• MULUTKU MELAYANI-MU
  • Mazmur 119:169-176
  • Lemah Putro
  • 2025-05-11
  • Pdm. Mario Gani
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1754-mulutku-melayani-mu-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
mulutku-melayanimu

Shalom,

Kita perlu bersekutu dalam bergereja demi penyatuan jemaat karena ini merupakan amanat dari Tuhan (Ibr. 10:25). Penyatuan yang terjadi  di sini bukan karena masing-masing mempunyai hobi sama (bersepeda, mendaki gunung, travelling dll.) tetapi Tuhan menginginkan adanya persatuan dengan rubuhnya perseteruan (Ef. 2:14) Harus diakui tidak ada seorang pun mampu mencapai kesempurnaan secara individu/sendiri-sendiri tetapi di dalam kesatuan melalui proses keubahan hidup – dibenarkan dan disucikan – oleh Firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus. Tuhan menghendaki hidup kita makin menyatu. 

Kita sudah sampai kepada bagian terakhir dari Mazmur 119 yang terdiri dari 22 bait/nyanyian. Kita melihat kecintaan dan fanatisme pemazmur terhadap Firman Tuhan bahkan dalam keadaan menyesakkan pun dia tetap berpegang pada Firman. Kecintaannya terhadap Firman memuncak, terlihat di bagian akhir tulisannya yang meluap keluar dari ucapan mulutnya. Terbukti ucapan mulut terhubung menyatu (tidak berbeda) dengan isi hatinya.

 Nama pemazmur ini tidak dicantumkan tetapi diyakini dia bukan orang sembarangan. Ada yang mengatakan dia Raja Daud tetapi yang pasti dia adalah seorang imam yang melayani Tuhan atau ahli kitab (seperti Ezra) karena penguasaannya akan hukum Taurat. 

Berbicara tentang imam-imam di Perjanjian Lama, kita sering fokus hanya pada tugas formal dari seorang imam seperti: mempersembahkan kurban dengan memotong lembu, domba, kambing kemudian dibakar dan darahnya dipercikkan ke beberapa perabot (Im. 4:4-7), mengganti roti sajian, membersihkan dan menyalakan lampu-lampu (Kel. 30:7-8) dll. Namun jangan lupa mulut seorang imam juga melayani Tuhan sebab dia berdiri di hadapan Allah dan manusia. Di hadapan Allah, dia harus memiliki sikap dan perkataan yang diperkenan oleh-Nya. Sementara di hadapan manusia, dia harus memiliki perkataan mengucapkan berkat (Bil. 6:23-27), mengajarkan Firman Tuhan (Im. 10:11; Ul. 33:10) juga bertugas mengajak umat memuji Tuhan (1 Taw. 25:1-7; 2 Taw. 5:12-13). Bukankah setiap orang yang ditebus oleh darah Kristus adalah imam-imam bagi Allah (Why. 1:5-6)? 

Introspeksi: apa yang keluar dari mulut kita sebagai imam-imam? Apakah ucapan berkat yang memperkenan hati Tuhan atau malah omelan dan sungutan karena tidak pernah puas diri terhadap kondisi yang ada?  

Apa yang seharusnya keluar dari mulut seorang imam yang melayani dan memperkenan hati Tuhan seperti dilakukan oleh pemazmur? 

  • Memohon pengertian (ay. 169).

Biarlah teriakku sampai ke hadapan-Mu, ya TUHAN; berilah aku pengertian sesuai dengan firman-Mu.”

Kebanyakan ayat 169-176 diawali dengan kata “biarlah“. Kata “biarlah“ mengandung pengertian adanya harapan mendalam tetapi tanpa paksaan yang disampaikan oleh pemazmur. Contoh: di Taman Getsemani, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki melainkan seperti yang Engkau kehendaki.“ (Mat. 26:39) Dalam kondisi manusia, Yesus berharap agar cawan itu dilalukan dari-Nya tetapi tetap ada sikap penyerahan diri kepada kehendak Allah.

Sementara kata “teriak (cry = seruan, tangisan) menyiratkan adanya kebutuhan yang sangat mendesak. Memang tidak disebutkan apa kebutuhan pemazmur tetapi pasti dia dalam kondisi yang tidak baik. Herannya, pemazmur berkeyakinan teriakannya akan sampai di hadapan Tuhan. Harapannya begitu mendalam dan diserukan dengan iman, dia percaya Tuhan selalu ada di hadapannya. 

Introspeksi: seruan dan tangisan macam apa yang sering kita teriakkan kepada Tuhan? Apakah kebutuhan mendesak seperti sakit parah tidak tersembuhkan, kesulitan keuangan hingga dikejar-kejar utang, masalah nikah dan dalam rumah tangga yang berantakan dll.? 

Tentu tidak salah kita berteriak minta pertolongan dari Tuhan dan Ia pasti mendengar. Namun teriakan pemazmur ternyata bukan untuk memohon pertolongan tetapi dia berseru, “Berilah aku pengertian sesuai dengan Firman-Mu.“ Pemazmur tidak menomorsatukan masalah berat yang dihadapi tetapi menjerit meminta Tuhan memberinya pengertian selaras dengan apa yang Ia kehendaki (Firman-Nya) melalui permasalahan yang dihadapinya. 

Aplikasi: ketika mengunjungi orang sakit, hendaknya kita pertama-tama mendoakan bukan untuk kesembuhan tetapi supaya Tuhan memberikan pengertian agar si penderita mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah seizin Tuhan dan di dalam kendali-Nya. Juga mengerti bahwa ada maksud Tuhan melalui semua masalah yang diizinkan terjadi baru kemudian mendoakan kesembuhan baginya. Demikian pula ketika kita menghadapi masalah berat (tidak pernah terjadi sebelumnya) yang mengacaukan pikiran dan perasaan kita seolah-olah tidak ada jalan keluar selain kehancuran. Sebelum memohon pertolongan, dahulukan minta pengertian. Jangan cepat-cepat minta ditolong karena belum tentu Tuhan mau menolong secepat itu. Bagi Tuhan, yang paling penting sebenarnya ialah proses bagaimana kita mengerti apa maksud Tuhan dan apa yang masih harus dikoreksi dalam hidup kita. Mungkin kita merasa hidup kita baik-baik saja – rajin beribadah dan tidak melakukan dosa besar tetapi Tuhan mengetahui sampai di kedalaman hati, semua terbuka di depan mata-Nya (Ibr. 4:13). Tuhan mampu mengoreksi segala sesuatu yang kurang memperkenan hati-Nya sampai hati kita yang terdalam sekalipun. Ingat, memohon pengertian akan Firman-Nya sangat memperkenan hati Tuhan karena di dalamnya terkandung iman yang teguh bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah serta sanggup menolong kita. 

  • Memohon kelepasan (ay. 170).

Biarlah permohonanku datang ke hadapan-Mu; lepaskanlah aku sesuai dengan janji-Mu.” 

Kembali kata “biarlah” mengandung harapan yang disampaikan tetapi tidak lagi dalam bentuk teriakan/jeritan memohon kelepasan (solusi, jalan keluar) atas masalah yang terjadi. Pemazmur tidak lagi berteriak/menjerit memohon kelepasan karena dia sudah mengerti benar bahwa hidupnya ada dalam tangan Tuhan. Dia sudah mengerti maksud dan rencana Tuhan atas semua yang dihadapinya sehingga dia tidak kalap dan panik saat meminta kelepasan. Bahkan saat meminta pertolongan pun, pemazmur kembali pada janji Firman Tuhan. Dia yakin Tuhan pasti melepaskannya karena janji-Nya ‘ya dan amin’ bukan janji palsu seperti janji manusia yang sering lupa atau tidak sanggup menepatinya. 

Pemazmur percaya Tuhan sanggup menolong menurut cara dan waktu-Nya. Perhatikan, Mazmur 119 diyakini ditulis saat bangsa Yehuda berada di pembuangan di Babel. Tuhan berjanji setelah 70 tahun mereka akan dilepaskan dan dikembalikan ke negerinya sendiri (Yer. 29:10). Saat itu mereka tidak dapat membayangkan bagaimana caranya Tuhan akan mengembalikan mereka ke negerinya, juga betapa lamanya waktu yang dijanjikan untuk menantikan kelepasan; itu sebabnya ada sekelompok orang yang tidak percaya akan janji Tuhan memutuskan mengungsi ke Mesir namun akhirnya mereka menerima hukuman dari-Nya (Yer. 42 – 44).  

Aplikasi: hendaknya kita tidak memaksa/mendikte Tuhan agar menyelesaikan masalah menurut cara dan waktu kita sendiri. Tuhan sanggup mengadakan mukjizat dengan pelbagai macam cara dan waktu-Nya. Namun ada kalanya Ia mau kita berhikmat dan bersabar dalam proses menghadapi penyakit parah dengan memperbaiki pola makan dan pola istirahat atau bekerja lebih smart dan hemat dalam mengatur keuangan ketika menghadapi kesulitan ekonomi dll. Serahkan semuanya kepada Tuhan sebab Ia tahu yang terbaik bagi kita. Pemaksaan kehendak tidaklah berkenan di hati Tuhan, malah membuat kita salah paham dengan-Nya karena menuduh Dia jahat atau tidak mendengar doa kita. Marilah mulut kita dipenuhi rasa hormat ketika memohon kelepasan dari-Nya. 

  • Memuji Tuhan (ay. 171).

Biarlah bibirku mengucapkan (bhs. Ibr. Naba: pour out, gush forth = menyembur) puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.”

Dari mulut yang berkenan di hati Tuhan akan terpancar bahkan menyembur luapan puji-pujian yang kuat dan tidak habis-habisnya yang berasal dari hati. Umumnya persembahan puji-pujian yang ekstrem semacam ini didorong oleh sebab kita mengalami sesuatu yang spektakuler seperti mukjizat besar sembuh dari penyakit yang parah, kebangkitan dari kebangkrutan usaha kita, pemulihan hubungan nikah kita yang nyaris hancur dls. Namun pemazmur mengucapkan puji-pujian didorong oleh pengajaran Firman (ay. 171) karena saat berada dalam pembuangan di Babel, bangsa Yehuda menghadapi situasi sangat sulit hingga mereka mengalami kehancuran mental dan harga diri. Dapat dibayangkan mereka yang asalnya memiliki kerajaan mandiri yang begitu hebat sekarang dibuang ke negara asing berakibat mereka tidak lagi mempunyai kebanggaan dan tanah pusaka, lebih parahnya mereka hidup di tengah-tengah bangsa penyembah berhala. Padahal mereka tahu Tuhan membuang mereka juga nenek moyang mereka karena mereka sendiri menyembah berhala sehingga tidak lagi ada Bait Allah untuk beribadah dan membaca Taurat. Dengan demikian satu-satunya dambaan mereka ialah pengertian akan Firman-Nya. Maka dari itu hati mereka sangat bersukacita mendengar pengajaran ketetapan Tuhan hingga mulut mereka memancarkan puji-pujian. Ilustrasi: mereka bagaikan tinggal di padang gurun kering nan panas akan sangat menghargai tegukan air sejuk yang memberikannya kesegaran.

Introspeksi: seberapa besar kita menghargai pengertian akan Firman dan diluapkan dalam puji-pujian kepada-Nya? Atau kurang/tidak menghargainya karena merasa gampang mendapatkannya lewat YouTube? Jangan menunggu hingga Tuhan izinkan hukuman datang seperti dialami orang Yehuda! Waspada, penyesalan selalu datangnya terlambat!

Maukah mulut kita melayani Tuhan dan memperkenan hati-Nya? Mohonlah pengertian akan Firman Tuhan melebihi segalanya agar kita mengerti kehendak dan rencana-Nya di dalam hidup kita. Kemudian kita memohon kelepasan tanpa paksaan tetapi kesadaran penuh bahwa Ia pasti menyediakan kelepasan seturut cara dan waktu-Nya. Dengan demikian mulut kita akan memuji Tuhan bukan semata-mata karena pertolongan dari-Nya tetapi karena pengertian kita akan Firman Tuhan. Amin.

 

  • Video Youtube Ibadah: