Shalom,
Tahukah tekanan tinggi dapat menimbulkan risiko besar? Misal: menyelam di kedalaman air 3-4 meter dapat menyebabkan telinga berdengung, di kedalaman 30 meter masih dalam batas aman untuk menyelam memakai peralatan tetapi lebih dalam lagi dapat menyebabkan gendang telinga pecah oleh karena tekanan di dalam air yang disebut hidrostatis. Tahun 2021, kapal selam Nanggala tenggelam di kedalaman 838 meter dan terbelah menjadi 3 bagian karena tekanan hidrostatis yang sangat kuat menghantam lambung kapal. Kapal tersebut seharusnya berada di bawah kedalaman 500 meter; tekanan di kedalaman 838 meter ibarat diinjak oleh 200 gajah.
Titik rawan dalam hidup kita adalah ketika orang lain yang kita harapkan tidak dapat menolong kita sementara kita tidak mampu menolong diri sendiri. Pemazmur mengalami tekanan hidup begitu berat hingga mengeluh sangat menantikan pertolongan Tuhan dan berharap kepada Firman-Nya (ay. 81b). Namun dalam kondisi mengenaskan itu dia tidak memberi kesempatan pada dirinya untuk meninggalkan Tuhan mencari jalan lain walau Tuhan tidak segera menolongnya. Pemazmur tetap berharap kepada Tuhan dan menantikan pertolongan-Nya dalam mengatasi persoalannya. Bukankah saat pintu-pintu tertutup untuk mendapatkan jawaban dari kesulitan hidup yang kita hadapi, iman menjadi pertaruhan apakah Allah satu-satunya jawaban bagi kita atau Ia menjadi salah satu sumber pertolongan sejati? Sesulit apa pun situasi kita, ini akan membuktikan kepada siapa kita berharap seperti pengalaman pemazmur yang mana jiwanya habis merindukan Tuhan dan menanti pertolongan dari-Nya.
Dalam berharap, kita menanti dengan sabar tetapi tidak dapat dihindari adanya godaan-godaan untuk mencari pertolongan dari pribadi lain kalau kita tidak segera mendapat jawaban dari Tuhan. Untuk itu iman Kristen perlu dipertahankan dalam berharap walau masa penantian merupakan pekerjaan yang paling membosankan. Iman akan menentukan hidup kita.
Pemazmur mengeluh, “Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: “Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?” (ay. 82)
Kita diajar menanti kapan melihat Tuhan menolong kita dan ini menjadi misteri dalam kehidupan kita. Apakah kita menjadi lelah menanti janji Tuhan yang sepertinya “tanpa kepastian” sehingga hilang kesabaran karena kita tidak juga beroleh kelegaan di dalam penderitaan maupun perubahan hidup yang lebih baik?
Bagaimanapun juga pemazmur tetap gigih menaruh harapannya kepada Tuhan walau persoalannya yang berat belum dijawab oleh-Nya. Alkitab tidak pernah memberitahu pengharapan kita akan pertolongan Tuhan akan segera dan cepat dijawab oleh-Nya. Hendaknya iman kita makin kuat dan yakin Tuhan pasti menjawab walau kita masih menghadapi persoalan berat karena hanya Ia yang layak kita harapkan. Jangan mencari opsi lain ketika Ia belum mendengarkan doa kita apalagi meninggalkan-Nya karena malah dapat berakibat fatal!
Sesungguhnya iman bekerja secara misterius di dalam kehidupan kita. Ketika kita percaya, bersandar dan berharap kepada Tuhan, di situ Tuhan menguji iman kita. Sering terjadi orang yang setia kepada Tuhan dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh malah menghadapi ujian sangat berat. Saat itu imannya diuji apakah mampu bertahan di tengah kesulitan atau mencari pertolongan di luar Tuhan.
Kenyataannya, masalah datang tidak diundang tahu-tahu muncul sendiri membuat kita kelimpungan dan tidak kuat bertahan. Kita kemudian bertanya pada diri sendiri apakah kita salah jalan atau salah pilih?
Pemazmur menggambarkan dirinya seperti kirbat yang diasapi (ay. 83) dan begitu berharap kepada Tuhan karena dia tahu jika Tuhan tidak menolongnya, matilah dia. Kirbat adalah kantong terbuat dari kulit kambing untuk menyimpan minuman anggur. Bila kirbat ini diasapi, terjadi perubahan warna dan bentuknya mengerut. Penderitaan yang dialami pemazmur mengubah beberapa bagian dalam hidupnya. Namun heran, dalam kondisi terpuruk sekalipun, pemazmur tidak melupakan ketetapan-ketetapan Tuhan.
Introspeksi: bagaimana reaksi kita saat menghadapi persoalan rumit yang membuat kita stres berat? Masihkah kita mengingat Firman-Nya atau di momen-momen seperti itu berisiko tinggi untuk melupakan Tuhan? Lebih mudah mana untuk melupakan Tuhan? Saat dalam penderitaan atau dalam keberkatan dan kesuksesan? Ternyata mengikut Tuhan harus ada harga yang dibayar.
Perhatikan, kita menghadapi persoalan yang selalu ada selama kita hidup di dunia ini. Pemazmur mengingatkan kita supaya tetap setia mengikut Tuhan segenting apa pun persoalan hidup yang kita hadapi. Firman Tuhan akan menerangi pikiran dan hati kita untuk bertindak benar dan tepat.
Iman pemazmur juga menjadi gambaran iman kita. Tidak diberitahu durasi juga besarnya penderitaan yang dialami pemazmur tetapi dia tetap berharap kepada Tuhan dalam doanya (ay.84).
Aplikasi: kita harus tetap berharap kepada Tuhan sekalipun tidak ada alasan/dasar untuk berharap seperti iman Abraham yang percaya menjadi bapa banyak bangsa (Rm. 4:18) walau istrinya sudah mati haid. Tuhan menolong Abraham mewujudkan kemustahilan.
Pemazmur tidak pernah merendahkan atau meragukan kemampuan dan kapasitas Tuhan. Sadarkah kita memerlukan Tuhan dalam menghadapi persoalan dari yang ringan hingga yang paling berat? Libatkan Tuhan dari awal dan serahkan seluruh persoalan nikah, keluarga, pekerjaan dll. kepada-Nya untuk berproses dengan-Nya hingga Tuhan turun tangan menyelesaikannya bagi kita. Memang tidak mudah tetapi tetaplah bertahan di tengah kesulitan. Kita melakukan bagian kita dengan berdoa dan Tuhan melakukan bagian-Nya untuk menyelesaikan persoalan kita.
Lebih lanjut pemazmur menghadapi orang-orang kurang ajar (the proud = sombong) yang menggali lubang baginya (ay. 85) dan mengejar tanpa alasan (ay. 86). Memang ada orang-orang jahat yang sengaja merencanakan kehancuran kepada orang benar. Untuk itu kita sangat membutuhkan Tuhan menghadapi mereka yang tidak mengikuti standar Tuhan. Bukankah orang-orang Kristen sering menghadapi orang yang merencanakan kejahatan tanpa alasan?
Pemazmur tidak mengubah pandangannya terhadap perkataan Tuhan di masa sulit (hampir dihabisi di bumi) dan tidak meninggalkan Firman-Nya (ay. 87). Jangan pernah menyepelekan pembacaan Firman Tuhan yang mampu menolong kita di momen-momen tersulit dalam kehidupan kita!
Introspeksi: Di mana letak titik kelemahan yang membuat kita tidak tahan dan hancur? Apakah dalam persoalan keuangan, nikah, keluarga, pekerjaan, pelayanan? Akui titik kelemahan dan ketidaksanggupan kita kepada Tuhan untuk beroleh kekuatan dari-Nya!
Ingat, persoalan besar bukan menjadi alasan kita untuk menjauh bahkan meninggalkan Tuhan karena jauh dari- Nya tidak akan membuat keadaan kita menjadi lebih baik. Sungguh kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan!
Pemazmur mengakhiri tulisannya, “Hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu supaya aku berpegang pada peringatan yang Kau berikan.” (ay. 88) Walau grafik persoalan yang dihadapi pemazmur meningkat terus, dia tetap teguh berpegang pada peringatan Tuhan dan tidak meninggalkan-Nya. Dia mempertaruhkan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Segala macam bentuk penderitaan yang menghampiri kita membuat kita makin berharap kepada Tuhan walau doa kita belum dijawab oleh-Nya. Friksi dan gesekan di dalam pelayanan pun tidak membuat kita mundur tetapi kita mau terus bertumbuh di dalam proses yang Tuhan izinkan kita hadapi. Bila kita menyadari beratnya tekanan persoalan dan tahu batas ketidakmampuan kita, kita akan mendekat kepada Tuhan dan berpegang pada kebenaran Firman-Nya.
Perhatikan, semakin kencang angin dan badai persoalan menghantam kita, semakin kuat pula kita berpegang pada Firman Tuhan! Harus diakui ada kalanya tangan kita lemah tetapi percayalah tangan Allah tetap kuat memegang kita. Kekuatan iman tidak terletak pada sering/jarangnya menghadapi persoalan tetapi seberapa sering kita bertahan dan berharap kepada Tuhan di tengah penderitaan yang hebat karena Ia memampukan kita untuk melaluinya. Amin.