Nama Yang Berkemenangan Karena Taat Dan Merendahkan Diri - Filipi 2 : 8 -12
Minggu, Johor, 3 Desember 2017
Pdm. Markus Budi Rahardjo
Shalom
Banyak kehidupan ingin mendapatkan nama baik untuk dikenang oleh banyak orang melalui berbagai macam cara antara lain: berjasa dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan seperti Dr.Ir.Soekarno, Dr.Moch Hatta, panglima besar Jendral Soedirman, Raden Ajeng Kartini; juga mereka yang berjasa membawa nama baik Indonesia dengan mengukir prestasi di pelbagai cabang olah raga dan bidang-bidang lainnya. Namun belum ada nama agung, mulia serta berkemenangan yang mampu mengalahkan musuh bahkan semua makhluk di bumi, di atas bumi dan di bawah bumi sujud menyembah-Nya kecuali Nama Yesus Kristus.
Bagaimana Yesus memperoleh Nama di atas segala nama? Filipi 2:8-12 menuliskan, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama…”
Surat Filipi merupakan salah satu tulisan Rasul Paulus yang ditulis ± 30 tahun setelah kenaikan Yesus atau ± 10 tahun sesudah pekabaran Injil pertama di Filipi saat dia dipenjara. Surat ini ditujukan kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi juga para penilik jemaat dan diaken.
Dalam pengajaran Tabernakel, surat Filipi terkena pada Kandil Emas yang berfungsi menerangi Tempat Kudus dan alat-alat yang ada di dalamnya. Kandil Emas ini dibuat dari emas murni (satu talenta ± 34 kg) yang dibentuk dengan cara ditempa.
Aplikasi: kita hendaknya menjadi ‘terang’ bagi orang di sekeliling kita agar mereka melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa yang di Surga (Mat. 5:14-16). Itu sebabnya Tuhan mengoreksi jemaat di Efesus dengan keras dan tajam demi penyucian; jika mereka tidak bertobat dan kembali kepada kasih mula-mula, Ia akan datang mengambil kaki dian dari tempatnya (Why. 2:5). Agar dapat menjadi terang bagi orang lain, kita harus siap mengalami tempaan/pukulan untuk memiliki bentuk seperti yang Ia inginkan.
Yesus sebagai terang sejati telah memberikan teladan sempurna dengan mengalami proses tempaan/pukulan, antara lain:
- Merendahkan diria)
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata ‘merendahkan diri’ mempunyai arti: menjadikan dirinya merasa kurang; amat patuh menurut perintah; mengaku salah dan bertobat; menyerah dan menurut; sikap “humble”.
Harus diakui, sangatlah sulit bagi seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan tinggi untuk merendahkan diri. Dia cenderung minta dihormati dan disanjung, bila diremehkan dia menjadi marah dan tersinggung.
Namun apa yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya? “…barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Mat. 18:4) Ternyata konsep Kerajaan Surga sering berlawanan dengan konsep yang berlaku di dunia ini. Lebih lanjut Lukas 14:11 menegaskan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” karena “Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Ptr. 5:5b)
- Taat
Dalam kamus KBBI kata ‘taat’ mempunyai arti: senantiasa tunduk, patuh (kepada Tuhan, pemerintah, dsb.); tidak berlaku curang; setia; saleh; kuat beribadah.
Ketaatan sangat menentukan keberhasilan anak Tuhan dalam mengikut Dia seperti telah dicontohkan Yesus sendiri. Bukankah kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa oleh sebab tidak taat merespons perintah Allah? Dan dosa terus berlanjut dilakukan oleh manusia sampai sekarang. Sesungguhnya Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia dalam menentukan suatu pilihan namun semua tindakan mengandung konsekuensi/akibatnya.
Alkitab memberikan banyak contoh tentang siapa yang taat dan siapa yang tidak taat serta akibat yang harus ditanggungnya. Misal: Abram membuktikan ketaatannya kepada Allah sekalipun perintah-Nya belum jelas ke mana dia harus pergi namun akibat dari ketaatannya dia sangat diberkati dan menjadi bangsa besar untuk memberkati orang lain. Berbeda dengan apa yang dialami oleh Yunus saat Tuhan memerintahkan dia pergi ke Niniwe untuk mengabarkan Injil keselamatan. Dia tidak taat dan pergi ke Tarsis sehingga dia harus menanggung akibatnya yaitu masuk dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam untuk menjalani pengalaman kematian (Yun. 1:1-3, 17).
Yesus telah memberikan contoh sempurna dengan merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Salib menjadi tempat penderitaan-Nya terakhir dan di atas kayu salib itu seluruh penderitaan manusia ditanggung-Nya, diteguhkan dengan perkataan-Nya, “Sudah selesai” (Yoh. 19:30).
Karena ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya Nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Konsep ini sangat berlawanan dengan konsep dunia. Yesus memperoleh Nama besar tak tertandingkan didahului dengan meren-dahkan diri serendah-rendahnya, melepaskan kedudukan-Nya sebagai Allah serta mengo-songkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dampaknya, di dalam Nama Yesus segala yang ada di langit, yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut (ay. 10). Ini menunjukkan bahwa kuasa-Nya tidak terbatas dan kemenangan mutlak diraih-Nya atas semua musuh sehingga timbul pengakuan yang menyatakan tidak ada kemuliaan lain di luar Nama Yesus Kristus (ay. 11).
Melalui renungan Firman Tuhan ini, kita memperoleh pembelajaran bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan apa pun kedudukan kita dan siapa pun kita. Sikap merendahkan diri dan taat seperti Kristus menjadi kunci kemenangan dalam menghadapi semua musuh. Amin.