Shalom,
Sungguhkah hati kita ada sukacita? Dan sudahkah Firman Tuhan menyatukan kita satu sama lain? Tentu kita semua memiliki kerinduan terciptanya hidup yang manis, mapan tanpa ada masalah. Akankah kerinduan ini terwujudkan? Tergantung bagaimana kita mengimani kebesaran Firman Tuhan.
Firman Tuhan memang manis terdengar namun ada rasa pahitnya juga. Sama seperti kehidupan nyata bagaikan nyanyian bagi Tuhan yang mana ada masa ‘intro’, ‘intermezzo’, dan ‘ending’ melukiskan pengalaman suka dan duka. Mazmur 120 ini bukan sekadar pujian tetapi kehidupan yang dinyanyikan untuk Tuhan yang tampak manis namun ada pahit yang menyehatkan.
“Nyanyian ziarah. Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku: "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu." Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar. Celakalah aku karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di antara kemah-kemah Kedar! Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian. Aku ini suka perdamaian tetapi apabila aku berbicara maka mereka menghendaki perang.”
Kenyataannya, saat dalam kesesakan kita sering berseru kepada Tuhan yang mahakasih dan adil atas hukum, peringatan dan perintah-Nya. Ia adalah sumber segala kebutuhan manusia.
Tak jarang kita mengalami kesesakan dan tekanan berat seperti dialami oleh Daud yang dikejar-kejar oleh Saul, mertuanya. Tidak ada jalan keluar sama sekali untuk lepas dari kejaran Saul dan tidak ada seorang pun menolongnya, hanya seorang diri (1 Sam. 21:1-3). Dia hanya berharap kepada Tuhan yang sangat dikenalnya. Ketika mata-mata dari Raja Saul, Doeg, melapor kepada Saul akan keberadaan Daud, Tuhan melindungi Daud sehingga dia lolos tidak tertangkap oleh Saul. Bahkan saat Daud bersembunyi di kubu gunung En-Gedi (1 Sam. 24) maupun di padang gurun Zif (1 Sam. 26) dia malah membiarkan Saul hidup padahal dia mempunyai kesempatan untuk membunuhnya. Jujur, sangatlah berat menanggung kesesakan seorang diri tetapi jangan kecil hati, kita mempunyai Pribadi yang dapat diandalkan itulah Tuhan.
Daud juga menghadapi bibir dusta dan lidah penipu (ay. 2). Gara-gara Doeg, orang Edom keturunan Esau, yang lapor ke Raja Saul, akibatnya 85 imam-imam di Nob dibunuh oleh Doeg (1 Sam. 22:18).
Bagaimana dengan Saul? Saul dari suku Benyamin, anak Rachel dengan Yakub (Kej. 35:17-18) sementara Daud keturunan dari Yehuda, anak Lea dengan Yakub (Kej. 29:35). Ternyata Saul dan Daud masih ada hubungan keluarga. Terbukti hubungan keluarga dapat menjadi berantakan apabila di dalamnya tidak diupayakan bersama-sama melakukan kehidupan yang lebih baik tetapi masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Diawali dengan perkawinan Yakub dengan Lea dan Rahel sudah bermasalah (Kej. 29:15-30), setelah mempunyai anak makin bermasalah bahkan setelah anak-anaknya menjadi satu bangsa, masalah tidak pernah berhenti. Bukankah Edom adalah keturunan Esau, saudara kembar dari Yakub? Jadi, bibir dusta dan lidah penipu dapat datang dari dalam keluarga yang merusak kebersamaan dan kesatuan di dalamnya.
Bagaimana pemazmur mengatasi masalah berat yang dihadapinya sementara dia tinggal dengan orang-orang yang membenci perdamaian? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar (ay. 4).
Aplikasi: di tengah banyak masalah berat yang menekan, kita beroleh kemenangan dapat mengatasi masalah oleh sebab pertolongan Tuhan yang menuntaskan kita dari berbagai masalah. Namun jujur, kita sering melupakan pertolongan-Nya.
Jelas sekarang kalau Daud dapat menjadi raja, ini bukan kebetulan juga bukan karena kekuatan sendiri tetapi Tuhan yang bekerja dalam dirinya memberikan kekuatan dan hikmat dalam berkata-kata.
Aplikasi: apa pun yang terjadi dalam hidup kita – senang-susah, manis-pahit getir dst. – sudah berada dalam kekuasaan Tuhan, kita tinggal mengerjakan iman keselamatan yang ada di dalam kita.
Terlebih lagi bila kita suka perdamaian tetapi orang-orang di sekitar (di Mesekh) menghendaki perang bila kita berbicara namun ingat, Tuhan tidak pernah kehabisan cara untuk menolong kita. Ia mengetahui kondisi, kemampuan dan iman kita kepada-Nya. Marilah kita berbicara terbuka dan jujur di hadapan Tuhan.
Apa yang terjadi di Mesekh? Negeri Mesekh adalah tempat tinggal raja agung Gog di tanah Magog yang melawan Tuhan (Yeh. 38:1-3) dan berperang menjadi musuh-Nya di akhir zaman (Why. 20:7-8).
Apa yang dialami oleh pemazmur seorang diri berlanjut sampai akhir zaman yakni: siapa yang berpihak kepada Tuhan dan hidup dalam kebenaran dengan siapa yang menentang Tuhan serta hidup dalam dusta. Semua akan menghadapi penghukuman pengadilan Kristus.
Kita bersyukur telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan, dipelihara dengan Firman-Nya, dilindungi oleh keadilan dan kasih-Nya. Biarlah kita memiliki kerinduan untuk hidup bersama dalam damai hingga tiba saatnya kita berkumpul dengan-Nya di Yerusalem Baru yang penuh damai selamanya. Amin.