Shalom,
Siapa dapat menahan laut untuk tidak bergelora? Dan siapa dapat melarang pencobaan datang? Setiap pencobaan dan ujian adalah tantangan tetapi Tuhan memberi kita kuasa untuk menang sejak kita percaya kepada Dia yang mati di atas kayu salib. Memang kuasa dan kemuliaan Allah hilang ketika Adam dan Hawa tidak taat pada perintah-Nya. Kuasa dan kemuliaan manusia luruh, yang ada hanyalah nista dan kelemahan tetapi Ia datang memikul segala kelemahan, kebodohan, beban dosa kita dan memakunya di atas kayu salib. Sekarang kita harus bersikap optimis menghadapi semua bentuk ujian, tantangan, pencobaan dan problem apa pun. Jika kita pesimis menghadapinya, ini sama dengan kita meremehkan Tuhan yang telah menyerahkan nyawa-Nya dan memberikan kuasa Roh Kudus-Nya kepada kita. Firman Tuhan mengingatkan bahwa pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita (1 Kor. 10:13). Juga berbahagialah mereka (dan kita) yang hidup di perantauan jatuh ke dalam pelbagai pencobaan (Yak. 1:1-2). Hendaknya kita merespons pencobaan dan ujian yang melanda dengan sikap bahagia bukan omelan dan ketakutan.
Waspada, konsep Iblis ialah suka memperdayai tetapi kita harus tetap percaya dan menghadapi pencobaan sebagai kebahagiaan serta yakin kita pasti menang oleh sebab kuasa kemenangan yang diberikan kepada kita. Bukankah hati yang gembira adalah obat yang manjur (Ams. 17:22)? Marilah kita beribadah dan memuji Tuhan dengan penuh sukacita (bukan asal-asalan) karena berpengaruh pada kesehatan tubuh kita.
Introspeksi: pencobaan dan tantangan hidup terjadi kapan saja dan di mana saja – di rumah, sekolah, pekerjaan, pelayanan dll. – sanggupkah kita bertahan di dalam pencobaan itu atau malah terbawa arus?
Harus diakui, kita membutuhkan uang untuk keberlangsungan hidup. Namun kalau tidak mempunyai pekerjaan, kita tidak boleh tinggal diam kemudian hanya berdoa dan puasa tetapi kita memakai akal kita untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidup. Kita tidak boleh mengandalkan saudara, anak, orang tua tetapi mengandalkan Tuhan dengan iman. Perhatikan, Tuhan tidak suka perilaku pemalas dan Firman Tuhan menegaskan siapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tes. 3:10).
Kalau begitu bagaimana bertahan dalam pencobaan menurut mazmur 141?
Daud memohon, “Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku waktu aku berseru kepada-Mu!” (ay. 1)
Daud memiliki relasi yang baik dengan Tuhan sehingga doanya bagaikan persembahan ukupan di hadapan-Nya. Hubungan kita dengan Tuhan menentukan menang kalahnya kita di dalam percaturan dunia. Doa Daud seperti persembahan ukupan dan persembahan kurban pada waktu petang – mempersembahkan sesuatu yang berharga. Apa itu? Kita mempersembahkan kehidupan yang benar dan taat kepada Tuhan juga ucapan syukur dan rasa hormat penuh pengabdian diri. Sebaliknya, siapa memalingkan telinga tidak mau mendengarkan hukum/Firman, doanya merupakan kekejian (Ams. 28:9).
Tak dapat dipungkiri, akhir-akhir ini begitu sulit mencari pekerjaan juga sangat sukar mengembangkan usaha tetapi taat akan hukum Tuhan membuat kita menang menghadapi segala gelombang persoalan hidup. Untuk itu kodrat ilahi kita harus diperbaiki oleh Firman Tuhan supaya hubungan kita erat dengan-Nya sehingga Ia memberikan telinga untuk permohonan kita. Ia akan menyibak Kerajaan Surga kepada mereka yang mengasihi-Nya dan yang sungguh-sungguh melayani-Nya. Orang Kristen yang masih hidup dalam kedagingan/hawa nafsu hanya memenuhi otaknya dengan Firman tetapi hatinya jauh dari Tuhan dan ini membahayakan iman serta masa depannya. Kodrat Ilahi (bukan banyaknya gelar) membentuk kita menjadi manusia baru, misal: tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Yesus menjadi teladan sempurna untuk kita contoh, Ia rela dihina, diludahi, dipukul, diolok-olok bahkan disalib tanpa keluhan dan ini semua dilakukan bukan karena kesalahan-Nya tetapi demi menebus dosa manusia. Terbukti kematian-Nya mengalahkan maut dan kebangkitan-Nya membuat kita hidup berpengharapan.
Tahukah pencobaan-pencobaan yang ada bertujuan agar kita tidak beroleh keselamatan di dalam Kristus dan masa depan kita hancur padahal Tuhan merancangkan hari depan penuh harapan? Oleh sebab itu bertahanlah hidup dalam kekudusan karena Tuhan sedang memproses kita untuk masa depan kita. Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar tetapi dosa kejahatan kitalah yang memisahkan kita dengan-Nya (Yes. 59:1-2). Hiduplah dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan dalam praktik keseharian hidup!
Selain memiliki relasi yang baik dengan Tuhan sehingga seruan doa kita didengar oleh-Nya, kita memohon kepada Tuhan untuk mengawasi dan menjaga mulut bibir kita (ay.3).
Masihkah kita mampu menahan mulut ketika diejek dan difitnah? Waspada, dari mulut yang sama, kita dapat memuji Tuhan sekaligus sumpah serapah untuk membalas (Yak. 3:10). Bukankah sering terjadi kata-kata kotor penuh umpatan merusak persatuan nikah juga persahabatan yang dibangun puluhan tahun? Haruskah kita menjadi orang jahat ketika orang menyakiti kita? Firman Tuhan mengingatkan agar kita mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:21).
Tidak hanya menjaga mulut bibir, kita juga memohon agar hati tidak condong kepada apa yang jahat (ay. 4) yakni tidak kompromi/bekerja sama dengan kejahatan demi keuntungan. Misal: menjauh dari sifat korupsi saat menjadi pejabat, menjauh dari sifat curang dan tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak jujur dst. Banyak koruptor menumpuk kekayaan untuk kemuliaan diri sendiri tetapi kemuliaan kita adalah salib Kristus. Penderitaan melepas hawa nafsu kedagingan adalah keselamatan dan kemuliaan kita.
Bila perkataan sembrono yang diucapkan di luar kendali melukai orang, perkataan yang menyenangkan menumbuhkan iman. Kita tidak perlu menyimpan perkataan yang menusuk hati tetapi simpanlah Firman Tuhan untuk diproses kodrat Ilahinya.
Sesungguhnya orang fasik tidak akan mampu bertahan saat kebenaran datang (ay. 7) dan Ia tidak mencampakkan orang berdosa yang datang kepada-Nya (ay. 8) seperti perempuan berzina yang dibawa menghadap Yesus tidak dihukum tetapi diampuni dengan catatan tidak berbuat dosa lagi (Yoh. 8:11).
Biarlah mata kita fokus tertuju kepada Tuhan (bukan kepada manusia siapa pun) bilamana tantangan dan persoalan datang untuk beroleh kemenangan karena Kristus itu ajaib. Ia melindungi kita dari jerat yang dipasang dan dari perangkap orang-orang yang melakukan kejahatan (ay. 9). Bukankah Iblis suka menggunakan perangkap untuk menipu orang?
Aplikasi: hendaknya kita menempatkan Firman Tuhan di atas segalanya, mata dan hati tertuju kepada Tuhan Yesus untuk menghindari jerat tipu dari Iblis yang membuat kita jatuh ke dalam pelbagai pencobaan. Kita harus menghidupi kodrat Ilahi dan meninggalkan kefasikan untuk memperoleh harta rohani yang memenuhi hati kita.
Bagaimana kita dapat bertahan menghadapi pencobaan? Kita harus mempunyai relasi intim dengan Tuhan agar seruan doa kita dijawab oleh-Nya, menjaga mulut dan hati untuk tidak berdosa, mata tertuju kepada-Nya, tidak bergaul dengan pelaku kejahatan, tetap setia beribadah dan melayani Tuhan karena Ia setia kepada orang-orang yang mengasihi-Nya. Amin.