Shalom,
Oleh kemurahan Tuhan, kita dapat lagi berkumpul di dalam rumah Tuhan. Tidak ada seorang pun dapat hidup sendiri tanpa memerlukan pertolongan orang lain, namun Tuhanlah Sumber pertolongan kita.
Perlu diketahui Mazmur 121 termasuk bagian dari Mazmur ziarah/pendakian (Mzm. 120 – 134) di mana umat Israel bersama keluarga mereka datang dari berbagai penjuru berkumpul di rumah Tuhan di Yerusalem (Mzm. 122:2-4). Minimal tiga kali dalam setahun mereka datang ke rumah Tuhan di Yerusalem yang terletak di atas bukit ± 700-800 m di atas permukaan laut. Mereka perlu mendaki untuk datang ke rumah Tuhan, mereka tidak datang dengan tangan kosong tetapi masing-masing membawa persembahan (lembu, kambing, domba, hasil bumi) untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Introspeksi: masihkah kita bergairah datang beribadah di rumah Tuhan seusai badai COVID yang membuat kita tidak dapat berkumpul bersama? Atau kita menjadi malas datang dalam perkumpulan ibadah karena sudah terbiasa ikut ibadah on line di rumah?
Apa isi nyanyian ziarah tulisan pemazmur 121?
- “...dari manakah datang-Nya pertolonganku?” (ay. 1).
Tentu umat Israel yang berasal dari pelbagai tempat menghadapi banyak pergumulan dan rintangan ketika datang ke rumah Tuhan di Yerusalem. Mungkin saja di tengah perjalanan mereka menghadapi penyamun-penyamun karena mereka datang membawa perbekalan dan persembahan belum lagi menghadapi penyembahan di bukit-bukit pengurbanan yang menjadi jerat bagi mereka sejak zaman Salomo.
Bukankah banyak orang mencari rezeki dan pertolongan ke gunung-gunung dan mempersembahkan sesajian yang bukan kepada Allah? Bahkan Iblis sendiri mencobai Yesus yang dibawa ke atas gunung dan diperlihatkan keindahan dunia untuk diberikan kepada-Nya jika Yesus mau sujud menyembahnya (Mat. 4:8-9). Bayangkan Iblis berani menggoda Yesus, Anak Allah, untuk sujud menyembahnya, terlebih kita, siapa kita?
Bagaimana umat Israel mengalami kemenangan dari berbagai halangan/rintangan untuk dapat berkumpul di rumah Tuhan? Mereka butuh pertolongan. Ingat, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan satu dengan yang lain; contoh: suami-istri saling membutuhkan; anak membutuhkan orang tua, orang tua membutuhkan anak, dst.
Sesungguhnya konsep tentang pertolongan atau penolong bukanlah konsep manusia tetapi Allah yang mengawali dan membangun konsep penolong ini. Contoh, dimulai ketika Allah menciptakan Adam serupa gambar-Nya, Adam tidak menemukan seorang penolong yang sepadan dengannya. Allah melihat tidak baik manusia seorang diri saja maka diciptakanlah Hawa yang diambil dari rusuk Adam sebagai penolong baginya (Kej. 2:18-25). Pertama kali melihat Hawa, Adam tidak memuji kecantikannya tetapi mengatakan, “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku...” (Kej. 2:23) Hawa menjadi belahan jiwa Adam yang mampu menjadi penolong dalam kehidupannya.
Jelas, Allah membangun konsep pertama tentang penolong justru di dalam hidup nikah sebagai satu lembaga kudus untuk menolong manusia menghadapi masalah hidup. Itu sebabnya pernikahan harus dijunjung tinggi dan anak-anak harus menghormati orang tua.
Kemudian, konsep kedua berkaitan dengan penolong muncul dalam konteks keluarga ketika Hawa melahirkan Kain, dia mengatakan, "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." (Kej. 4:1)
Kata “pertolongan” atau “penolong” di dalam Alkitab dimulai di dalam nikah suami-istri kemudian buah nikah. Bukankah mujizat pertama dilakukan Yesus di perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11)? Syaratnya? Perbuat/lakukan apa yang dikatakan-Nya (ay. 5)!
Aplikasi: saat menghadapi banyak persoalan di dalam nikah dan rumah tangga, hendaknya kita tidak mencari solusi di luar Tuhan. Carilah Tuhan, Penolong yang sanggup mengadakan mukjizat betapapun rumit persoalannya. Kenyataannya, begitu banyak persoalan tidak dapat diatasi dengan kemampuan psikolog maupun psikater kecuali Tuhan asalkan kita menaati perintah Firman-Nya. Ia yang menciptakan nikah bertanggungjawab mempersatukan dan menyatukan pasangan nikah ketika mereka menghadapi kerikil-kerikil bahkan batu besar yang mencoba merobohkan kehidupan nikah dan rumah tangganya.
Perhatian dan mukjizat pertolongan Yesus yang kedua berlaku pada buah nikah yakni anak seorang perwira yang hampir mati (Yoh. 4:46-54) karena menunggu melihat tanda dan mukjizat baru percaya (ay. 48).
Pembelajaran: jangan menunggu anak-anak sukar dididik dan diatur baru membawa mereka kepada Tuhan karena ada kemungkinan terlambat! Orang tua harus mempunyai pengalaman bersama Tuhan sehingga dapat mendorong anak-anaknya datang kepada Tuhan. Jangan terlambat, datanglah sekarang! Yesus sendiri mengatakan, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku..!” (Mat. 19:14)
Perhatikan, pertolongan Tuhan tidak hanya berlaku bagi kehidupan nikah dan buah nikah tetapi juga kepada seorang pemimpin itulah Musa yang ditolong Tuhan lepas dari pedang Firaun (Kel. 18:4). Awalnya Musa mau tampil mempergunakan kekuatan sendiri tetapi gagal kemudian Tuhan memprosesnya selama 40 tahun untuk tampil sebagai pemimpin bangsa Israel yang luar biasa. Sebelum mati, Musa memberkati para pemimpin agar Tuhan menjadi Penolong melawan musuh-musuh mereka (Ul. 33:7).
Aplikasi: kita harus menghormati dan menaati para pemimpin karena mereka berjaga-jaga atas jiwa kita (Ibr. 13:17). Mereka berjaga-jaga melalui doa syafaat dan menyuarakan kebenaran Firman Tuhan dengan menegur jemaat yang “salah jalan”. Pemimpin memiliki otoritas ilahi bukan asal tunjuk/pilih tetapi benar-benar dibawa di hadapan Tuhan sehingga mereka bertanggungjawab atas jiwa-jiwa bukan sekadar untuk organisasi. Kebenaran Firman Tuhan yang diharapkan dan dinantikan adalah Firman penggembalaan karena gembala berdoa untuk pemeliharaan jiwa jemaat.
- “...dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (ay 2).
Terbukti sumber pertolongan kita adalah TUHAN (YHWH), Pencipta langit dan bumi. Ia adalah pribadi yang sudah menyatakan diri “AKU ADALAH AKU” → Ia mahahadir di dalam setiap kehidupan kita tanpa dibatasi oleh ruang maupun bentuk persoalan. Persoalan dan pergumulan boleh berbeda tetapi Penolong kita cuma satu dan Ia siap menjawab seruan doa kita.
Bagaimana TUHAN, Pencipta langit dan bumi, menolong kita? Pada mulanya Allah menciptakan (bhs. Ibr. bara = created) langit dan bumi dari tidak ada menjadi ada (Kej. 1:1) sementara Mazmur 121:2 menuliskan, “Pertolonganku ialah dari TUHAN yang menjadikan (bhs. Ibr. asah = made) langit dan bumi.” Di sini Allah membuat dan menjadikan segala sesuatu dari apa yang sudah ada.
Apa maknanya bagi kita sekarang? Tuhan sudah menciptakan langit dan bumi dengan Firman-Nya tanpa bergantung kepada apa pun; Ia menciptakan dari tiada menjadi ada. Namun sayang, apa yang sudah ada ini dirusak. Contoh: manusia yang dicipta menurut gambar Allah rusak dan jatuh di dalam dosa (Kej. 3) tetapi Ia, Pencipta alam semesta dan segala isinya sanggup serta masih bekerja sampai hari ini untuk memulihkan dan membentuk ulang apa yang sudah rusak. Tuhan membangun kita kembali dengan kuasa Firman dan anugerah-Nya di dalam Yesus Kristus mengumpulkan keping-keping yang sudah hancur untuk dibentuk kembali sesuai kehendak-Nya. Tuhan hadir dan bekerja/berkarya hingga sekarang memakai apa pun yang ada dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Ingat, tidak ada suatu kebetulan yang terjadi di dalam kehidupan kita, semua ada di dalam rencana dan kehendak Tuhan.
Kalau begitu untuk apa Tuhan bekerja dalam hidup kita? Untuk menjadikan kita serupa/segambar dengan Anak-Nya (Rm. 8:29). Ini menjadi pengharapan dan kerinduan kita untuk menjadi serupa dengan Yesus itulah Mempelai Perempuan-Nya melalui proses dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan (ay. 30). Untuk itu kita harus berani “bayar harga” dibentuk dari pelbagai latar belakang juga persoalan hidup menjadi karya seni ciptaan-Nya sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Tidak seorang pun layak bermegah sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia; bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Rm.11:36).
Kini kita makin diyakinkan bahwa hanya Tuhan sumber pertolongan dalam menyelesaikan masalah dan pergumulan kita. Ketahuilah Ia, Pencipta langit dan bumi, mampu memulihkan hidup nikah dan rumah tangga kita yang rusak untuk dibentuk kembali serupa dengan-Nya dan menjadi Mempelai Perempuan-Nya serta tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selamanya. Amin.