama lagi ya Tuhan, Engkau bersembunyi terus menerus...di manakah kasih setia-Mu yang mula-mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud...”
Etan berseru di dalam imannya kepada Tuhan yang berjanji; bila tidak ada iman, dia akan bersungut-sungut bukan berseru. Seruan Etan ini baik dan diperkenan Tuhan! Buktinya Tuhan memelihara Mazmur ini selama ribuan tahun, sampai masuk dalam kanon Alkitab, masih terperlihara sebagai Firman Allah hingga saat kita baca sekarang ini.
Apa perbedaan berseru dan bersungut? Bersungut dilakukan tanpa iman kepada Tuhan. Sebagai contoh: Tuhan secara jelas berjanji akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian (Kel. 6:5-7). Namun dalam perjalanan saat menghadapi ancaman dan masalah, Israel bersungut- sungut melupakan janji Tuhan bahkan memfitnah-Nya, menuduh Tuhan (melalui Musa) membawa Israel ke padang gurun hanya untuk mati (Kel. 14:11).
Waspada, jangan sampai seruan kita berubah menjadi sungutan. Silakan kita berseru mengeluh kepada Tuhan, tetapi seruan kita harus senantiasa terkait janji Tuhan. Tanpa kaitan ini, seruan kita berubah jadi sungutan yang kental diwarnai pengkhianatan, fitnah, dan penghujatan kepada Allah.
Tetaplah percaya bahwa kasih setia Tuhan kekal selamanya apa pun kondisi kita – senang atau susah – tetaplah bersyukur, bergumul dan berseru kepada-Nya agar kita senantiasa dalam perisai perlindungan-Nya hingga mencapai tempat yang dijanjikan-Nya dan tinggal bersama-Nya selamanya. Amin.