Shalom,
Kata “kesulitan” dalam tema khotbah kali ini cukup menarik perhatian bukan karena ini adalah istilah baru atau kita adalah penggemar dan pencari kesulitan; tetapi faktanya sejak kita lahir hingga ajal menjemput kesulitan akan menjadi teman sekaligus lawan yang selalu menyertai kita. Adakah dari kita yang tidak pernah mengalami kesulitan sama sekali?
Hidup terkadang membawa kita pada situasi penuh tekanan dan tuntutan, akibatnya membuat kita kehilangan harapan. Dalam kondisi itu otak bereaksi memicu respons stres dan jika hal ini tidak segera ditangani akan berdampak pada timbulnya putus asa bahkan depresi. Namun menariknya manusia memiliki daya tahan mental luar biasa ketika dia memiliki pengharapan, tujuan hidup serta memahami makna dari hidup. Ini menjadi faktor kunci untuk dapat bangkit dari kesulitan.
Mazmur 119: 81-88 memberikan gambaran kuat tentang bagaimana seseorang dapat bertahan dalam tekanan kehidupan dengan berpegang janji Firman Tuhan. Lebih dari sekadar bertahan, Firman Tuhan juga mengarahkan kita untuk tetap hadir bagi sesama yang dalam kesulitan sehingga kesulitan yang kita alami bukan hanya merupakan ujian iman secara pribadi tetapi juga kesempatan menjadi saluran berkat dan penghiburan bagi orang lain yang mengalami hal serupa.
Bagaimana kita bersikap untuk dapat bertahan di tengah kesulitan?
- Menjadi berkat di dalam kesulitan dengan berpegang teguh pada Firman Tuhan.
Terlihat pemazmur sedang dalam posisi tidak nyaman bahkan dalam tekanan dikejar orang-orang (ay. 84) dan orang-orang kurang ajar sengaja menggali lubang untuknya (ay. 85) juga orang-orang mengejarnya tanpa alasan (ay. 86) bahkan hampir saja menghabisinya di muka bumi (ay. 87). Hal ini menjadi penyebab pemazmur mengeluh, merana dan merasa hampir kehilangan seluruh kekuatannya. Apa yang dia lakukan dalam posisi semacam itu? Dalam jeritan hati yang hampir kehabisan daya ia merindukan keselamatan dari Tuhan. Ia juga berharap kepada Firman-Nya walau matanya letih menanti penggenapan janji Tuhan. Pemazmur tidak berhenti mencari penghiburan dari Tuhan meski keadaannya tidak kunjung berubah.
Pernahkah kita mengalami hal sama ketika berdoa minta pertolongan dan berharap kepada Tuhan tanpa mengetahui kepastian jawaban dari-Nya hingga kita lelah menunggu? Seperti anak kecil berteriak minta tolong karena takut tetapi tidak ada orang datang kepadanya; atau seperti saat kita lagi bergumul dengan kesehatan tetapi kondisi kita tidak kunjung membaik.
Pemazmur dikelilingi oleh kekosongan namun dalam kondisi hampir menyerah dia tidak kehilangan harapan pada Firman Tuhan. Apa yang menopang pemazmur di tengah kegelapan dan kebuntuan semacam ini? Dia menaruh pengharapan kepada Tuhan, Sang “Gunung B”atu, “Batu Karang” dan “Jangkar” yang menahan jiwa agar tidak berseret tenggelam dalam keputusasaan.
Ketika kita berpegang kepada Tuhan, kita bukan hanya dikuatkan untuk bertahan demi kepentingan diri sendiri tetapi kita juga dipanggil untuk menjadi penopang bagi orang lain yang letih menunggu jawaban dan bagi yang hatinya hancur kehilangan arah. Jadilah pembawa harapan dalam terang Firman Tuhan bagi mereka yang hidup dalam keterpurukan! Bukankah kita dibentuk untuk melayani? Jadilah kehidupan yang hadir untuk menguatkan iman orang lain melalui sikap kita yang berharap kepada Firman Tuhan! Kita menjadi saksi hidup akan kesetiaan Tuhan untuk tetap melayani-Nya.
- Tetap setia meskipun dalam penderitaan.
Faktanya hidup ini sering dipenuhi oleh penderitaan yang berat. Ada kalanya kita merasa terimpit oleh beratnya persoalan dan tidak menemukan jalan keluar bagaikan "kirbat yang diasapi” (ay. 83).
Pada zaman dahulu kirbat adalah wadah dari kulit yang digunakan untuk menampung atau menyimpan anggur. Kalau terkena asap dalam jangka waktu lama, kirbat tersebut menjadi hitam, menyusut, kaku, kehilangan bentuk aslinya sehingga menjadi jelek. Demikianlah gambaran kehidupan yang dipenuhi oleh kesulitan, membuat dirinya tak berbentuk dan rusak. Herannya, dalam kondisi seperti itu pemazmur menegaskan, "namun aku tidak melupakan ketetapan-Mu." Jelas iman dan kesetiaan pemazmur tetap terjaga meskipun dipenuhi oleh kesulitan persoalan dan penderitaan.
Introspeksi: apakah kita juga seperti kirbat yang hangus oleh asap masalah kehidupan sehingga merasa lelah, kehilangan semangat bahkan merasa terbuang karena kita merasa kehilangan daya guna? Kita merasa kemampuan dan peran kita tidak diperlukan lagi.
Pemazmur tidak hanya mengalami penderitaan tetapi juga menghadapi ketidakpastian dan penantian panjang akan keadilan dari Tuhan (ay. 84). Meskipun menunggu merupakan proses berat, orang benar tetap datang kepada Tuhan di tengah pergumulan dalam penantian yang seolah tidak berujung. Kesetiaan kepada Firman Tuhan harus tetap dijaga. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk tidak menunggu secara pasif tetapi kita harus aktif dalam pelayanan di tengah kesulitan sebagai bukti kesetiaan kita kepada Tuhan.
Perhatikan, kesetiaan dalam melayani tidak akan sia-sia karena dalam proses ini Tuhan sedang membentuk karakter kita dan menggembleng iman kita. “Setia” bukan sekadar pengakuan kita percaya (pasif) tetapi kita buktikan dengan melayani Tuhan. Saat hidup terasa berat ada kekuatan luar biasa yang kita bagikan kepada orang lain. Yesus telah menunjukkan teladan sempurna dalam penderitaan di kayu salib Ia tetap melayani dengan memberi pengampunan serta menyediakan keselamatan.
Tuhan tidak hanya memerhatikan penderitaan kita tetapi juga menghargai setiap tindakan kasih yang kita lakukan dalam keadaan sulit. Oleh sebab itu jangan biarkan penderitaan malah membuat kita menjauh dari Tuhan, menjadi lemah bahkan berniat untuk berhenti dari pelayanan. Sebaliknya, biarkan kesetiaan kita menjadi bukti bahwa kasih kita kepada Tuhan masih membara di tengah kesulitan hidup yang kita hadapi.
Betapapun beratnya kesulitan hidup bagaikan kirbat yang hangus oleh asap penderitaan, janji setia Tuhan dan upah atas perbuatan orang percaya disediakan bagi mereka yang setia. Jadi pelayanan yang kita kerjakan tidak akan pernah sia-sia apa pun kesulitan yang kita hadapi. Kalau motivasi kita tulus dalam pelayanan, akan timbul pengalaman indah dalam kehidupan kita. Kehidupan ini menjadi mazmur hidup yang memuliakan Tuhan.
Semua perbuatan yang kita lakukan – dalam keluarga, sekolah, bekerja, pelayanan dll. – dengan motivasi untuk kemuliaan Yesus ada janji mahkota sebagai upah/pahala. Oleh sebab itu kaitkan semua kegiatan kita dengan kepentingan Yesus.
Alkitab menyebutkan adanya beberapa jenis mahkota: mahkota kekal yang diterima oleh mereka yang menang mengalahkan hidup lamanya; mahkota sukacita untuk para pemenang jiwa; mahkota kebenaran bagi mereka yang menantikan kedatangan Tuhan; mahkota kemuliaan bagi mereka yang bersedia merawat domba-domba; mahkota kehidupan bagi mereka yang tahan terhadap penderitaan (Yak. 1:12). Mahkota-mahkota itu sedang menunggu kita; oleh sebab itu jangan menjadi lemah mengikut dan melayani Tuhan! Pastikan kita sudah memiliki mahkota itu. Saat menunggu eksekusi kematiannya, Rasul Paulus menulis kepada Timotius bahwa telah tersedia baginya mahkota kebenaran yang dikaruniakan oleh Tuhan dan mahkota tersebut juga tersedia bagi semua orang yang merindukan kedatangan-Nya (2 Tim. 4:6-8). Marilah kita tetap bertahan melayani sekalipun dalam kesulitan dan penderitaan karena mahkota telah menantikan kita.
- Mengandalkan kasih setia Tuhan.
Pemazmur berseru kepada Tuhan, “Hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu supaya aku berpegang pada peringatan yang Kauberikan.” (ay. 88)
Dalam kesesakan hampir kehilangan kekuatan hidupnya, pemazmur tidak berdoa minta keadilan atau jalan keluar atau memaksa Tuhan segera membebaskannya tetapi dia memohon kehidupan yang berakar pada kasih setia-Nya.
Aplikasi: ketika hidup kita serasa gelap tanpa harapan, jangan pernah berhenti berdoa dan berharap kepada Tuhan. Doa adalah bukti bahwa kita sedang berjuang dan mengandalkan sekaligus menantikan kasih setia dari Tuhan. Doa yang tulus dalam pergumulan tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita. Percayalah Tuhan sedang mendengar dan menyediakan kasih setia-Nya untuk pergumulan kita. Jangan biarkan keterlambatan dari jawaban doa membuat kita mundur atau meragukan kasih setia Tuhan. Ingat, kasih setia Tuhan tidak pernah berakhir bahkan dalam penderitaan dan kesulitan kasih-Nya tetap bekerja membawa pemulihan dan kekuatan. Kita boleh dikecewakan oleh manusia tetapi kasih setia Tuhan senantiasa menopang kita. Tuhan tidak hanya mampu mengembalikan hidup yang hancur oleh pergumulan tetapi juga memperbarui hidup kita dengan kemuliaan yang lebih besar seperti dialami oleh Ayub. Perhatikan, orang yang berharap kepada Tuhan mengalami pekerjaan kasih setia-Nya; oleh sebab itu jangan pernah membatasi pekerjaan Tuhan dengan logika kita yang terbatas sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).
Kasih Tuhan tidak hanya memulihkan tetapi juga memperlengkapi kita untuk melayani Dia dengan sukacita dalam kondisi yang sulit sekalipun. Jangan menyia-nyiakan hidup yang telah diselamatkan dan diperbarui oleh kasih Tuhan! Sebaliknya, respons terbaik kita kepada Tuhan ialah hidup dalam ketaatan kepada-Nya dan menjadi kesaksian demi kemuliaan Nama Tuhan. Jangan biarkan berkat dan pemulihan berlalu tanpa memberikan buah dalam kehidupan kita! Kita perlu menunjukkan rasa syukur kita dengan melayani dan membawa damai, pengharapan dan kasih bagi sesama.
Sungguh kesulitan bukanlah akhir dari pengharapan tetapi peluang untuk menguji seberapa serius kita berpegang dan mengandalkan Tuhan. Jangan sampai pelayanan kita berubah menjadi arena unjuk kekuatan yang pada akhirnya sama sekali tidak memuliakan Tuhan! Untuk itu kita perlu mawas diri dan menjaga hati supaya dalam pelayanan sesibuk dan sebanyak apa pun tidak ada spirit untuk meninggikan diri. Semua kita kerjakan karena hati kita memang meluap dengan kasih-Nya.
Kita mampu bertahan dalam kesulitan hidup bila kita berpegang teguh pada Firman Tuhan, tetap setia dalam penderitaan dan mengandalkan kasih setia-Nya. Kasih setia Tuhan yang meliputi hidup kita dapat kita tularkan kepada orang lain melalui perkataan, tindakan dan sikap kita sehingga mereka melihat kemuliaan Tuhan melalui kesaksian hidup kita. Dan jangan lupa Tuhan menyediakan mahkota kehidupan bagi mereka yang bertahan dalam kesulitan! Amin.