Shalom,
Marilah kita mengarahkan pengharapan kita hanya kepada Tuhan tanpa percabangan artinya tanpa keraguan dan ketidakpastian. Ada kekuatan saat kita menjadikan Tuhan pengharapan kita. Ilustrasi: saat pasien sakit keras dan dalam keadaan kritis, keluarga bertanya kepada dokter apakah masih ada harapan untuk hidup? Pengharapan berkaitan dengan kehidupan; kalau tidak ada pengharapan berarti pasien mendekati ajalnya.
Kita mempunyai banyak pilihan untuk mewujudkan harapan di dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini. Misal: kita memiliki plan A, plan B, plan C dst. agar harapan kita terkabul bila plan A, B meleset. Juga saat mengemudi kendaraan, kita menemui jalan lagi macet, kita akan mencari jalan alternatif, percabangan jalan yang ditempuh agar lebih cepat tiba di tujuan. Namun pengharapan (rohani) kepada Tuhan tidak boleh bercabang alias hanya satu. Waspada, perharapan bercabang karena bimbang dikategorikan sebagai orang yang mendua hati dan tidak akan mendapatkan apa-apa serta hidupnya tidak akan tenang (Yak. 1:6-8). Mengapa? Karena kita menempatkan sesuatu yang lain di hati yang seharusnya ditempati oleh Tuhan. Akibat percabangan hati, kita kehilangan kemampuan untuk melangkah di jalan Tuhan. Contoh: sejarah perjalanan bangsa Israel diawali sejak Adam-Hawa berbuat dosa kemudian diusir dari Taman Firdaus. Keturunan mereka jatuh dalam penyembahan berhala hingga era Enos mereka mulai memanggil nama Tuhan (Kej. 4:26). Generasi demi generasi berlanjut hingga Abraham dari Ur-Kasdim (Kej. 11:31), negeri yang penuh dengan pemberhalaan, kemudian zaman Yakub yang pergi ke Betel setelah ada masalah dengan Esau, kakaknya. Di tempat ini dia bermimpi tangga yang ujungnya sampai di langit dan TUHAN berdiri di sampingnya menjanjikan berkat perlindungan dan penyertaan (Kej. 28:12-19). Keturunan Yakub, bangsa Israel diperbudak di tanah Mesir yang penuh dengan penyembahan berhala di bawah pemerintahan Firaun. Umat pilihan Allah dari awal sudah mengenal berhala dan hidup di tengah berhala-berhala. Allah tahu penyembahan berhala berpotensi menimbulkan sakit hati-Nya karena hati bercabang akan menempatkan posisi Tuhan ditempati oleh sesuatu yang lain. Oleh sebab itu Ia menurunkan 10 perintah Allah dalam upaya mencegah bangsa Israel menyembah allah-allah lain kecuali Dia (Kel. 20:3-5) setelah keluar dari Mesir.
Jelas Tuhan sudah membatasi dan membentengi manusia untuk tidak bercabang hati masuk dalam pemberhalaan namun begitu Musa turun gunung membawa dua loh batu, bangsa Israel menyembah anak lembu emas dan ini membuat Allah murka (Kel. 32).
Kalau begitu bagaimana cara berharap tanpa bercabang hati menurut Mazmur 119:113-120?
- Dengan mencintai dan berpegang kepada Taurat Tuhan (ay. 113-115). Kehidupan semacam ini tidak gampang bimbang tetapi mengandalkan Firman Tuhan sepenuh serta memasang jarak (tidak bergaul) antara dosa dan kebenaran.
- Dengan menaruh harapan sepenuh kepada Tuhan (ay. 116-117).
Praktik dan tanda orang yang berpengharapan sepenuh kepada Tuhan ialah selalu ingat dan memegang janji Tuhan dengan teguh. Hal ini dialami oleh Abraham tua yang fisik tubuhnya lemah karena usia tua dan rahim Sara tertutup tetapi imannya tetap teguh, tidak bimbang, akan janji Allah (Rm. 4:19-20). Buktinya imannya tidak gugur walau harus menunggu 25 tahun untuk penggenapan janji Tuhan dengan lahirnya Ishak.
Introspeksi: sudah berapa lama kita mengharapkan janji Tuhan terwujud? Kalau pun belum/tidak terjawab sampai sekarang, apakah kita putus asa dan meragukan Tuhan lalu tidak lagi memercayai Firman-Nya? Ingat, kita akan rugi sendiri bila memiliki hati bercabang alias hati bimbang nan ragu karena disamakan dengan hati yang mempunyai berhala. Perhatikan, memiliki berhala tidak hanya menyembah berhala (fisik) tetapi jika kita tidak percaya kepada Tuhan dan tidak melakukan Firman-Nya (Kol. 3:5).
Tahukah keserakahan termasuk penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah (ay. 6)? Apa yang dimaksud dengan “serakah”? Rakus, tamak, loba, ada keinginan jahat, mendewakan uang, kikir, memuja barang mewah alias flexing.
Bagaimana dengan “kikir”? Bila kita diberkati Tuhan kemudian kita tahan uang dan harta untuk diri sendiri, ini namanya kikir padahal Firman Tuhan mengingatkan siapa menyebar harta makin bertambah kaya, siapa memberi berkat akan diberi kelimpahan sementara yang menghemat ketat malah selalu berkekurangan (Ams. 11:24-25). Contoh: saat Raja Ahab memerintah Israel utara dan kawin dengan Izebel, negerinya penuh dengan penyembahan berhala menyebabkan Allah sakit hati (1 Raja. 16:33). Elia mengingatkan Raja Ahab akan hukuman Allah yakni kekeringan (1 Raja. 17:1) tetapi Elia dipelihara oleh burung gagak (ay. 4) dan janda miskin di Sarfat (ay. 7-16). Ternyata setelah janda ini menjamu Elia dalam kekurangannya, tepungnya tidak habis dan minyaknya tidak berkurang.
Introspeksi: apakah kita sering mengeluh selalu dalam keadaan minus dan Tuhan tidak juga menjawab doa kita? Mau diberkati oleh Tuhan, jauhkan kekikiran! Juga berikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan. Yesus sendiri mengatakan, “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” (Kis. 20:35) Dan ingat, cinta akan uang adalah akar segala kejahatan (1 Tim. 6:10).
- Selalu meminta pembelaan langsung dari Tuhan.
Orang yang berpengharapan kepada Tuhan selalu meminta pembelaan langsung dari-Nya. Memang ada kalanya kita membutuhkan pembelaan dari ahli hukum dan pengacara untuk masalah berat karena Tuhan dapat memakai mereka untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan hukum tetapi kita tetap harus mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Contoh: Sadrakh, Mesakh, Abednego tetap mengandalkan Tuhan ketika diancam dimasukkan ke dalam dapur api kalau tidak mau menyembah patung emas. Dan Tuhan membela mereka tidak hangus terbakar (Dan. 3:17-18).
Aplikasi: apa pun kondisi kita – dalam kesesakan dan penindasan – yakinlah Tuhan pasti membela kita bila kita sungguh-sungguh mengandalkan Dia.
- Menaruh rasa takut akan Tuhan (ay. 118-120).
Apakah kita takut akan Tuhan karena ancaman hukuman masuk neraka sebagai konsekuensi perbuatan dosa kita? Namun jangan lupa kita harus takut jika kita merusak relasi/hubungan kita dengan Allah – kita melukai hati-Nya kalau kita tidak memiliki hati segaris dengan-Nya. Kita harus memiliki hubungan yang indah dengan Sang Penebus, Juru Selamat kita. Sungguh sangat mengerikan bila kita putus hubungan dengan Tuhan! Putus dengan sahabat saja sulit melupakannya apalagi dengan Kristus yang sudah menjamin kehidupan kita.
Perhatikan, orang yang benar dan takut akan Tuhan tidak ada tipu muslihat di dalamnya – semua terang dan transparan. Selain itu, dia mencintai Firman Tuhan dan senang menaatinya, berarti dia tidak memiliki hati bercabang dan takut kepada penghukuman-Nya.
Kita dapat berharap kepada Tuhan tanpa bercabang hati bila kita mencintai dan berpegang pada Firman, menaruh harapan sepenuh kepada-Nya, meminta pembelaan langsung dari-Nya dan takut akan Dia. Dengan demikian janji penyertaan dan perlindungan sebagai harapan kita akan terwujud nyata dalam hidup kita. Amin.