Shalom,
Bila hari ini kita dapat berjumpa kembali dalam ibadah on site walau terbatas jumlahnya, ini adalah suatu kemurahan Tuhan setelah sekian lama kita beribadah on line. Semoga kali ini ibadah on site dapat berlangsung seterusnya.
Tahukah kita bahwa ibadah bukanlah sekadar pertemuan atau perkumpulan biasa tetapi suatu pertemuan di mana Tuhan hadir sehingga kita boleh mengalami karya- Nya yang luar biasa. Percayalah saat beribadah, Tuhan hadir di tengah- tengah kita dan Ia melawat kita serta mengerjakan suatu perkara yang mulia.
Karya apa yang Yesus kerjakan di dalam ibadah seperti tertulis dalam Lukas 13:10- 21?
Ketika Yesus sedang mengajar di rumah ibadat (sinagoge) pada hari Sabat, ada seorang perempuan yang telah 18 tahun diikat oleh roh kelemahan sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Yesus melihat perempuan itu lalu memanggilnya dan berkata kepadanya, "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Yesus kemudian meletakkan tangan- Nya atas perempuan itu dan seketika itu juga berdirilah dia dan memuliakan Allah (ay. 10- 13).
Peristiwa ini terjadi di rumah ibadat (sinagoge) di mana setiap hari Sabat dilakukan pembacaan hukum Tuhan yaitu TaNaKh – Kitab Suci Perjanjian Lama berisi Taurat, surat nabi- nabi dan surat- surat hikmat. Di sinagoge ini pula Yesus menyembuhkan perempuan yang telah 18 tahun terikat oleh roh kelemahan yang membuatnya bungkuk dan tidak dapat berdiri dengan tegak.
Sebenarnya boleh dikatakan perempuan bungkuk ini memiliki kedudukan mulia walau dalam keadaan menderita sebab ia disebut sebagai keturunan (a daughter = putri) Abraham (ay. 16). Namun sayang, selama 18 tahun dia datang beribadah (dengan rajin) tetapi sepertinya usaha ibadahnya kepada Tuhan tidak mengusik roh yang sudah mengikatnya; buktinya dia tetap dalam kondisi bungkuk dan lemah.
Keturunan Abraham secara jasmani ialah bangsa Isarel sementara kita adalah anak- anak Abraham oleh karena iman (Rm. 4:16). Sebagai keturunan dari Abraham, kita juga memiliki janji besar dan mulia yaitu menjadi berkat bagi bangsa- bangsa sebab melalui Abraham dan keturunannya bumi diberkati (Kej. 12:1- 3).
Namun kenyataannya, sebagai keturunan Abraham yang memiliki janji besar untuk menjadi berkat bagi bangsa- bangsa perempuan ini malah dalam keadaan terpuruk dan tidak berdaya bahkan bungkuk punggungnya. Ia dikuasai/ diikat oleh roh kelemahan (= infirmity).
Introspeksi: berapa banyak dari antara kita yang sudah beribadah bertahun- tahun tetapi keadaan kita masih begitu terpuruk? Keadaan bungkuk menunjukkan keadaan lemah dan membutuhkan belas kasihan. Namun percayalah Yesus hadir dalam ibadah dan Ia mau menguatkan, mengangkat kita dari keterpurukan dan segala beban kita. Terlebih di masa pandemi ini, banyak orang terpuruk, tak berdaya, kehilangan orang tua, keluarga, sanak saudara, dan usahanya. Mereka hidup seakan- akan tanpa Tuhan dan janji- Nya tetapi percayalah Ia tetap hadir melalui ibadah mau memulihkan dan memberikan kelepasan pada waktu- Nya.
Kita melihat lebih jauh bagaimana Yesus berkarya dalam kehidupan perempuan itu (juga kita) seperti tertulis di dalam Lukas 13 ini. Apa yang dilakukan- Nya?
• "Hai ibu (woman = perempuan), penyakitmu telah sembuh." (ay. 12)
“Penyakitmu telah sembuh” berarti perempuan itu tidak berbuat apa- apa alias pasif untuk kesembuhannya. Tuhanlah yang bertindak oleh anugerah- Nya sebagai perwujudan dari janji- Nya untuk memberkati.
Kalau kita cermati, perempuan ini telah menerima janji disembuhkan tetapi keadaannya saat itu masih dalam keadaan bungkuk. Ini dimaksudkan agar perempuan ini beriman kepada janji Tuhan yang menjamin kelepasannya. Demikian pula dengan kita yang dalam pergumulan, kita harus menunjukkan iman bahwa kita memiliki pengharapan pada janji Tuhan. Mengapa? Sebab Yesus sudah memikul kelemahan dan menanggung penyakit kita (Mat. 8:17).
Kita tahu bahwa kita memiliki Imam Besar yang mengimami ibadah kita sebab sebagai Imam Besar Ia turut merasakan dan menanggung segala kelemahan kita (Ibr. 4:14- 15). Dengan demikian kita mempunyai keberanian (tidak perlu ragu, bimbang apalagi takut) menghampiri takhta kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya (ay. 16).
• “Lalu Ia meletakkan tangan- Nya atas perempuan itu dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu dan memuliakan Allah.” (ay. 13)
Apa yang dilakukan Yesus selanjutnya? Ia meletakkan tangan- Nya atas perempuan itu dan seketika itu pula perempuan itu tegak berdiri.
Pertanyaan: bagaimana kita mengalami pertolongan Tuhan di masa pandemi ini yang mana berlaku prokes social distancing untuk menghindari kontak fisik? Apakah tetap berlaku “tumpang tangan” untuk kesembuhan? Tumpang tangan berbicara tentang impartasi, peneguhan dan penyaluran kuasa. Walau hari- hari ini tidak disarankan untuk kontak fisik, kita tetap ada persekutuan dengan- Nya melalui Perjamuan Tuhan. Dengan makan tubuh Kristus dan minum darah- Nya saat Perjamuan Tuhan, Ia mau menyalurkan berkat- Nya, menguatkan, memulihkan dan menjamah kelemahan kita.
Apa respons orang- orang di dalam sinagoge ketika melihat Yesus mengerjakan perkara besar dan mulia tersebut? Kepala rumah ibadat gusar dan menentang Yesus menyembuhkan orang pada hari sabat (ay. 14). Memang orang Yahudi mempunyai peraturan tidak boleh bekerja pada hari Sabat. Masalahnya, peraturan sering membuat orang tidak lagi memiliki belas kasihan. Banyak peraturan telah membebani bahkan tega membiarkan orang lain menderita kesakitan dan keterpurukan padahal Yesus, Imam Besar, melakukannya karena belas kasihan untuk menanggung semua kelemahan dan penyakit.
Apa reaksi Yesus terhadap kepala rumah ibadah itu? Ia menegurnya, “Hai orang- orang munafik…” (ay. 15)
Munafik artinya bermuka ganda, memiliki standar ganda. Misal: seseorang begitu keras terhadap orang lain tetapi kepada diri sendiri dia berbuat tanpa aturan alias semaunya sendri. Kepala rumah ibadat itu menghalangi orang- orang yang membutuhkan pertolongan.
Aplikasi: hendaknya kita selalu dipenuhi belas kasihan agar kita dapat membagikan belas kasihan tersebut kepada yang lain karena kita sudah mengalami pertolongan dan jamahan Tuhan.
Setelah terjadi pemulihan, lalu apa selanjutnya yang harus dilakukan? Tuhan mau kita sebagai keturunan Abraham menjadi berkat. Hal ini dapat kita lihat selanjutnya dalam dua perumpaan tentang Kerajaan Allah.
Selanjutnya Yesus mengatakan, “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung- burung di udara bersarang pada cabang- cabangnya." Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk. 13:18- 21)
Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dan mengumpamakannya dengan:
⊕ Biji sesawi
Biji sesawi berukuran sangat kecil tetapi ada kehidupan di dalamnya; bila ditaburkan ke tanah dia akan bertumbuh. Allah memberinya pertumbuhan menjadi pohon besar sehingga burung- burung bernaung dan merasa tenang membuat sarang pada cabang- cabangnya.
Aplikasi: kita mungkin tidak memiliki apa- apa tetapi iman (kecil) yang hidup dan bertumbuh menjadi berkat bagi bangsa- bangsa. Kita harus bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus. Jangan merasa puas diri dengan keadaan kita sekarang sebab kenyataannya banyak orang Kristen tidak bertumbuh sehingga bertahun- tahun tetap begitu- begitu saja dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jangan menjadi jemaat pasif walau sudah tahunan menjadi orang Kristen (bnd. Ibr. 5:11- 14) dan menolak melibatkan diri dalam pelayanan. Ingat, anak Tuhan yang dewasa rohani akan siap melayani Tuhan dan menjadi tempat orang lain merasa aman dan diayomi bukan malah menimbulkan pertengkaran dan perpecahan.
⊕ Ragi yang dimasukkan ke dalam tepung tiga sukat. 1 sukat ± 13,3 liter. Jadi tepungnya lebih dari cukup untuk bahan makanan bagi orang banyak. Ragi dimasukkan ke dalam tepung tersebut membuat adonan mengembang lalu dibakar menjadi makanan yang enak. Ragi itu sendiri sudah tidak terlihat lagi, tetapi dampaknya nyata.
Aplikasi: kita tidak perlu menonjol/kelihatan dalam pekerjaan pelayanan tetapi nyata menjadi berkat dan berdampak bagi orang lain. Sudahkah kita berdampak di dalam rumah tangga, pekerjaan dan pelayanan? Melayani Tuhan haruslah dari inisiatif diri sendiri bukan menunggu dipanggil apalagi didorong- dorong untuk terlibat dalam pelayanan! Mulailah dengan perkara yang kecil, tekuni dan setialah maka Tuhan akan memercayakan perkara yang lebih besar.
Setelah Yesus membela perempuan yang layak beroleh kelepasan dari roh yang mengikatnya, semua lawan- Nya malu dan orang banyak bersukacita karena perkara mulia yang dilakukan- Nya (Luk. 13:17).
Sekarang kita tahu manfaat dan tujuan beribadah bukanlah sekadar perkumpulan dari orang- orang percaya tetapi Tuhan hadir untuk mengerjakan perkara mulia dalam hidup kita. Oleh sebab itu beribadahlah dengan sungguh- sungguh dan penuh khidmat.
Langkah selanjutnya jangan berdiam diri menjadi jemaat pasif tetapi bertumbuh dan aktif masuk dalam pelayanan untuk berdampak bagi orang lain supaya Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.