• DIBENTUK UNTUK MELAYANI
  • Mazmur 119:73-80
  • Lemah Putro
  • 2025-02-02
  • Pdm. Setio Dharma
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1714-dibentuk-untuk-melayani
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
dibentuk_untuk_melayani

Shalom,

Mazmur 119 merupakan mazmur terpanjang dalam Alkitab yang menekankan tentang kasih, ketaatan dan penghormatan kepada Firman Tuhan. Mazmur ini ditulis dalam konteks perjanjian antara Tuhan dan Israel yang mana Firman Tuhan menjadi pusat perhatian dan kehidupan umat Israel. Kemungkinan besar Daud ataupun pengikutnya yang menulis Mazmur ini sedang mengalami tekanan dari orang-orang fasik tetapi dia tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan sebagai penghiburan dan kekuatan. Selain itu Mazmur ini menekankan bahwa Tuhan adalah Pencipta setia yang memelihara umat-Nya melalui Firman-Nya juga mengajarkan saat menghadapi pencobaan untuk tetap berpegang kepada Firman Tuhan sebagai pusat, rujukan dan hidup dalam ketekunan.

Bagaimana kita tahu pemazmur fokus pada Firman Tuhan dalam tulisannya?

Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu. Orang- orang yang takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita sebab aku berharap kepada firman-Mu. Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu. Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku. Biarlah orang-orang yang kurang ajar mendapat malu karena mereka berlaku bengkok terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu. Biarlah berbalik kepadaku orang-orang yang takut kepada-Mu, orang-orang yang tahu peringatan-peringatan-Mu. Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu supaya jangan aku mendapat malu.”

Pemazmur mengakui tangan Tuhan telah membentuknya. Berbicara tentang tangan Tuhan, ini jelas merujuk langsung pada pribadi Tuhan sendiri yang bekerja menciptakan dan membentuk (= formed, fashioned) manusia sejak janin terbentuk di dalam rahim dimulai dengan adanya denyut jantung, ‘tunas’ kecil yang menjadi lengan dan kaki dst. hingga terbentuk bayi yang lahir sempurna ke dunia. Beda dengan Adam dan Hawa yang tidak melalui proses kelahiran tetapi mereka tetap melalui proses penciptaan dan pembentukan yang sama.

Penciptaan manusia mempunyai nilai dan tujuan sama yakni dibentuk menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26a). Gambar dan rupa tidak berkenaan dengan fisik (kulit hitam/kuning/putih, rambut keriting/lurus, mata sipit/besar dst.) tetapi berkaitan dengan sifat dan otoritas yang sama dengan Allah yakni kekal. Buktinya, tubuh boleh berada di pekuburan tetapi rohnya kekal entah bersama Allah atau kekal tidak bersama-Nya. Contoh: kisah pengemis Lazarus yang mati dan duduk di pangkuan Abraham sedangkan orang kaya juga mati menderita sengsara di alam maut (Luk. 16:19-31). Kita boleh mengalami kematian jasmani tetapi roh kita akan kembali kepada Allah (Pkh. 12:7) dan Ia yang berhak menentukan tinggal bersama-Nya di Firdaus seperti penjahat disebelah Yesus atau seperti orang kaya yang hidup di alam maut selamanya. Oleh sebab itu jangan hidup serampangan karena semua ada konsekuensinya.

Jelas manusia diciptakan dengan tujuan berkuasa atas makhluk ciptaan lainnya (Kej. 1:26b) juga mempunyai hubungan/persekutuan dengan Allah (Kej. 3:8). Sesungguhnya manusia diciptakan untuk memuliakan Allah jua.

Kapan persekutuan Tuhan dan kita terjadi? Saat kita beribadah, doa pribadi, merenungkan Firman Tuhan, melayani Tuhan – menjalankan kolekte, bermain musik, bernyanyi untuk Tuhan dll. Namun sayang saat melayani Tuhan sering terjadi salah paham, amarah, menjelek-jelekkan orang dengan hati penuh ketidaksukaan bukan untuk mengevaluasi atau memperbaiki. Waspada, dalam pelayanan kemungkinan besar terjadi seseorang ingin menjadi pusat perhatian dan sikap semacam ini mencuri kemuliaan Tuhan.

Perhatikan, kita diciptakan bukan untuk gagah-gagahan mencari kemuliaan atau sombong kemudian merasa “semua tanpa aku tidak akan berjalan”. Yesus sendiri mengatakan, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28)

Harus diakui, dalam setiap pelayanan kemungkinan besar terjadi benturan-benturan, ketidakcocokan yang dapat diselesaikan dengan baik tetapi tidak jarang pula makin meruncing menimbulkan perpisahan. Benarkah kita rindu memiliki persekutuan dengan Tuhan melalui pelayanan entah hanya beberapa jam atau sepanjang hari sebagai full timer?

Seperti apa kehidupan yang dibentuk untuk melayani Tuhan? “Orang-orang yang takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita sebab aku berharap kepada firman-Mu.” (ay. 74)

Orang lain bersukacita menyaksikan seseorang sedang melayani bukan karena penampilan yang cantik/ganteng atau fasih lidah atau merdu suaranya atau mahir memainkan musik tetapi melihat imannya yang kuat berharap kepada Penciptanya.

Kalau begitu seperti apa (prototipe/model) seseorang yang dibentuk untuk melayani Tuhan?

  • Pribadi yang menguatkan iman orang lain.

Kesaksian Pembicara: saat mengikuti KKR naik kapal dan berada di dek, tiba-tiba di malam hari hujan turun deras disertai badai membuat kapal PELNI yang besar terguncang begitu hebat. Kejadian ini berlangsung lama kemudian anak buah kapal turun melemparkan sesuatu. Tiba-tiba satu orang yang berada di atas berteriak, “Sudah lihat! Sudah kelihatan!“ Penumpang kebingungan apa yang kelihatan. Di tengah suasana panik seakan- akan kematian datang mendekat, teriakan itu begitu melegakan. Ternyata yang dimaksud sudah kelihatan ialah mercusuar dan ini berarti ada sebuah harapan di depan. Keesokan harinya diketahui kapal yang ditumpangi tidak berada di jalur sebenarnya. Terang lampu mercusuar membuat semua lega dan hilanglah kekhawatiran para kru kapal.

Introspeksi: sudahkah kita menjadi berkat untuk menguatkan iman orang lain? Atau pelayanan kita malah membuat banyak orang menggerutu, membicarakan hal negatif bahkan tersandung?

Juga bagaimana kondisi kita dalam komunitas ketika semua tergoncang/terhempaskan dan resah oleh karena badai masalah begitu besar? Apakah kita tampil bagaikan mercusuar yang dapat menenangkan orang lain atau kita justru membuat kondisi makin ribut nan kacau? Sudahkah mulut kita dipakai untuk memuliakan Tuhan atau malah tidak menjadi kesaksian? Ingat, orang yang melayani Tuhan bukanlah pribadi yang suka membuat keributan tetapi menjadi kesaksian bahwa dia mengasihi Tuhan walau hidupnya susah.

  • Rela menjalani proses pembentukan karakter (ay. 75).

“Aku tahu ya Tuhan bahwa hukum-hukum-Mu adil dan bahwa dengan sepatutnya Engkau telah merendahkan aku dalam kesetiaan.” (TB2)

Perhatikan, kehidupan yang dibentuk untuk melayani akan rela menjalani proses pembentukan karakter. Jika menolak menjalaninya dan tetap mempertahankan karakter lama, perkataan yang keluar dari mulutnya, “Ya, ini aku, mau apa? Kalau tidak suka ya sudah, aku keluar tidak ikut pelayanan.” Bukankah perkataan seperti ini sama dengan menolak dibentuk oleh Sang Pencipta? Jelas sikap semacam ini bukanlah pribadi yang dibentuk untuk melayani.

Ilustrasi: suatu hari pemain bola legendaris duduk diwawancara seusai pertandingan. Di depannya ada minuman soft drink. Dia singkirkan minuman itu kemudian meneguk sebotol air putih. Langsung besoknya saham dari minuman soft drink tersebut bergejolak. Heran, hanya menyingkirkan minuman soft drink dapat berdampak pada saham. Tentu tidak mudah bagi pemain sepak bola itu menjalani proses untuk mencapai titik puncak. Kita hanya melihat hasil tanpa memerhatikan prosesnya. Dia terlahir dari keluarga yang sangat miskin tetapi hari ini dia menjadi top dikejar oleh klub-klub persepakbolaan.

Siapa menjadi panutan dalam proses pembentukan karakter? Yesus Kristus. Proses apa yang dijalani oleh-Nya? Ia tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah tetapi mengosongkan diri-Nya mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:5-8). Berapa lama Yesus Kristus mengosongkan diri-Nya? Sejak dalam kandungan Maria. Perhatikan, Allah yang mahakuasa, Pencipta alam semesta, mengosongkan diri-Nya dan berinkarnasi menjadi manusia Yesus dan hidup di dunia ± 33½ tahun belum terhitung dalam kandungan selama 9 bulan. Bagaimana dengan kita menjalani proses “mengosongkan diri” yang cuma beberapa saat dalam sebuah pelayanan? Mampukah kita rendah hati tidak mudah mengomel kalau tidak ditampilkan di muka umum? Sungguh proses “mengosongkan diri” tidaklah gampang dilakoni. Jujur, baru mempunyai jabatan sedikit tinggi sudah merasa mengangkat kursi atau ringkes-ringkes bukan pekerjaannya.

Perhatikan, Tuhan setia di masa sulit apa pun dan kita harus tetap berpegang teguh pada Firman-Nya untuk rela dibentuk menjadi serupa dengan Kristus Yesus. Ia tahu persis tantangan mengosongkan diri bagi setiap kehidupan kita; oleh sebab itu kita harus menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Dia (Flp. 2:5- 6). Kita semua sama di hadapan Tuhan, di Surga tidak ada perbedaan kelas/tingkat bagi pimpinan-pegawai rendah; kaya-miskin dst. Yang penting kita rela diproses untuk memiliki karakter seperti yang ada pada Yesus Kristus untuk melayani Dia.

  • Kasih setia Tuhan menjadi tempat penghiburan (ay. 76).

"Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu".

Kenyataannya hidup ini tidak pernah mulus dan masing-masing dari kita mempunyai masalah sendiri-sendiri tetapi yang menjadi penghiburan adalah kasih setia Tuhan.

Kita boleh pergi berkeliling dunia namun kita hanya terhibur beberapa saat setelah kembali dari liburan kita tetap menghadapi masalah lagi. Beda ketika kasih setia Tuhan menjadi penghiburan, kita tidak lagi fokus kepada masalah tetapi pada janji setia dari Firman Tuhan. Kalau kita terus fokus pada masalah yang memberatkan, kita akan lupa adanya penghiburan. Tidak ada penghiburan yang lebih baik dan lebih tepat daripada kasih setia Tuhan. Oleh sebab itu mendekatlah kepada Tuhan dalam doa, bersenandung memuji Tuhan, bersyukur atas semua yang terjadi dan percaya kasih setia Tuhan memampukan kita hidup pada titik seperti ini. Ingatlah Tuhan telah menolong kita mengarungi kesulitan hidup di masa lalu dan Ia tetap menolong kita menghadapi kesulitan di depan kita. Jangan terlena dengan penghiburan duniawi bersifat sementara dan tidak mendatangkan damai sejahtera sejati dalam kehidupan kita.

Sekarang kita mengetahui prototipe pribadi yang dibentuk untuk melayani, yaitu: harus dapat menguatkan iman orang lain, rela menjalani proses pembentukan karakter dan penghiburannya adalah kasih setia Tuhan. Kita juga terus menjadikan Firman Tuhan pusat perhatian dan kehidupan kita maka kita akan selalu terhubung dengan Pribadi-Nya, Sang Firman yang hidup. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: