Shalom,
Pelu diketahui pemazmur menulis, menyanyikan doa permohonan dan syukur saat dia dalam keadaan sengsara, tertekan dan tertindas (ay. 153a). Faktanya manusia banyak mengalami sengsara disebabkan karena sakit tak kunjung sembuh, dukacita ditinggal oleh terkasih, penantian ibu yang belum dikaruniai anak bertahun-tahun bahkan melahirkan pun ditandai sengsara seperti dialami oleh Rahel yang berakhir dengan kematian (Kej. 35:16-18) dll.
Heran, pemazmur berani mengundang empati Tuhan untuk tidak hanya melihat dari jauh tetapi memahami bahkan memohon agar dia diluputkan/dikeluarkan dari kondisi sengsara. Hingga tiga kali pemazmur berseru, "Hidupkanlah aku" (ay. 154, 156, 159). Pemazmur berharap dalam kondisi setengah mati bahkan segera mati, Tuhan menghidupkan dia, mengeluarkan dia dari sengsaranya.
Kondisi sengsara yang dialami pemazmur mirip dengan penderitaan Paulus saat berada di Asia Kecil di mana dia dan rekan sepelayanan menderita begitu berat sehingga putus asa dan merasa dijatuhi hukuman mati (2 Kor. 1:8-9). Rasul Paulus yang hebat, kuat bermental baja kali ini menderita sengsara dan merasa tidak selamat alias mati tetapi dia tetap memercayakan diri kepada Allah yang mampu membangkitkan orang-orang mati. Dia menaruh pengharapan kepada Allah yang berkuasa menyelamatkannya (ay. 10).
Bagaimana Tuhan membangkitkan kita menurut pemazmur? Apa dasar Tuhan untuk menghidupkan seseorang?
- Tuhan menghidupkan sesuai janji-Nya (ay. 154).
Pemazmur memohon Tuhan meluputkan dia dari sengsara sebab dia tidak melupakan Taurat-Nya (ay. 153). Taurat adalah pengajaran dari Tuhan agar manusia (waktu itu bangsa Israel) hidup berkenan di hadapan-Nya supaya terhindar dari murka-Nya. Hukum Taurat ini mengatur bagaimana harus hidup bermasyarakat, hidup dalam keluarga dan hidup beribadah.
Agar mereka (juga kita) hidup di dalam perkenanan Tuhan, Ia menunjukkan Taurat sebagai jalan kehidupan. Di luar Taurat, mereka (juga kita) terpisah dari Tuhan berakibat kematian. Itu sebabnya di Perjanjian Lama Musa memperhadapkan Israel pada pilihan hidup atau kematian; jika ingin hidup, pegang Taurat yang adalah jalan kehidupan.
Jelas, Taurat adalah cara Allah di dalam rahmat-Nya memberikan jalan hidup bagi manusia yang tersesat dan berdosa. Oleh karena itu pemazmur tidak melupakan atau mengabaikan tetapi melakukannya agar hidup sesuai kehendak Tuhan.
Bukankah orang yang melakukan kehendak Tuhan disebut kerabat atau saudara-saudara (perempuan, laki-laki, ibu) Yesus (Mrk. 3:35)? Apakah kita termasuk kerabat Tuhan? Jika kita melakukan kehendak Tuhan, kita adalah keluarga-Nya.
Apa keuntungan menjadi kerabat Tuhan? Kita ditebus oleh-Nya (ay. 154).
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menebus kita dari dosa namun di Perjanjian Lama penebusan oleh kerabat pernah dilakukan oleh Boas yang memiliki kemampuan dan hak untuk menebus Rut (orang Moab), kerabat jauh yang masuk dalam keluarganya karena pernikahan. Boas menghormati hukum Taurat kemudian menebus Rut sebab dia melihat orang Moab ini taat serta mengandalkan Taurat (orang Israel).
Pertanyaan: apakah kita mau menjadi kerabat Tuhan dan melakukan Taurat-Nya atau menjadi orang fasik yang tidak ada hubungan apa-apa dengan Tuhan? Apa nasib hidup orang fasik? Keselamatan menjauh darinya (ay. 155) karena mereka jahat, tidak menegakkan keadilan, melawan hukum Tuhan dan berada di luar jalan Taurat. Mereka tidak (mau) tahu mencari ketetapan-ketetapan Tuhan; ini sama dengan menjaga jarak dengan ketetapan-Nya maka keselamatan pun menjaga jarak alias menjauh dari mereka.
Ingat, janji-Nya itu menghidupkan dan ini berlaku bagi kerabat-kerabat Yesus, Sang Penebus/Penyelamat. Janji (bhs. Ibr. imrah = word, utterance = perkataan yang dapat dipercaya) ini adalah Taurat (bagi orang Israel saat itu), merupakan jalan menuju hidup karena di dalamnya mengandung kehendak Tuhan.
Tentu Tuhan memberikan janji dengan syarat. Ilustrasi: seorang ayah yang berjanji kepada anaknya akan memenuhi janjinya dengan syarat dia harus betul-betul anaknya bukan anak tetangga juga pihak anak menunjukkan rasa hormat dan takut kepada ayahnya. Demikian pula kalau kita mau mengklaim janji Tuhan yang menghidupkan, kita harus memastikan terlebih dahulu apakah kita memang anak-Nya dan sudahkah kita bersikap takut dan hormat kepada-Nya diwujudkan dengan taat kepada Firman supaya hidup (Im. 18:4-5)? Contoh: Rut, orang Moab, berkomitmen menjadikan Allah Israel menjadi Allahnya dan bersedia ikut bersama Naomi, mertuanya, kembali ke Betlehem (Rut. 1:16,22) serta bekerja di ladangnya Boas untuk menghidupi dirinya dan mertuanya yang sudah tua. Orang Israel, termasuk Boas, kagum melihat sikap dan tindakan Rut yang sesuai dengan hukum Taurat hingga Boas mengaku Rut tidak hanya melakukan Taurat tetapi berkomitmen serta mengandalkannya (Rut. 3:10). Naomi meyakinkan Rut untuk bersabar karena Boas akan menyelesaikan perkara penebusan (Rut 3:18) sebab menganggap Rut adalah kerabatnya (Rut. 4:4).
Introspeksi: apakah kita berada dalam keadaan sengsara menuju kematian dan berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan? Sudahkah kita hidup takut dan hormat kepada Tuhan? Atau kita takut tidak diberkati dan dikutuk oleh-Nya? Takut kepada Tuhan dibuktikan dengan hormat, cinta, segan dan sungkan kepada Tuhan dan melihat-Nya sebagai Bapa. Sudahkah kita berharap kepada Tuhan atau mengandalkan kekayaan, kekuatan fisik, kepandaian, ketampanan dan kecantikan kita? Apakah kita taat dan setia memegang janji Firman Tuhan? Kalau kita menyerahkan perkara kita sepenuhnya dalam tangan Tuhan, Ia tidak akan berhenti sebelum menyelesaikannya bagi kita.
- Tuhan menghidupkan sesuai hukum-hukum-Nya/His judgments = penghakiman-Nya (ay. 156).
Rahmat Tuhan berlimpah dan menghidupkan sesuai dengan hukum/penghakiman-Nya. Rahmat (bhs. Ibr. racham punya akar kata yang sama dengan rahim) menunjukkan kasih Allah yang ingin melindungi/mengayomi dan menghidupkan. Kasih yang begitu dekat dan tidak akan pernah hilang bagaikan janin dalam rahim yang dikasihi oleh ibunya. Bahkan kasih rahmat Allah jauh lebih kuat daripada kasih ibu yang dapat melupakan anaknya (Yes. 49:15).
Rahmat Tuhan bekerja melalui hukum (bhs. Ibr. mishpat = judgment = penghakiman). Bagaimana nasib kita di depan penghakiman Tuhan? Akankah kita baik-baik saja? Ingat, tidak ada seorang pun yang benar dan berbuat baik (Rm. 3:10,12). Jadi, tidak ada seorang pun dapat bertahan di dalam penghakiman Tuhan karena kita adalah pendosa kecuali karena rahmat-Nya kita luput/selamat dari penghakiman itu.
Dalam sejarah Israel, rahmat Tuhan diberikan melalui sistem pengurbanan darah domba dan lembu untuk dapat hidup di hadapan Tuhan. Namun semua ini sudah dipenuhi/digenapkan di dalam Yesus Kristus yang mengurbankan diri-Nya mati bagi manusia berdosa.
Penghakiman menjadi sarana kita mendapatkan pengampunan dan dihidupkan. Dengan kata lain, kita hidup karena beroleh pengampunan melalui penghakiman-Nya. Ia muncul sebagai Pembela kita (Rm. 8:34) dan mengambil alih dosa kita untuk dibenarkan oleh-Nya sehingga kita dianggap benar di hadapan-Nya.
Introspeksi: Sejauh mana kita menghargai kurban Kristus dalam keseharian hidup kita saat berhadapan dengan kesulitan hidup kita: mencari nafkah, jodoh, pendidikan dst.? Semua kesulitan ini bagaikan pengejar, lawan dan pengkhianat yang banyak sekali (ay. 157-158). Namun ingat, walaupun pengejar dan lawan banyak, rahmat-Nya juga melimpah. Rahmat-Nya tidak hanya menyelamatkan kita masuk dalam hidup kekal tetapi juga menyelamatkan kita dalam hidup sehari-hari (Rm. 8:32-39). Siapa dapat mengejar dan menggugat orang-orang pilihan Allah? Terbukti penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya pedang tidak mampu merongrong kita sebab semuanya masih dalam level biasa menghadapi bahaya maut sepanjang hari karena kita dianggap domba-domba sembelihan (ay. 36).
Jangan lupa, kita akan keluar lebih dari pemenang (bhs. Yunani. hupernikao = more than a conqueror, to gain a surpassing victory = menang besar/telak). Jadi kita tidak perlu panik menghadapi banyak pengejar yang merongrong kemudian kita menempuh jalan serong/pintas di luar jalan Tuhan. Tetaplah berjalan sesuai jalan yang sudah Tuhan tetapkan karena jalan ini menuju kehidupan. Jangan mengira keluar dari Taurat Tuhan akan memberikan keuntungan atau membuat kita unggul dari pengejar-pengejar kita sebab Firman Tuhan memberikan kita hikmat yang luar biasa. Tuhan tahu jalan yang terbaik bagi kita untuk dilewati.
- Tuhan menghidupkan sesuai kasih setia-Nya (ay. 159).
Kasih setia (bhs. Ibr. checed = goodness, kindness, faithfulness) sangatlah fundamental/mendasar di dalam kekristenan. Kasih setia adalah kasih yang timbul karena adanya kesetiaan dalam suatu hubungan/relasi. Ilustrasi: seorang ayah mengasihi anaknya karena dia setia kepadanya dan ini berlaku sampai kapan pun. Hubungan kasih ini tidak terputus karena ada unsur kesetiaan di dalamnya.
Kasih setia selalu muncul dalam suatu hubungan entah keluarga, perjanjian, bisnis dll. misal: hubungan karyawan dan majikan harus ditandai kesetiaan. Tuhan mengasihi umat-Nya, bangsa Israel, dan setia pada janji-Nya. Demikian pula Tuhan mengadakan perjanjian dengan gereja-Nya dan setia sampai selamanya.
Harus diakui, kita sudah diarahkan melewati jalan Firman untuk beroleh kehidupan tetapi masih menyeleweng keluar dari jalan itu kemudian Tuhan menunjukkan jalan kedua melalui rahmat-Nya yang diwujudkan dalam penghakiman untuk pengampunan agar kita kembali kepada-Nya. Namun terkadang, kita menyeleweng terlalu jauh dari-Nya bagaikan anak bungsu yang meninggalkan (rumah) ayahnya setelah meminta warisan. Anak ini kemudian menghamburkan warisannya dan hilang kontak atau putus hubungan dengan ayahnya. Bukankah kita juga sering bertindak lari meninggalkan Bapa Surgawi bahkan pindah agama? Atau anak dan keluarga kita meninggalkan Tuhan? Apa pun yang terjadi, kasih setia Tuhan tidak dapat diremehkan. Walau mereka lari menjauh dari kasih setia Tuhan dan hidup dalam dosa, jika Ia telah memilih mereka, kasih setia Tuhan yang begitu kuat akan menghidupkan mereka untuk kembali kepada-Nya. Bagi kita seakan-akan sudah tidak ada harapan sama sekali tetapi seperti ayah yang menantikan anaknya yang terhilang, status ayah-anak tidak pernah putus. Saat anak bungsu itu kembali, kasih setia ayahnya merespons dengan lari merangkul dan menciumnya (Luk. 15:20). Walau si bungsu merasa tidak layak disebut anak, si ayah memakaikan jubah terbaik, mengenakan cincin dan sepatu kepadanya, menyembelih lembu tambun dan makan bersukacita sebab anaknya yang sudah mati menjadi hidup kembali (ay. 21-24). Dapat dibayangkan kalau si ayah tidak memiliki kasih setia, si bungsu tetap mati sebab tanpa pengampunan tidak ada pemulihan.
Inilah model kasih setia Allah yang in action. Kalau memang Allah memiliki kasih setia kepada umat-Nya, walau jauh terpental seperti bangsa Israel dibuang ke Babel dan diserakkan ke seluruh dunia, kasih setia-Nya berkuasa menarik mereka kembali kepada-Nya.
Kini kita mengetahui cara Tuhan menghidupkan kita yakni melalui janji-Nya dan kita harus merespons dengan percaya dan taat melakukan Firman. Ia juga menghidupkan melalui rahmat-Nya yang melimpah diwujudkan dalam penghakiman untuk beroleh pengampunan dosa; untuk itu kita harus beriman kepada-Nya. Selain itu Ia menghidupkan kita sesuai dengan kasih setia-Nya. Ia berkuasa mengadakan yang mustahil dan menghidupkan orang yang hilang/mati sekalipun untuk beroleh keselamatan kekal. Apalagi yang kita butuhkan? Semua telah dipenuhi oleh Tuhan sehingga tidak ada kata lain selain bersyukur dan mengandalkan Dia sebagai satu-satunya Penebus dan penyelamat kita. Amin.