• MULUTKU MELAYANI-MU (JOHOR)
  • Mazmur 119:169-176
  • Johor
  • 2025-05-11
  • Pdt. Edi Sugianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1753-mulutku-melayani-mu
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Kita memasuki bait terakhir (ay. 169-176) dari Mazmur 119 berupa pujian pengagungan akan Firman Allah. Semua ayat selalu menyinggung Firman, Taurat, hukum, perintah, janji Tuhan dst. dan bait terakhir merupakan puncak dari Mazmur 119.

Pemazmur mengajarkan supaya mulut kita selalu memuji Tuhan dalam keadaan apa pun sebab sangatlah mudah untuk memuji dan melayani Tuhan ketika semua dalam keadaan baik-baik saja. Apakah kita masih memuji dan melayani Tuhan saat kita dalam kesesakan dan tekanan berat? Apa yang mendasari pujian dan pelayanan kita?

Pada bait terakhir Mazmur 119 pemazmur menaikkan doa permohonan dan harapan kepada Tuhan seperti, “biarlah teriakku”, “biarlah permohonanku”, “biarlah lidahku”, “biarlah bibirku”, “biarlah tangan-Mu”, “aku rindu kepada keselamatan-Mu”, “biarlah jiwaku”, “carilah hamba-Mu”. Di sini pemazmur menyatakan siapa dirinya di hadapan Tuhan. 

Di ayat terakhir pemazmur mengatakan, “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, …” (ay. 176). Ia memosisikan dirinya sebagai seorang hamba TUHAN (kata “hamba” bhs. Ibr. ebed; bhs. Yun. doulosslave = budak). Pemazmur menyadari dirinya sebagai hamba kebenaran yang berkewajiban untuk tunduk taat kepada Firman Tuhan tanpa menuntut haknya.

Sayang, sebagai hamba, dia menyimpang dari kebenaran bagaikan domba tersesat dan hilang karena dosanya. Perlu diketahui, domba adalah binatang bodoh yang perlu tuntunan, arahan dan penggembalaan. Domba perlu hidup berkelompok sebab tidak mempunyai senjata untuk melawan musuh. Saat keluar dari jalan kawanan penggembalaan, domba itu akan tersesat dan hilang bahkan rentan dimangsa oleh predator. Untung dia masih ingat Tuannya dan memohon pengertian sesuai Firman-Nya. Dia menyadari tanpa bimbingan Gembala, dia akan tetap tersesat dan kalau Tuhan tidak mencarinya, dia akan terhilang selamanya. 

Bukankah pengalaman pemazmur tersebut juga terjadi atas umat Allah saat itu (di pembuangan) yang juga tersesat dari jalan Tuhan dengan melanggar hukum-Nya? Tuhan harus mendisiplin mereka walau Ia mahakasih, namun Ia berjanji memberikan keselamatan (Yes. 53:1-10). Ia memberikan peringatan-peringatan kepada umat-Nya melalui nabi-nabi-Nya karena Ia melihat mereka telah tersesat menyimpang dari jalan Tuhan seperti domba berjalan sesuai dengan kehendaknya sendiri. Yesaya menyatakan, Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yes. 53:6).  

Kesesatan umat Allah (Israel dan Yehuda) tertulis di Kitab Yesaya 1, bagaimana Tuhan mendakwa umat-Nya yang telah menyimpang dari jalan-Nya serta mengajak mereka untuk kembali kepada-Nya (ay. 2-20). Mereka dihimbau untuk menjauhi kejahatan dan kembali kepada jalan yang benar tetapi mereka tidak menghiraukan para utusan Tuhan yang mengingatkan dan menasihati mereka sehingga datanglah hukuman padahal Tuhan berjanji akan mengampuni dan memulihkan asal mereka kembali taat kepada-Nya. 

Tuhan yang penuh kasih setia menyelamatkan domba-domba-Nya yang tersesat dan menariknya dari lumpur dosa dengan mengirimkan Anak Domba Allah yang dijadikan kurban penghapus salah dan kurban penebus dosa. Ia juga menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang tersesat dengan mengutus Hamba Allah, Mesias, untuk menebus dan menggantikan posisi mereka. Oleh sebab itu, pemazmur bersyukur dengan berkomitmen untuk memuji Allah dan memegang firman-Nya yang benar, adil, menghidupkan serta menyelamatkan.

Aplikasi: kita bersyukur mempunyai Allah yang luar biasa dan sudah selayaknya memuji, mengagungkan dan melayani Dia sebab kita telah ditebus dan dipulihkan dari hukuman dosa. Janji Tuhan bukan sekadar pertolongan fisik tetapi juga pemulihan rohani. Kita juga adalah hamba-hamba Allah yang dulu tersesat seperti domba, namun telah dibawa kembali kepada Gembala Agung, (1Ptr. 2:18-25). Sehingga seharusnya mulut kita memuji Tuhan, hidup kita memuliakan Allah – senantiasa hidup melayani Dia. Petrus menegaskan “Hai kamu hamba-hamba, … sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu” (1Ptr. 2:18, 25).

Waktu itu pemazmur bersyukur da berkomitmen memuji Allah walaupun masih memohon keselamatan dari Tuhan atas kesesatan dirinya namun bagi kita kelepasan itu telah terjadi. Kita adalah hamba-hamba Allah yang telah dilepaskan dari kesesatan bahkan kita dijadikan bangsa yang kudus, imamat rajani, umat kepunyaan Allah, dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib untuk memberitakan perbuatan besar Allah (ay. 9-10). 

Petrus mengatakan, “Hai hamba-hamba, dapatkah disebut pujian jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?...” (ay. 20). Pemazmur dan umat Allah menderita karena memang mereka berdosa kepada Tuhan dan sesat dari jalan-Nya. Merupakan hal yang wajar jika kita menderita karena berbuat salah melanggar peraturan yang sudah ditetapkan sehingga kita menerima disiplin dan konsekuensinya. Berbeda kalau kita hidup benar, melakukan perbuatan baik serta menaati Firman Tuhan kemudian menderita, itulah pujian. Kita tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi memberkatinya (2 Ptr. 3:9) maka hidup kita menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah. 

Yesus menjadi teladan sempurna berkaitan dengan pengekangan lidah walaupun di dalam penderitaan. Ketika menjadi Domba sembelihan dan Hamba yang harus menderita hingga mati disalib bukan karena dosa, Yesus tidak mengucapkan caci-maki atau sumpah serapah dari mulut-Nya (1Ptr. 2:21-24). Ia justru memohon pengampunan dari Bapa atas perbuatan mereka (Luk. 23:34). Yesus menyerahkan pembalasan kepada Allah yang menghakimi dengan adil berakhir dengan Nama-Nya dipermuliakan oleh Bapa-Nya (Flp. 2:9-10). Pemazmur yang mengalami penderitaan juga berdoa menyerahkan orang-orang yang menindasnya kepada Firman Allah yang benar (adil).  

Introspeksi: sudahkah kita yang ditebus oleh Tuhan menjaga lidah mulut kita dari ucapan-ucapan menipu, kotor, dan jahat? Perhatikan, Tuhan mengasihi orang yang dapat menjaga lidah mulutnya. Jujur, tidaklah mudah untuk berdiam diri tidak merespons saat kita difitnah, dicela, dihina dll. Juga di dalam pelayanan, kita sudah melakukan yang terbaik tetapi masih diomeli tetapi sebenarnya di sanalah kita memuji Tuhan. Firman Tuhan mengajar kita untuk lebih banyak mendengar daripada marah (Yak. 1:19). Tentu kita boleh marah tetapi jangan cepat dan mudah marah tanpa alasan yang jelas. Kemarahan dilakukan pada orang yang tepat, waktu yang tepat juga kadar kemarahan yang tepat sehingga kita dapat menjaga lidah mulut kita. Kita diberi dua telinga dan satu mulut supaya kita mendengar banyak lebih dahulu kemudian mengolahnya dan baru kita berkata-kata. Jangan  kita mendengar hanya setengah, memahami seperempat tetapi bicaranya dua kali lipat! Ingat, orang yang dapat menjaga lidah dapat menjaga hidupnya karena lidah bagaikan api yang dapat membakar hutan yang besar (Yak. 3:5-6). Biarlah lidah mulut kita dipakai untuk memuji Tuhan bukan malah menyebabkan permasalahan. Di era sekarang, jari berfungsi sebagai mulut yang memberikan komentar dan hujatan di grup WA, FB dan IG. Memuji Tuhan bukan sekadar menyanyikan lagu-lagu rohani tetapi kehidupan kita menjadi kesaksian dalam memuji Tuhan di mana pun kita berada – dalam rumah tangga, keluarga, sekolah dan pelayanan.  

Mulut pemazmur memuji-muji Nama Tuhan karena diawali dengan Firman Tuhan yang ada dalam hatinya. Bila hati dipenuhi Firman Tuhan dan menaatinya, maka setiap perkataan yang keluar dari lidah mulut bahkan seluruh hidup kita pasti akan memuji serta memuliakan Nama-Nya. 

Rasul Petrus menasihati agar kita dapat menguasai diri dan menjadi tenang, mengasihi seorang akan yang lain, memberikan tumpangan, melayani sesuai dengan karunia yang diberikan, berbicara menyampaikan Firman supaya Allah di muliakan di dalam Yesus Kristus (1 Ptr. 4:7-11). Kalau kita menyadari hal ini, mulut kita dapat memuji dan melayani Tuhan. 

Maukah mulut kita melayani Tuhan? Itu merupakan wujud ucapan syukur karena Tuhan sudah menyelamatkan kita, yang kita nyatakan melalui tutur kata, sikap, tindakan, perilaku kita yang selaras dengan Firman Tuhan serta melayani Dia dengan sungguh-sungguh. Kemuliaan TUHAN sendirilah yang menjadi fokus dalam setiap pujian dan pelayanan kita. Amin. 

  • Video Youtube Ibadah: