• MARI PERGI KE RUMAH TUHAN
  • Mazmur 122
  • Lemah Putro
  • 2025-05-25
  • Pdt. Setio Dharma
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1759-mari-pergi-ke-rumah-tuhan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
mari-pergi-ke-rumah-tuhan

Shalom, 

Tentu setiap dari kita, walau hidup sebatang kara, pernah mengalami suatu pertemuan entah reuni keluarga atau reuni teman atau acara ulang tahun pernikahan yang sudah diagendakan untuk kumpul bersama. Dapat dibayangkan kalau pertemuan ini dilaksanakan oleh keluarga besar dengan 10 anak yang sudah berkeluarga dan hidup terpencar di tempat yang jauh satu sama lain! Bahkan rencana yang diagendakan satu tahun sebelumnya sudah menjadi sukacita besar! Apa pun akan diupayakan baik biaya dan waktu untuk dapat datang ke acara tersebut serta ngarep kapan event ini terjadi. Sukacita semacam ini dimiliki oleh Daud ketika ada orang mengajaknya “mari kita pergi ke rumah Tuhan”.

Perlu diketahui Mazmur 122 termasuk nyanyian ziarah dari Mazmur 120 – 134 yang ditulis oleh Daud, Salomo dll. Kegiatan apa yang dilakukan saat ziarah? Ziarah di sini bukan berkunjung ke tempat sakral/ kramat ke makam. Ziarah dari serapan bahasa Arab dan bahasa Ibrani, yakni: alah = ascend = go up= naik (ay. 4).   

Sebenarnya kegiatan ziarah naik ke Yerusalem (750-850 m di atas permukaan laut) sudah ditetapkan sejak pimpinan Musa yang mana bangsa Israel harus menghadap hadirat TUHAN tiga kali setahun yakni pada hari raya roti tidak beragi (Paskah), hari raya tujuh minggu (Pentakosta) dan hari raya pondok daun (Sukkot) tidak dengan tangan hampa (Ul. 16:16). Jadi, secara fisik mereka harus mendaki ketika menyanyikan ziarah Daud.

Masalahnya, Bait Suci dibangun oleh Salomo setelah Daud meninggal bukan? Bagaimana mungkin Daud mengetahui dan menetapkan Yerusalem sebagai pusat ibadah dan menunjuk Lewi untuk melayani di sana? “Daud membuat bagi dirinya gedung-gedung di kota Daud lalu ia menyiapkan tempat bagi tabut Allah dan membentangkan kemah untuk itu. Ketika itu berkatalah Daud: "Janganlah ada yang mengangkat tabut Allah selain dari orang Lewi, sebab merekalah yang dipilih TUHAN untuk mengangkat tabut TUHAN dan untuk menyelenggarakannya sampai selama-lamanya." Kemudian Daud mengumpulkan segenap Israel ke Yerusalem untuk mengangkut tabut TUHAN ke tempat yang telah disiapkannya untuk itu.” (1 Taw. 15:1-3).

Nyanyian ziarah Daud adalah nyanyian ibadah umat mendaki menuju rumah Tuhan tepatnya di Yerusalem. Mereka menyiapkan hati dan pikiran untuk datang menyembah bukan secara individu tetapi bersama umat lain ke hadirat Tuhan. 

Ziarah (bhs. Ibr. alah = go up = naik) harus mendaki/ naik menuju Yerusalem. Seberapa pentingnya Yerusalem ini? Yerusalem terdiri dari kata “salem = shallom yang artinya damai” dan “yara = mengajar”. Jadi Yerusalem adalah tempat mengajar kedamaian. 

Introspeksi: sudahkah tempat ibadah kita mengajarkan kedamaian? Tentu berdamai dengan Allah dan sesama. 

Beberapa ayat dalam Alkitab membuktikan bahwa Yerusalem terletak di bukit dan harus naik/mendaki untuk menuju ke sana, yaitu:

  • “Ke mana suku-suku berziarah (Where the tribes go up = naik)...” (Mzm. 122:4)
  • “dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yes. 2:3)  
  • “Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah (bhs. Ibr. anabaino = ascend = naik) ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.” (Luk. 2:42)
  • Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho;...” (Luk. 10:30a)
  • Dst.

Memang secara fisik kegiatan “naik, mendaki” cukup merepotkan apalagi saat itu tidak ada kendaraan kecuali berjalan. Kata “naik” tidak berlaku hanya secara geografis tetapi juga spiritual. Arti rohani dari ‘naik” ialah mendekat ke hadirat Tuhan dalam kekudusan dan persekutuan. 

Orang macam apa yang menghampiri hadirat Tuhan? Orang yang bersih tangannya, murni hatinya, tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu (Mzm. 24:3-4).

Berbicara mengenai rumah Tuhan, ada apa di rumah Tuhan dan apa kehebatannya? Jujur, bukankah kita malah sering ketemu orang yang membuat sakit hati? Namun ingat, kita ke rumah Tuhan untuk menjumpai dan menghampiri Tuhan bukan melihat manusia. Kita akan rugi sendiri kalau menyimpan dan terikat dengan kejengkelan serta kedongkolan dari orang-orang yang tidak kita senangi! Contohlah Yesus yang tidak pernah mengotak-atik masalah lama yang menjengkelkan-Nya! 

Apa yang ada di dalam rumah Tuhan menurut Mazmur 122? 

  • Ada sukacita bersama di dalam persekutuan (ay. 1-2).

Daud bersukacita karena dia rindu diam di rumah Tuhan seumur hidup menyaksikan kemurahan-Nya dan menikmati bait-Nya (Mzm. 27:4). Bani Korah juga mencetuskan lebih baik satu hari di pelataran Tuhan daripada seribu hari di tempat lain (Mzm. 84:10).

Daud bersukacita karena mendekat pada Allah mendatangkan damai serta memberikan kekuatan baru. Sungguh rumah Tuhan/gereja adalah tempat penguatan iman dan penyegaran rohani!  

Daud tidak bersukacita sendirian tetapi bersama umat, terbukti dari nyanyiannya “Sekarang kaki kami berdiri”. Kebersamaan umat memuji Tuhan bukan inisiatif dari Daud seperti diakuinya, “Aku bersukacita ketika dikatakan orang kepadaku.” Ada satu komunitas yang mengajak Daud untuk beribadah bersama dan Daud tidak hanya menyambut kesempatan untuk beribadah tetapi juga merasakan kesatuan umat yang bersama-sama naik ke rumah Tuhan. Ini menunjukkan ekspresi iman bersama. Contoh: saat diselenggarakan KKR, banyak peserta dari pelbagai denominasi datang beribadah. Pembicara yang bertugas pelayanan di Sekretariat berusaha menyambut mereka dengan baik walau tidak mengenal semua dari mereka. Terasa atmosfer kesatuan dan kebersamaan bagaikan satu keluarga tanpa membedakan suku, bahasa dan denominasi saat menyanyikan lagu “Ku tak pandang dari g’reja mana”.  

Introspeksi: adakah suasana kesatuan dan kebersamaan terjadi setiap kali kita beribadah menghampiri hadirat Tuhan? Atau kita hadir di gereja tetapi tidak mengenal dekat dengan anggota jemaat lain sehingga tidak terasa atmosfer kebersamaan dan sukacita beribadah bersama menghampiri hadirat Tuhan? 

  • Ada pertumbuhan bersama dalam satu iman dan satu tujuan (ay. 3-5).

“Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat (compact = to unite, bind together = erat terpadu) ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud.” 

Yerusalem dibangun sebagai struktur kota yang solid, saling terkait tanpa celah atau terpisah. Yerusalem  sebagai pusat keagamaan, sosial dan politik Israel tidak hanya menampilkan kemegahannya tetapi juga mencerminkan kesatuan umat Allah dalam satu sistem pemerintahan. Yerusalem gambaran dari komunitas umat Allah yang dibangun dalam kesatuan dan keterikatan secara spiritual bukan sekadar masalah geografis. Ini menggambarkan tubuh Kristus yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian sesuai kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (Ef. 4:16).  

Aplikasi: gereja dipanggil untuk menjadi komunitas yang erat tersambung, tidak tercerai berai oleh perbedaan denominasi, latar belakang maupun generasi. Pertumbuhan bersama ini dapat terjadi kalau relasi antar anggota gereja dibangun dengan kuat. Oleh sebab itu aktiflah terlibat dalam kelompok sel (komsel), dalam kegiatan pelayanan-pelayanan gereja agar terbentuk relasi lebih erat satu sama lain. Perhatikan, gereja adalah tubuh Kristus yang tersambung bukan sekadar “pom bensin” yang cuma diisi kemudian pergi, bukan pula sekadar tempat singgah atau rest area.  

Jelas dikatakan rumah Tuhan (Yerusalem) tempat berkumpulnya suku-suku untuk bersyukur kepada Tuhan. Ini merupakan tindakan bersama/kolektif bukan hanya ekspresi pribadi. Tahukah sukacita rohani dan  pertumbuhan iman sejati tidak terjadi secara individualistik tetapi dalam konteks tubuh umat Tuhan? Namun sayang, kenyataannya banyak gereja saat ini terpecah hanya karena ketidakcocokan dalam gaya ibadah atau beda generasi dll. Untuk itu tinggalkan individual rohani dan naiklah ke hadirat Tuhan sebagai satu tubuh. 

Selain tempat beribadah, Yerusalem juga menjadi tempat pengambil keputusan hukum sebab di sana ditaruh kursi-kursi pengadilan milik keluarga Raja Daud (ay. 5). Yerusalem juga menjadi keadilan dan otoritas moral bagi umat Israel. 

Aplikasi: gereja tidak hanya tempat ibadah tetapi di dalamnya kita menemukan keadilan dan kebenaran Tuhan yang ditegakkan atas Firman Tuhan. Pertumbuhan rohani sejati harus ditandai oleh ketundukan pada otoritas Allah dan kebenaran-Nya. Jemaat yang dewasa rohani akan tunduk pada disiplin Firman Tuhan bukan sekadar penikmat suasana ibadah puji-pujian. Jelas pertumbuhan bersama dalam satu iman dan satu tujuan terjadi ketika relasi komunitas terjalin erat tidak tercerai, beribadah bersama penuh ucapan syukur serta tunduk pada otoritas kebenaran dan keadilan Firman Tuhan. Sudahkah kita (gereja) tersambung erat atau malah penuh ego dari orang-orang di dalamnya?  

  • Ada pelayanan bersama dalam doa dan damai (ay. 6-9).

“Berdoalah untuk kesejahteraan (shalom = peace = damai) Yerusalem.......Biarlah kesejahteraan (shalom = peace = damai) ada di lingkungan tembokmu.......aku hendak mengucapkan: "Semoga kesejahteraan (shalom = peace = damai) ada di dalammu!" Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu.” 

Umat mendoakan Yerusalem untuk stabilitas spiritual, sosial dan politik bangsa. Namun mereka tidak hanya menginginkan menerima damai sejahtera dan ketentraman tetapi juga menjadi pelaku dalam memelihara damai tersebut. 

Perlu diketahui di dalam rumah Tuhan, doa adalah bentuk pelayanan bersama. Doa yang dipanjatkan merupakan bentuk pelayanan rohani bersifat universal sebab gereja dipanggil bukan hanya untuk berkumpul bersama tetapi juga berdoa demi kesejahteraan umat-Nya. Jangan jadikan doa hanya sebatas respons pribadi tetapi komitmen bersama mendoakan teman, kota dan bangsa. Masing-masing dari kita harus menjadi pelaku yang mencintai dan memelihara damai sejahtera serta menjadi komunitas pendoa menyuarakan damai tersebut (ay. 7-8). Damai sejahtera umat Allah adalah tanggung jawab kita bersama yang mana seluruh tubuh Kristus saling memerhatikan dan membangun dalam kasih demi pertumbuhan bersama (Ef. 4:16).  

Aplikasi: kita (gereja) menyatakan/menyuarakan damai sejahtera secara aktif melalui perkataan, tindakan dan sikap bukan malah menjadi penyebar gosip yang meniadakan shalom. Pelayanan harus menciptakan dan menjaga shalom. 

Apa dasar pelayanan bersama dalam doa dan damai? Oleh karena mengasihi Tuhan (ay. 9).  Pelayanan apa pun yang kita lakukan – pekerjaan kasar hingga memberitakan Firman – didasari mengasihi Tuhan seperti dilakukan oleh Daud yang menyadari bahwa pelayanan doa dan damai yang dikerjakannya bukan sekadar sosial melainkan berawal dari merindukan hadirat Tuhan walaupun dia belum menikmati tetapi yakin di sanalah Allah berdiam. Daud mengusahakan yang terbaik bagi-Nya oleh karena Rumah Tuhan. Pelayanan dikerjakan dengan menyatakan damai dan memeliharanya dalam relasi dengan sesama serta mencari kebaikan untuk gereja berlandaskan cinta Tuhan. 

Apakah kita datang ke rumah Tuhan penuh sukacita oleh sebab ada persekutuan bersama dengan anak-anak Tuhan lainnya untuk pertumbuhan iman bersama dengan satu tujuan serta menjadi pelaku damai didasari kasih kepada Tuhan bukan untuk pujian manusia. Ingat, apa pun yang kita perbuat, perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia (Kol. 3:23). Amin.

  • Video Youtube Ibadah: