• JIKA ALLAH MEMINTA (1)
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/artikel/837-jika-allah-meminta-1

Hari itu, Abraham mendengar suaranya dipanggil Tuhan kembali. Ia selalu menjawab, “Ya Tuhan (Here I am = aku di sini).” (Kej. 22:2,11) Ini menunjukkan bahwa Abraham tidak saja mengenali suara itu sebagai suara Tuhan tetapi juga menyatakan kesiapan mendengar titah-Nya. Sesungguhnya mengenal dengan tepat dan sigap seperti itu bukanlah hal yang biasa. Adam, ketika namanya dipanggil Tuhan “Adam, di manakah engkau?” memang mengenalinya sebagai suara Tuhan tetapi justru karena itu ia bersembunyi sebab ketakutan. Adam ketakutan dijumpai Tuhan karena dosanya. Bagaimana Adam dapat menjawab seperti Abraham jika pada saat itu yang paling diingininya ialah menghindari Tuhan? Bertemu Tuhan berarti berhadapan dengan murka-Nya.

Berbeda pula dengan Samuel. Berturut-turut Tuhan memanggilnya tiga kali selalu saja Samuel mengira Eli yang memanggilnya. Maklum karena Samuel kecil memang belum pernah mendengar suara Tuhan. Maka jangankan sigap mendengar titah Tuhan, mengenal suara Tuhan pun ia belum dapat.

Lain lagi dengan Paulus ketika dalam perjalanan menuju Damsyik demi menggenapi panggilan agama yang ditaatinya dengan ketat (Flp. 3:1-6). Ia dengan semangat berusaha mengenyahkan kekristenan. Saat itulah Tuhan memanggil dan bertanya kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Mengherankan, ternyata ia tidak mengenal Tuhan. Hal itu terlihat dari jawabannya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Di kemudian hari ia menuliskan bahwa kegiatan tersebut dilakukannya tanpa pengetahuan, di luar iman (1 Tim. 1:13). Agama jelas dapat salah alamat.

Jelas bagi kita bahwa respons Abraham yang mengenali sekaligus menjawab sigap setiap kali namanya dipanggil merupakan suatu keadaan yang tidak umum. Mengapa demikian? Abraham adalah seorang yang bergaul dengan Tuhan. Ia intim dengan Tuhan. Dari pertama Abraham dicatat mendengar suara Tuhan di Kejadian 12 hingga ia dipanggil di pasal 22, tak henti-hentinya kita menemukan bahwa Abraham bergaul, bersekutu dengan Tuhan:

  • Pasal 12, peristiwa pemanggilan di Ur-Kasdim. Ayat 1 mencatat, Berfirmanlah TUHAN kepada Abram…” Abram merespons, Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan ” Kemudian di ayat 7 dikatakan, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman:…’ Abram pun kembali memberikan respons dan dicatat dua kali ia mendirikan mazbah bagi Tuhan (ay. 7-8).
  • Pasal 13, peristiwa perpisahan dengan Lot. Ayat 14 mencatat, Setelah Lot berpisah dari Abram, berfirmanlah Tuhan kepada Abram…” Abram merespons firman Tuhan dengan mendirikan mazbah bagi Tuhan (ay. 18).
  • Pasal 15, peristiwa janji Allah akan keturunan Abram. Berkali-kali dikatakan Tuhan berfirman kepada Abram, Datanglah firman Tuhan kepada Abram…” (ay. 1), Lalu Tuhan membawa Abram keluar serta berfirman…” (ay. 5), Lagi firman Tuhan kepadanya…” (ay. 7), Firman Tuhan kepadanya…” (ay. 9), Firman Tuhan kepada Abram…”, Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman…” Respons Abram yang sangat penting dicatat pada ayat 6, Lalu percayalah Abram kepada Tuhan maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai ”
  • Pasal 17, peristiwa pendirian sunat sebagai tanda perjanjian. Ayat 1 mencatat bahwa saat Abram berusia 99 tahun, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya…” ayat 3, lalu sujudlah Abram dan Allah berfirman kepadanya.” Kemudian ayat 9 mencatat, Lalu firman Allah kepada Abraham…” selanjutnya ayat 15 dan 19, Allah berfirman..” Semua ini direspons Abraham dengan melakukan Seperti yang telah difirmankan Allah kepadanya” (ay. 23).

Kita dapat meneruskan penelusuran ini ke pasal-pasal berikutnya. Hal serupa akan kita jumpai untuk menunjukkan bahwa Abraham adalah orang yang begitu dekat bergaul dengan suara Tuhan. Firman Tuhan kental mewarnai kehidupannya.

Apa yang harus kita lakukan jika kita ingin bergaul dengan firman Tuhan seperti Abraham? Kita harus bergaul dengan Kristus melalui Alkitab sebab Yesus adalah suara Allah. Seluruh Perjanjian Baru menegaskan hal ini bahkan Yesus sendiri mengklaimnya, “Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari-Ku melainkan dari Bapa yang mengutus Aku” (Yoh. 14:24). Dan apa yang Allah katakan kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus pada peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung berlaku juga atas kita, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih. Dengarkanlah Dia.” (Luk. 9:35)

Sesungguhnya bergaul dengan suara Yesus merupakan ciri domba-domba Kristus. Dalam menyatakan diri sebagai Gembala yang baik, Yesus mengatakan bahwa domba-domba-Nya dibawa-Nya ke luar dan Ia berjalan di depan mereka; domba-domba itu mengikut Dia karena mereka mengenal suara-Nya (Yoh. 10:4). Namun, “seorang asing pasti tidak mereka ikuti malah mereka lari dari padanya karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” (ay. 5)

Ada dua kenyataan menyedihkan terjadi pada domba-domba Tuhan hari ini, yakni:

  • Ketulian dan keawaman terhadap suara Gembala Agung. Alkitab saat ini tersedia begitu melimpah, dapat dibeli di hampir setiap toko buku dan disediakan pula di kamar-kamar hotel. Namun zaman ini merupakan zaman orang Kristen paling buta terhadap isi Alkitab.
  • Kecenderungan banyak domba yang mau melihat dan mendengar suara Tuhan secara Salah satu ciri Alkitab yang paling mengesankan ialah tidak adanya deskripsi fisik Yesus. Walau orang-orang yang menulis tentang Dia adalah orang-orang yang sangat mengenal, bergaul, mengasihi-Nya dan percaya Ia adalah Anak Allah, mereka tidak pernah menjelaskan secara terperinci penampilan Yesus – rambut-Nya, mata-Nya, hidung-Nya, tinggi-Nya, warna kulit-Nya dst. padahal di zaman Yesus hidup di bumi ini seni lukis dan ukir sudah tinggi dan tidak sedikit tokoh-tokoh penting meninggalkan patung mereka. Jelas, ketiadaan deskripsi fisik Yesus merupakan kehendak Allah sendiri.

Kalau begitu bagaimana orang dapat mengklaim pernah melihat Yesus kalau wajah Yesus sesungguhnya tidak pernah diketahui? Juga bagaimana seseorang mengetahui ia mendengar suara Tuhan tanpa mengenal dan mendalami Alkitab? Ilustrasi: jika Anda tidak mengenal suara saya lalu mendengar suara orang lain yang mengaku sebagai saya, bagaimana Anda mengetahui bahwa itu bukan suara saya? Tidak heran “domba-domba Tuhan” ini menjadi domba-domba bodoh sebab senang mengikuti suara orang asing. Mereka mudah menjadi mangsa penipuan Iblis.

ISI SUARA TUHAN

Kali ini suara Tuhan tidak berisi hal yang menyenangkan sebagaimana pada kesempatan-kesempatan sebelumnya. Di masa lalu Tuhan meminta Abraham melakukan hal-hal sulit tetapi menguntungkan. Ia diminta meninggalkan Ur-Kasdim tempat ia membangun seluruh kehidupannya: rumah, perkawinan dan usahanya untuk pergi tanpa tahu harus ke mana. Walau demikian, permintaan ini menyenangkan karena semua itu ditukar dengan tanah perjanjian yang penuh dengan susu dan madu. Abraham meninggalkan miliknya demi mendapatkan yang lebih besar. Ia menyerahkan demi memperoleh yang lebih baik. Berikutnya suara Tuhan datang kembali membawa berita baik. Dari tidak memiliki ia akan memiliki anak. Saat ia telah menunggu sekian lama hingga ia tidak berharap lagi untuk mendapatkan anak, saat itulah suara Tuhan datang dan menjanjikannya seorang anak. Bahkan melalui anaknya itu ia akan memiliki keturunan sebanyak bintang di langit dan seluruh umat manusia akan diberkati melalui keturunannya.

Sekarang suara Tuhan tidak berisi janji menukar yang kecil dengan yang lebih besar atau memberi yang belum dimiliki Abraham. Suara itu meminta milik Abraham yang tak tertukarkan oleh apa pun. Jelas sebuah permintaan tersulit yang pernah Abraham jumpai seumur hidupnya. Apa yang diminta Tuhan? “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi yakni Ishak. Pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

Disadur dari: Menapaki Hari Bersama Allah oleh Yohan Candawasa