• BERTAHAN DALAM PENCOBAAN
  • Mazmur 141
  • Lemah Putro
  • 2025-10-19
  • Pdm. Eko Wahyudiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1791-bertahan-dalam-pencobaan-lemah-putro
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
bertahan-dalam-pencobaan

Shalom, 

Kenyataannya, kita masing-masing hidup dalam pergumulan dan pencobaan namun yang penting bagaimana dapat bertahan dalam pencobaan tersebut.  

Apa yang dimaksud dengan frasa ‘bertahan dalam pencobaan”? Sebuah sikap atau tindakan yang tidak mudah menyerah/bergeser sedikit pun meskipun menghadapi kesulitan, penderitaan, kesesakan dll. Sesungguhnya pencobaan berasal dari keinginan hati hingga melahirkan dosa (Yak. 1:14-15). 

Pencobaan itu sendiri dapat berupa: godaan keinginan untuk berbuat dosa atau tekanan batin karena persoalan keseharian hidup atau masalah alami yang dihadapi atau tekanan yang dilakukan oleh orang fasik yang berlaku jahat (seperti dialami oleh Daud) atau tekanan dan persoalan yang dilakukan oleh kuasa kegelapan dengan tujuan menjatuhkan seperti dialami oleh Yesus yang dicobai oleh Iblis. Tidak ada seorang pun luput dari persoalan termasuk tokoh-tokoh Alkitab dan orang beriman bahkan konselor hebat pun mengalaminya. 

Pelajaran apa yang kita terima dari pengalaman Daud untuk mampu bertahan dalam pencobaan? BER-JA-GA

•    Berseru kepada Tuhan (ay. 1-2).

Jelas Daud dalam situasi genting/emergency juga kondisi tertekan serta terhimpit berseru agar Tuhan datang segera. 

Doa yang dinaikkan oleh Daud bukan doa biasa yang dilakukan sambil lalu atau doa basa-basi tetapi sebuah seruan dari lubuk hati yang paling dalam. Dia menghargai hadirat Tuhan dan sangat membutuhkan-Nya dalam menghadapi pencobaan. Pengalaman Daud membuktikan bahwa pertahanan yang terbaik dalam menghadapi pencobaan ialah berdoa dan berseru kepada Tuhan. 

Doa Daud cukup berbobot dan berkualitas bagaikan persembahan ukupan dan persembahan kurban pada waktu petang. Kita tahu persembahan ukupan adalah doa penyembahan dengan mempersembahkan asap wangi-wangian dari campuran rempah-rempah yang dibakar di atas Mezbah Pembakaran Ukupan.

Daud rindu doanya setara dan diperkenan seperti imam-imam yang mempersembahkan doa penyembahan kepada Allah, yakni doa yang diwakili oleh asap berbau harum di hadapan Allah yang dilakukan pada waktu pagi dan senja sebagai tanda doa yang terus-menerus.

Rempah-rempahnya sendiri dari getah rasamala, getah damar, kemenyan (Kel. 30:34) yang diperoleh melalui  proses penyayatan batang pohon kemudian disadap dan diambil getahnya. Sementara itu kulit lokan ditumbuk, dihancurkan, dihaluskan lalu dicampur melalui proses yang tidak mudah kemudian dibakar untuk menghasilkan bau yang harum sebagai wewangian.

Doa Daud lahir dari proses pengalaman yang menyakitkan, mungkin saja hatinya dilukai oleh musuh-musuhnya, egonya disayat, harga dirinya diinjak-injak dan dihancurkan. Namun dari proses yang menyakitkan ini muncul kemurnian melahirkan doa penyembahan kepada Allah. 

Bagaimana dengan persembahan kurban di waktu petang? Adalah persembahan seekor anak domba jantan tidak bercela berumur setahun disembelih kemudian dibakar di sore hari untuk mengenang kebaikan, kesetiaan, anugerah dan pengampunan Allah. Ini menunjuk pada ibadah dan pelayanan rutin, pengabdian imam-imam, entah ada masalah atau tidak tetap melayani. Kurban petang ini juga merupakan simbol profetik dari pengurbanan Yesus.

Aplikasi: saat kita mengalami pencobaan yang menyayat hati, harga diri dilukai, direndahkan dan dihancurkan, ini merupakan suatu kesempatan untuk berseru kepada Tuhan dan membangun mezbah dupa berbau harum di hadapan-Nya. Kita akan mampu bertahan menghadapi pencobaan bila doanya sungguh-sungguh meskipun hidup kita remuk redam dibuat bulan-bulanan oleh pencobaan. Juga tetap setia dalam ibadah dan pelayanan sekalipun tidak ada/ada problem yang tidak terelakkan karena ini menyenangkan hati Allah. Ingat, justru saat kita mengalami pergumulan, jangan pelayanan kita kendor apalagi meninggalkan Tuhan!

•    Jaga mulut dan jaga hati (ay. 3-4).

Daud mempunyai pengalaman bahwa semua jenis pencobaan berpotensi membuat seseorang jatuh dalam dosa dengan mulut dan tindakan karena hatinya (secara naluri) cenderung untuk berbuat dosa. Faktanya, orang yang baik secara moral menurut ukuran dunia jika mengalami godaan, persekusi dan tekanan batin yang berlebihan akan memicunya untuk berbuat jahat dan melakukan tindakan dosa. Contoh: tokoh antagonis dalam film “The Dark Knight”  bernama Joker yang sebelumnya orang baik secara moral menurut ukuran dunia, sering di-bully, dipersekusi, diperlakukan secara buruk, dan dijahati, lalu yang timbul dalam diri Joker adalah kepahitan hati hingga dia menjadi orang yang jahat luar biasa – menjadi penjahat kriminal, psikopat yang anarkis – muncul dan dikenal dengan kalimat “orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti”. Maksudnya, orang baik sekalipun, jika tidak mendapat kekuatan dari Tuhan, ketika mengalami godaan dan pencobaan terus-menerus akan gagal kebaikannya. Dengan kata lain, dia menjadi seorang penjahat dan pendosa. 

Aplikasi: hanya Tuhan dan kuasa Roh Kudus yang mampu memberikan kekuatan sehingga kita dapat menahan diri untuk tidak berdosa dalam mulut dan tindakan saat disakiti dan di-bully akibat kecenderungan hati untuk berbuat jahat. Contoh: ketika bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Kanaan, mereka mengalami banyak persoalan di padang gurun. Akibatnya, mereka sering bersungut-sungut dan gagal menjaga mulutnya! Daud juga tidak tahan menghadapi godaan terhadap istri Uria, Batsyeba, bahkan tidak hanya berzina tetapi menjadikannya seorang pembunuh berencana. Bukankah sejak kecil, anak yang baik dapat berubah menjadi jahat karena membalas dendam terhadap perlakuan yang kasar dan menyakitkan? Demikian pula suami yang jujur akan tergoda untuk korupsi karena tidak tahan mendengar keluhan istri yang selalu merasa kurang dengan gaji suami. Jelas, godaan dapat membuat seseorang menjadi (pen)jahat bahkan berkelanjutan menjadi pendosa. 

•   Gampang menerima nasihat dan teguran dari orang benar (ay. 5).  

Diperlukan kerendahan hati untuk dapat menerima teguran bahkan hukuman/hajaran pun diterima sebagai bukti kasih. Namun dibutuhkan orang benar (yang hidup diperkenan Tuhan) untuk mengingatkan.

Kita membutuhkan nasihat, didikan, peringatan supaya tidak makin terpuruk ke dalam pencobaan. Ketika ada orang 'benar' menasihati kita sebenarnya Allah sedang berbicara dan mengingatkan/menegur kita melalui orang itu. Contoh: Daud mendapat teguran sangat keras saat jatuh dalam perzinaan dengan istri Uria. Nabi Natan tidak langsung menegur Daud tetapi memakai ilustrasi tentang orang kaya yang menyayangi ternaknya lalu mengambil anak domba betina milik si miskin untuk dimasak menjamu tamunya. Mendengar kisah ini Daud langsung marah dan menyatakan si kaya harus dihukum mati dan mengganti rugi empat kali lipat (2 Sam. 12). Daud tidak sadar bahwa pelaku kejahatan itu ialah dia sendiri. Ketika Natan memberitahu siapa si kaya itu sebenarnya, Daud menyesali perbuatan jahatnya dan bersedia menerima hukuman dari Allah. 

Mengapa Natan (walau ada urapan Allah) tidak langsung menegur Daud? Ingat Yohanes Pembaptis yang terang-terangan menegur Herodes karena kawin ilegal dengan istri saudaranya? Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya atas perintah Herodes saat merayakan pesta ulang tahun (Mat. 14:3-11). Ternyata seorang raja mempunyai kekuasaan mutlak, jika seseorang berani menegur dengan keras akan dianggap sebagai bentuk konfrontasi pemberontakan yang dapat ditangkap untuk dibunuh (dijatuhi hukuman mati). Itu sebabnya Nabi Natan menegur dengan memakai cerita ilustrasi yang mempunyai kekuatan untuk menyadarkan hati nurani seseorang sehingga orang itu dapat menilai secara objektif mana yang salah dan mana yang benar. 

Kenyataannya tidaklah mudah menegur orang yang memiliki jabatan tinggi walau tampaknya dia dengan “rendah hati” mengatakan bersedia diingatkan kalau salah. Nasihat orang benar sekalipun disampaikan dengan lembut untuk mengoreksi ego dan kesalahan kita tetaplah menyakitkan, menusuk dan melukai perasaan, membuat kita serasa dipermalukan dan disudutkan padahal sebenarnya itu bentuk kasih Tuhan. 

Introspeksi: apa yang menjadi pergumulan kita saat ini? Bukankah banyak orang di dalam pencobaan malah lari meninggalkan Tuhan, tidak lagi mau beribadah dan melayani? Bagi mereka  yang mulai enggan beribadah dan tidak mau lagi melayani, renungkan ilustrasi berikut ini untuk menyadarkan bahwa pelayanan dan ibadah merupakan salah satu cara untuk bertahan menghadapi gempuran pencobaan di hari-hari yang tidak mudah. Ilustrasi: seorang jemaat terkapar lemah di ranjang rumah sakit tinggal menunggu kapan harinya Tuhan memanggilnya. Lalu datanglah pendeta yang sudah usur mengunjungi jemaat ini membawa setangkai bunga kering dan layu kemudian menaruhnya di dalam vas bunga di situ. Jemaat yang melihat pendeta tua ini  berkata, “Doakan saya, nanti kalau sembuh saya mau melayani Tuhan.” Mereka mengobrol beberapa saat dan jemaat ini beberapa kali mengulangi janjinya kalau sembuh akan melayani Tuhan. Ketika jam kunjungan habis, pendeta tua ini berdoa dan berniat mau pulang ketika jemaat ini bertanya mengapa bapak pendeta datang sambil membawa sekuntum bunga yang layu. Mulailah pendeta ini menyusun kalimat demi kalimat lalu mengatakan, “Kamu ingat waktu di SMA, ibu pendeta datang ke rumahmu meminta kamu untuk menjadi pemimpin komsel tetapi kamu menolak dengan alasan harus mempersiapkan ujian masuk universitas padahal Tuhan sudah memberikan kamu kecerdasan dan kepintaran? Ibu pendeta pulang dengan sedih. Beberapa tahun kemudian ketika kamu kuliah, ibu pendeta kembali datang memintamu menjadi pemimpin Kaum Muda sebab kamu satu-satunya orang yang mempunyai leadership tetapi kamu menolak karena harus menyelesaikan tugas akhir padahal Tuhan telah memberikanmu kesempatan kuliah di sebuah universitas bagus. Ibu pendeta pulang dengan kecewa. Ketika kamu lulus, Tuhan memberikan kamu pekerjaan di sebuah perusahaan besar lalu ibu pendeta bersama bapak pendeta memintamu menjadi pemimpin paduan suara di gereja karena pemimpinnya pindah kerja dan kamu satu-satunya orang yang mempunyai kemampuan bermain musik serta menyanyi dengan baik. Lagi-lagi kamu menolak dengan alasan belum siap karena masih mengejar karier serta persiapan untuk menikah padahal Tuhan sudah memberkatimu dengan berkat karier yang cemerlang. Beberapa tahun kemudian bapak pendeta bersama ibu memintamu untuk menjadi majelis di gereja tetapi kamu mengatakan tidak sempat karena banyak pekerjaan yang harus ditangani. Untuk kesekian kalinya ibu dan bapak pendeta pulang dengan kecewa dan sedih. Sejak saat itu kami berdua tidak pernah lagi meminta engkau untuk melayani bersama kami. Namun hari ini engkau berkali-kali berjanji kalau sembuh akan melayani. Dengarkan baik-baik, ketika kamu sehat, kuat, diberkati dan hidupmu semarak seperti bunga segar dan mempesona, engkau sama sekali tidak tertarik masuk dalam pelayanan. Namun ketika hidupmu terpuruk bagaikan bunga yang sudah kering nan layu, kamu baru mau menyerahkan diri kepada Tuhan dan melayani-Nya. Coba jawab pertanyaan ini: ketika engkau segar mempesona, engkau habiskan semuanya untuk hawa nafsu dan kepentinganmu sendiri. Sekarang engkau terpuruk tersisa ampasnya baru mau diberikan bagi Tuhan. Adilkah Tuhan menerima itu? Apakah Tuhan layak menerima sekuntum bunga yang layu dari hidupmu? Jemaat ini menangis tersedu-sedu. Bagaimana ending ceritanya? Kita dapat menjawab sendiri. Intinya, masihkah kita ada kesempatan untuk melayani kalau kita terus menerus menolak panggilan-Nya? Waspada, ada waktunya pintu kesempatan untuk melayani itu ditutup oleh Tuhan sekalipun kita menangis penuh penyesalan, tidak akan pernah dibuka kesempatan lagi untuk dapat melayani Dia. Oleh karena itu, selama tubuh masih segar, sehat, energik, pikiran masih kreatif, manfaatkan kesempatan ini untuk melayani Tuhan. Jangan menunggu sampai kita duduk di kursi roda atau terbaring tidak berdaya di tempat tidur baru memutuskan mau mempersembahkan diri kita kepada-Nya! Adilkah itu untuk Tuhan? Pantaskah Tuhan diberi sisa hidup kita yang sudah tidak berguna? Tahukah minyak zaitun ditumbuk dan diperas minyaknya untuk diberikan kepada Tuhan sementara ampasnya dibuang? Namun kita malah memeras hidup kita yang terbaik untuk diri sendiri kemudian memberikan “ampasnya” untuk Tuhan. Padahal ketika beribadah dan melayani dengan setia, ini adalah salah satu cara kita bertahan dalam menghadapi goncangan hidup yang tidak mudah. Saat tiada jalan karena banyaknya persoalan, Yesus ada memberikan kita pengharapan. 

Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk dapat bertahan dalam pencobaan? BER-JA-GA : BERseru/berdoa kepada Tuhan, JAga mulut dan hati agar tidak jatuh dalam dosa serta GAmpang menerima nasihat dan teguran dari orang benar maka Tuhan pasti mengulurkan tangan-Nya untuk mengangkat kita bangkit dari keterpurukan. Amin.

 

  • Video Youtube Ibadah: