Shalom,
Pemazmur menulis berdasarkan pengalaman bersama Tuhan tentang bagaimana Ia bekerja. Sesuai dengan tema “Rahmat yang menghidupkan” bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup pemazmur (juga kita)?
- Rahmat menghidupkan semangat untuk tetap percaya Tuhan (ay. 153-154).
“Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku sebab Taurat-Mu tidak kulupakan. Perjuangkanlah perkaraku dan tebuslah aku, hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu.”
Pemazmur mengalami perkara yang membuat hidupnya sengsara bukan karena tindakan kriminal. Tuhan mengizinkan masalah berat melanda hidupnya hingga dia memohon Tuhan menebusnya. Masih ingatkah perkara “penebusan” yang terjadi pada Rut, orang Moab, yang ditebus oleh Boas, kerabat dekat hasil perkawinan Rut dengan Mahlon, anaknya Naomi (Rut. 4:10). Penebusan oleh kerabat terdekat lazim dilakukan di Israel ketika anggota keluarga mengalami musibah kehilangan tanah maka kerabat dekat dapat menebus kembali tanah itu. Keluarga Elimelekh mendapatkan haknya kembali dan dipulihkan.
Pemazmur juga menyebut, “.....sebab Taurat-Mu tidak kulupakan.” (ay. 153)
Ilustrasi: kita meletakkan barang di suatu tempat yang sama agar kita tidak lupa ketika membutuhkan untuk mudah menemukannya. Jadi, kita tidak melupakan karena tahu tempatnya dengan tepat. Masalah timbul jika kita tidak terbiasa menempatkan barang di tempat yang sama sehingga kita lupa ketika mencarinya dan mengalami kesulitan untuk menemukannya.
Pemazmur tidak melupakan Firman Tuhan ketika dia mengalami sengsara di tengah situasi yang sulit dan tekanan berat. Semakin berpaut kepada Firman, semakin dia mengalami sengsara. Apakah ada kesalahan di dalam pengikutannya kepada Tuhan? Bukankah kita berharap semakin menaati Firman Tuhan, semakin kita diberkati? Perhatikan, mengikut Tuhan bukan berarti semua berjalan lancar (selalu sukses) tanpa ada rintangan, ada waktunya Tuhan mengizinkan kita mengalami sengsara walau kita benar. Pernahkah kita mengalami disalahkan ketika kita melakukan sesuatu yang benar?
Justru cara pemazmur merespons sengsara menghidupkan semangat kita yang sedang mengalami kesesakan berat untuk tetap percaya kepada Tuhan bukan malah meninggalkan-Nya karena pemahaman yang dangkal. Ketika sedikit mengalami aniaya jangan gampang ngambek lalu marah kepada Tuhan mempertanyakan di mana dan apakah Ia ada bahkan kemudian meninggalkan-Nya. Mengapa pemazmur tidak melupakan Firman Tuhan di tengah kesengsaraan? Karena rahmat Tuhan menghidupkannya, membuatnya tetap percaya Tuhan dan mengikut Dia walau banyak orang melawan-Nya.
Aplikasi: merupakan konsep keliru ketika berpikir di dalam mengiring Tuhan semua akan berjalan mulus tidak mengalami masalah. Oleh sebab itu jangan cepat mengambil tindakan untuk meninggalkan Tuhan ketika mengalami jalan buntu. Justru dengan beribadah di dalam persekutuan kita mengalami pemulihan. Periksa diri apakah sengsara terjadi akibat kelalaian, kelemahan atau kekerasan hati kita! Jika demikian, mintalah ampun kepada Tuhan dan bertobatlah.
Perhatikan, kalau kita dapat bertahan dalam sengsara, ini semua karena kebaikan Tuhan yang sedang memurnikan hidup kita, menyucikan motivasi kita dalam mengikut Dia dan melepaskan kita dari ikatan-ikatan yang selama ini kita cintai (1 Ptr. 4:12-16). Jelas, pengalaman sengsara bukan disebabkan karena melakukan tindakan kriminal tetapi oleh sebab mengikut Kristus dan hidup dalam kebenaran. Oleh sebab itu Roh kemuliaan yaitu Roh Allah ada padanya.
Pemazmur menghadapi orang-orang fasik (ay. 155), siapa mereka? Mereka tidak suka dan tidak mau mencari kebenaran. Mereka memiliki gaya hidup berlawanan/berseberangan dengan Tuhan. Oleh sebab itu tidak ada titik temu antara mereka dengan Tuhan. Misal: Tuhan suka hidup saling mengasihi tetapi orang fasik justru saling menebar kebencian; Tuhan mau kita saling memerhatikan/peduli, orang fasik malah hidup egois. Jelas mereka hidup jauh dari keselamatan.
Banyak pengejar dan lawan mau menjatuhkan pemazmur tetapi dia tidak menyimpang dari peringatan-peringatan-Nya (ay. 157). Mengapa pemazmur mampu bertahan dalam situasi demikian? Karena dia menyadari walau dalam keadaan dikejar-kejar (sulit), dia tidak ragu-ragu untuk tetap mengikut Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan pemazmur tetap tidak menyimpang dari peringatan Tuhan walau hanya sendirian karena rahmat Tuhan telah menghidupkannya.
Pemazmur juga merasa jemu, tidak senang melihat pengkhianat (ay. 158) yang tidak setia, tidak dapat dipercaya dan diam-diam berencana jahat untuk melukai orang memberi kepercayaan kepadanya. Pemazmur merasa tidak senang dan tidak tenang melihat sekelompok orang mempermainkan kebenaran Firman Tuhan. Kondisi yang sama juga dialami oleh Lot yang jiwanya terus-menerus menderita melihat cara hidup orang-orang Sodom-Gomora yang tidak mengenal hukum dan mengikuti hawa nafsu mereka (2 Ptr. 2:7-8).
Introspeksi: apakah kita tetap setia beribadah dan melayani Tuhan dengan sukacita? Ingat, kesetiaan kita diperhitungkan oleh Tuhan.
Jelas rahmat Tuhan yang menghidupkan semangat untuk tetap mencintai Tuhan memampukan kita hidup di dalam kekudusan dan jiwa kita merasa tersiksa melihat mereka yang menista kebenaran.
- Rahmat menghidupkan semangat untuk tetap mencintai Tuhan (ay. 156,159-160)
Rahmat artinya belas kasihan yang dinyatakan Allah kepada manusia yang sebenarnya tidak berhak menerima belas kasihan. Ini dilakukan-Nya karena Allah tidak pernah mengingkari perjanjian kasih dengan manusia. Istilah rahmat digambarkan seperti kasih seorang ibu yang melindungi anaknya bahkan rela menggantikan penderitaan anaknya. Kasih Tuhan melebihi kasih manusia siapa pun dan ini dibuktikan ketika Yesus ditangkap saat berada di Taman Getsemani. Ia rela diserahkan tetapi tidak membiarkan murid-murid-Nya binasa (Yoh. 18:6-9). Bukankah kematian Yesus di kayu salib juga menghidupkan kita dari kebinasaan? Semakin kita menikmati rahmat Tuhan yang tidak layak diterima, semakin kita mencintai-Nya. Dengan kata lain, orang yang meninggalkan Tuhan dengan alasan pekerjaan, kedudukan, pacar dll. lebih disebabkan karena mereka tidak menyadari besarnya belas kasihan Tuhan kepadanya. Jangan sia-siakan rahmat Tuhan yang telah disediakan oleh-Nya!
Pemazmur juga mengatakan, “Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setiaMu.” (ay. 159)
Kata “titah-titah-Mu” merujuk pada Firman Tuhan yang mengatur dan menuntun agar kita dapat menjalankan pola hidup rohani sebagai umat Tuhan. Firman Tuhan yang kita hidupi akan makin membentuk pola pikir dan tindakan kita agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Cara hidup kita yang berbeda akan menjadi kesaksian hidup bagi mereka yang belum/tidak mengenal Tuhan. Contoh: kita berdoa di mana pun dan kapan pun tanpa rasa takut atau malu juga bukan sekadar memenuhi liturgi agama karena doa membuktikan bahwa Tuhan yang kita sembah itu ada.
Pemazmur mengakhiri tulisannya, "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (ay. 160)
Rahmat yang menghidupkan menyadarkan pemazmur untuk lebih mengenal Firman Tuhan. Baginya, Firman Tuhan adalah dasar kebenaran dan segala hukum Tuhan itu adil selamanya. Pemazmur melihat benih Firman Tuhan yang diikutinya menuntun kepada kebenaran karena tidak ada maksud jahat atau kesesatan di dalamnya. Tahukah kebenaran Firman Tuhan berkuasa memerdekakan (Yoh. 8:31-32) kita dari belenggu dosa yang mengikat? Firman Tuhan juga mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran (2 Tim. 3:16-17).
Hukum Tuhan itu adil untuk selama-lamanya dan diberikan kepada orang yang takut kepada-Nya. keadilan-Nya tidak berubah, tidak lekang oleh waktu, dan tidak dapat disuap.
Jelas rahmat Tuhan menghidupkan semangat kita untuk tetap percaya kepada-Nya juga senantiasa mencintai-Nya. Hidup kita makin dikuduskan dan dimurnikan oleh Firman Tuhan sehingga menjadi kesaksian hidup bagi mereka yang belum/tidak mengenal Tuhan agar mereka juga beroleh keselamatan kekal bersama kita. Amin.