Shalom,
Memang Tuhan mahahadir di mana pun tetapi bukan berarti kita tidak perlu bersekutu dalam ibadah seperti yang dikehendaki Tuhan (Ibr. 10:25). Justru saat kondisi dunia makin kacau ini, bila kita tidak suka beribadah bersama-sama, kita akan rentan jatuh saat mengalami banyak masalah.
Sungguhkah kita selalu merindukan kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Ilustrasi: kita akan rindu ingin sering ketemu dan ngobrol lama dengan orang yang kita cintai. Kalau begitu mengapa ada orang yang malas dan tidak senang pergi ke gereja? Bahkan gonta-ganti pindah gereja? Kalau di dunia saja tidak suka ketemu dan bersekutu, bagaimana nanti di Surga tempat berkumpul/bersekutunya semua orang percaya tanpa ada lagi sekat-sekat gereja dan denominasi?
Apa kerinduan pemazmur yang dicetuskan dalam tulisannya di Mazmur 120:1-7
“Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku: "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu. Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar. Celakalah aku karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di antara kemah-kemah Kedar! Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian. Aku ini suka perdamaian tetapi apabila aku berbicara maka mereka menghendaki perang.”
Bayangkan kalau Tuhan, Raja damai, datang menghampiri sementara suami-istri lagi cekcok hebat! Tidakkah Ia “bengong” melihat perilaku mereka dan tidakkah Roh Kudus yang berdiam di dalam diri suami/istri mengingatkan masing-masing pribadi? Apakah tidak ada kerinduan dari/suami/istri untuk hidup bersama dalam damai?
Pemazmur menulis bahwa seruannya dijawab oleh Tuhan berarti Ia sangat dekat dengannya yakni dalam hati. Perhatikan, Tuhan memberikan Roh Kudus berdiam dalam kita dan Roh Kudus adalah Pribadi Allah sendiri yang berkehendak masuk dalam setiap kita memberikan karunia berbeda-beda untuk kepentingan bersama (1 Kor. 13:4,7).
Perikop Mazmur 120 ini ialah: "Dikejar-kejar fitnah". Bukankah “saling fitnah memfitnah” menjadi makanan sehari-hari yang kita dengar dan lihat di medsos akhir-akhir ini? Apakah kita juga menjadi korban fitnahan yang keji? Sudahkah kita berseru kepada Tuhan, Sang Pencipta kita? Ia pasti senang dan peduli kepada kita yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27). Ketika kita menyakiti suami/istri, ini sama dengan kita menyakiti anggota tubuh-Nya.
Tuhan tidak memerlukan teriakan suara keras untuk dapat mendengar seruan kita. Betapa sukacitanya ketika Ia menjawab apa yang kita butuhkan! Namun apa doa permohonan pemazmur? Dia minta dilepaskan dari bibir dusta serta lidah penipu dan Tuhan menjawabnya sebab Ia tahu ini merupakan kebutuhan penting dan mendesak.
Harus diakui, kita sulit berkata jujur dan ke mana pun pergi bibir dusta dan lidah penipu mengikuti kita terus. Begitu mudahnya kita berbohong dan berpura-pura baik di depan orang padahal di balik semua ini kita ribut bertengkar dengan pasangan hidup kita, tidak harmonis dalam hubungan dengan anak dan keluarga. Bukankah ini sama dengan menolak kehadiran Tuhan yang memberikan kedamaian dalam hidup nikah dan keluarga kita? Sungguh kita harus meminta kelepasan dari sifat dusta dan penipu dan Tuhan siap melepaskan kita dari ikatan ini!
Kita tahu Iblis adalah bapa pendusta dan tidak ada kebenaran di dalam dia (Yoh. 8:44). Di awal penciptaan, Hawa terpikat oleh omongan si ular kemudian menarik suami, Adam, ikut terjatuh dalam dusta si ular (Kej. 3:1-7). Nanti sepak terjang si Iblis, bapa pendusta, akan berakhir dengan dilemparkannya ke dalam lautan api dan belerang bersama binatang dan nabi palsu untuk disiksa selama-lamanya (Why. 20:10).
Tuhan yang menciptakan lidah, bibir, telinga, mata dst. berkuasa menolong kita agar kita berhenti berucap dusta, tidak lagi suka menghakimi dan menghina sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah (Rm. 14:10,12).
Bagaimana cara Tuhan membungkam bibir dusta dan lidah penipu? “Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar.” (ay. 4) juga “Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” (Mzm. 127:4-5)
Orang tua wajib mendidik anak-anaknya (masih muda) untuk percaya Tuhan dan bersekutu dengan anak-anak Tuhan lainnya di mana penatua menjaga dan mengawasinya “di pintu gerbang”. Anak-anak muda ini dipersiapkan bagaikan anak panah tajam untuk menyampaikan pedang Firman bermata dua (Ibr. 4:12). Mereka bagaikan pahlawan dan pemenang yang membungkam mulut dusta dan bibir penipu. Jangan malah membiarkan anak muda zaman sekarang mencari jawaban di luar Firman Allah!
Bila dicermati lebih jauh, pemazmur berdoa minta dilepaskan dari bibir dusta sebab dia tersiksa tinggal sebagai orang asing di Mesekh, diam di antara kemah-kemah Kedar yang suka perang dan membenci perdamaian (ay. 5-7). Lot juga mempunyai pengalaman sama setelah pisah dari pamannya, Abraham, dan tinggal di Sodom di mana penduduknya sangat jahat dan berdosa keada Tuhan (Kej. 13:11-13). Lot terus menerus menderita oleh cara hidup mereka yang hanya menuruti hawa nafsu saja (2 Ptr. 2:7).
Introspeksi: siapa yang memusuhi kita? Apakah kita pindah gereja karena tidak cocok dengan si A, si B? Ini bukan solusinya! Kita semua adalah anggota Tubuh Kristus, ada yang berfungsi sebagai kaki, tangan, mata, telinga, mulut dst. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri tetapi saling melengkapi satu sama lain bukan malah saling menjatuhkan. Ketika salah satu anggota tubuh sakit, yang lain juga ikut merasakannya. Ilustrasi: ketika jari terluka kena pisau, mata melihat obat, kaki segera lari dan tangan mengambil obat lalu membubuhkannya ke bagian luka dan bibir mengatakan tidak sakit lagi. Suatu kerja sama yang indah sekali! Gereja Tuhan harus hidup sebagai kesatuan anggota tubuh dengan satu kepala itulah Yesus sehingga tercipta perdamaian.
Terbukti pemazmur menyukai perdamaian tetapi orang-orang di sekitarnya menghendaki perang apabila dia berbicara (ay. 7). Ingat, Tuhan menginginkan syalom (damai) di mana pun dan kapan pun. Jangan mendukacitakan Roh kudus bila kita mudah tersinggung lalu ngambek. Allah memilih Musa saat dia berat mulut dan berat lidah (Kel. 4:10) menjadi pemimpin bangsa Israel. Ketika Miryam dan Harun mengata-ngatai dia, Allah menjadi Pembelanya (Bil. 13:1-9).
Aplikasi: hendaknya kita dapat menurunkan “ego” kita agar tidak gampang dan cepat tersinggung dalam berjemaat maupun bermasyarakat. Juga kita mencintai serta menuruti Firman Tuhan maka Allah Tritunggal akan berdiam dalam kita (Yoh. 14:23).
Selain membungkam orang yang suka perang – bersilat lidah, suka memfitnah menimbulkan kekacauan – dengan panah Firman Tuhan dan bara kayu arar juga, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan tetapi berilah tempat kepada murka Allah sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm. 12:17-21).
Tidak ada manfaatnya kita membalas omongan-omongan yang menyakitkan tetapi kita membalasnya dengan kebaikan. Kita memberi makan musuh yang lapar dengan roti kehidupan yang tidak membuatnya lapar lagi (Yoh. 6:35). Bukankah Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6)? Jelas, hanya Firman Tuhan yang mampu mengenyangkan jiwa orang yang kelaparan. Untuk itu kita harus siap dengan persediaan makanan Firman terlebih dahulu agar dapat dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Yesus juga air kehidupan (Yoh. 4:14) serta Roh Kudus yang mampu memuaskan jiwa mereka yang kehausan.
Masihkah kita rindu hidup bersama (keluarga, famili, teman dan rekan sepelayanan) dalam damai? Firman Tuhan dan Roh Kudus memampukan kita lepas dari ikatan dusta dan penipu. Kita juga dapat hidup dalam damai dengan sesama bila kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan dan Tuhanlah yang memampukan kita melakukan kebaikan sebab hanya Dia yang mahabaik untuk selama-lamanya. Amin.