Shalom,
Kita yakin Roh Kudus berdiam dalam hidup kita dan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Walau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, bukan berarti kita tidak menghadapi masalah kecil maupun berat dan membutuhkan pertolongan. Dari siapa? Dari yang mahatinggi. Bukankah masing-masing dari kita mempunyai kebutuhan sendiri untuk ditolong?
Memang Roh Kudus turun 2.000 tahun lalu pada hari Pentakosta namun bukan berarti Roh Kudus tidak bekerja sebelumnya. Buktinya? Roh Kudus turun atas Maria dan menaunginya sebab Anak yang akan dilahirkannya disebut kudus, Anak Allah (Luk. 1:35); malaikat Gabriel memberitahu Zakharia bahwa Elisabet tua akan melahirkan anak laki-laki dinamakan Yohanes dan penuh Roh Kudus mulai dalam rahim ibunya (Luk. 1:13-15); Roh Kudus menuntun Samuel tua yang menantikan penghiburan bagi Israel dan memberitahu bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Mesias (Luk. 2:25-28). Bahkan saat Allah menciptakan langit dan bumi, Roh Kudus melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Nanti langit dan bumi lama akan lenyap diganti langit dan bumi baru itulah Yerusalem baru di mana Allah Tritunggal hadir di dalam-Nya (Wy. 21:1-3).
Berbicara mengenai problem/masalah, setiap dari kita menghadapi problem yang berbeda namun kita semua membutuhkan pertolongan. Kepada siapa kita mengharapkan pertolongan? Mazmur 121:2 menuliskan “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.” ...Engkau yang bersemayam di sorga.” (Mzm. 123:1) jelas, Allah Tritunggal itu mahahadir tanpa batas ruang dan waktu tetapi ada selama-lamanya.
Apa permohonan pemazmur 123? “Kasihanilah kami, ya Tuhan. Kasihanilah kami sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan.” (ay. 3)
Tentu saat mengutarakan jeritan hati berupa permohononan, kita datang merendahkan diri meminta pertolongan tidak bernadakan bentakan dan perintah kepada sang penolong, bukan? Pernahkah kita datang menghampiri Tuhan penuh tangisan memohon pertolongan dari-Nya?
Apa kaitan tulisan Mazmur 123 dengan hari Pentakosta yang kita peringati saat ini? “Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan (bhs. Ibr. yad = hand, strength, power = tangan, kekuatan) tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya,...(ay. 2).
Roh Kudus/Allah digambarkan seperti tangan/kekuatan, contoh: di era Perjanjian lama, Roh Allah mengangkat Yehezkiel dan membawanya ke pintu gerbang Timur rumah Tuhan (Yeh. 11:1), mengangkat dan membawanya kembali ke negeri kasdim (ay. 24). Bukankah Roh Kudus memberikan kita kekuatan yang kita butuhkan?
Tuhan berjanji mencurahkan Roh Kudus ke atas semua manusia – anak laki-laki-perempuan, teruna, orang tua, hamba laki-laki dan perempuan (Kis. 2:14-18) tanpa harus menunggu hari-hari tertentu atau setelah dibaptis karena ini merupakan kedaulatan Tuhan sepenuhnya. Dampak dari pencurahan Roh Kudus, siapa pun yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan (ay. 21) dan para rasul dianugerahi karunia berbeda-beda. Kepenuhan Roh Kudus bukan sekadar untuk kepentingan status sebagai gembala, pendeta, penginjil yang memerlukan kekuatan/power sebab Roh Kudus adalah Allah sendiri. Namun perlu diperhatikan, setelah menerima Roh Kudus, jangan merasa diri lebih hebat atau lebih rohani daripada orang lain.
Berkaitan dengan jeritan hati memohon pertolongan, Nehemia menangis, berkabung, berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah ketika mendengar orang-orang Yahudi yang terluput dari penawanan mengalami kesukaran besar dan tembok Yerusalem terbongkar serta pintu-pintu gerbangnya terbakar (Neh. 1:1-6).
Nehemia menjadi juru minum raja Artahsasta dan kesedihannya dilihat oleh raja. Kemudian Nehemia mengungkapkan masalah yang terjadi pada bangsanya dan mohon diutus ke Yehuda untuk membangun kembali reruntuhan kota pekuburan nenek moyangnya (Neh. 2:1-3). Raja mengabulkan permintaannya setelah Nehemia menyebutkan jangka waktu untuk kembali melayaninya (ay. 6). Nehemia tidak hanya mendengar tetapi ingin mewujudkan niatnya untuk membangun kembali tembok Yerusalem (ay. 17) oleh sebab tangan Allah (kekuatan Roh Kudus) yang bermurah hati melindunginya (ay. 18) dan ini direspons baik oleh para imam, pemuka dan penguasa tetapi diolok-olok dan dihina oleh Sanbalat orang Horon, Tobia orang Amon dan Gesyem orang Arab (ay. 19). Nehemia mengalami penghinaan mirip dengan pengalaman pemazmur (Mzm. 123:3) tetapi Nehemia tidak takut, dia bersaksi bahwa Allah semesta langit membuat mereka berhasil dan mereka siap membangun (ay. 20).
Introspeksi: apa reaksi kita ketika mendengar gereja dilempari batu, dibakar dan diancam tidak boleh mengadakan ibadah? Apakah kita cuek karena menganggap itu urusan mereka? Bahkan menghakimi mereka kurang beriman? Juga bagaimana merespons mereka yang mengolok-olok dalam upaya meruntuhkan iman kita?
Di hari Pentakosta, banyak orang dipenuhi Roh Kudus termasuk hamba-hamba laki dan perempuan tanpa membeda-bedakan. Bila pekerja/pegawai memiliki tuan/majikan orang percaya (Kristen), hendaknya melayani lebih baik lagi (1 Tim. 6:2). Sudahkah kita, hamba Tuhan semesta alam, melayani Dia dan menghormati-Nya dengan lebih baik?
Pemazmur mengingatkan kita untuk belajar menanti pertolongan dari Tuhan. Kita mempunyai masalah sendiri-sendiri dan percaya Tuhan pasti menolong. Namun menghadapi masalah berkaitan dengan kesempurnaan hidup, kita tidak dapat mempertahankan kepentingan diri sendiri – diperlukan kerja sama dan saling tolong menolong.
Kesaksian Pembicara: beliau mengikuti retret kaum Muda di Malang ketika berumur 12 tahun dan di kegiatan ini beliau bertobat. Tahun berikutnya ikut retret lagi dan beliau menyerah mau menjadi hamba Tuhan. Setelah lulus SMA, beliau dikejar untuk memenuhi janji menjadi hamba Tuhan tetapi tunangannya tidak setuju bahkan mengancam akan putus hubungan kalau menjadi pendeta. Namun Tuhan dengan cara-Nya memakai Beliau dan istri menjadi hamba Tuhan dan melayani di Irian mulai dari nol selama 21 tahun kemudian pindah melayani di Medan selama 13 tahun dan sekarang pelayanan di GKGA Surabaya.
Bagaimana menantikan pertolongan Tuhan? Tentu kita merenungkan Firman-Nya tetapi jangan lupa kita masuk dalam rombongan yang membangun diri bukan pengangguran untuk saling memerhatikan dan peduli satu sama lain sebab kita adalah sesama anggota Tubuh Kristus. Kita adalah bait Allah dan Roh Allah/Kudus diam di dalam kita (1 Kor. 3:16).
Masihkah kita menanti pertolongan dari Tuahn yang mahatinggi? Yakinkah bahwa kuasa-Nya tidak tersembunyi dan tangan-Nya terbuka untuk menolong kita? Bawalah masalah kita untuk diselesaikan oleh Tuhan dan belajar memiliki kepedulian untuk menolong mereka yang membutuhkan dalam upaya membangun diri menjadi kesatuan anggota tubuh Kristus. Lebih lanjut, Tuhan mau memakai kita menjadi saksi-Nya agar jiwa-jiwa yang terhilang dapat diselamatkan di dalam Nama-Nya. Amin.