Kitab Mazmur bukanlah sekadar kumpulan puisi rohani tetapi isinya lahir dari kehidupan nyata bukan khayalan. Tulisan di dalamnya merupakan seruan dari orang-orang yang menghadapi ancaman dan tekanan dan dari tengah pergumulan itu muncul suara iman yang kuat bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan yang aman. Tidak mengherankan Mazmur lebih banyak dibaca karena masih relevan sampai sekarang.
Di era digital modern ini kita pun diwarnai kesulitan, ketidakpastian dan tekanan yang meliputi semua sisi kehidupan kita sehingga rasa tidak aman melanda setiap orang. Apalagi kalau kita melihat di media formal maupun online, berita demi berita makin menegaskan bahwa dunia tidak mampu lagi menawarkan perlindungan. Kalau begitu di mana tempat yang benar-benar aman? Dan siapa yang dapat kita andalkan?
Di tengah situasi yang tidak aman ini, Mazmur 125 hadir sebagai nyanyian pengharapan memberikan kesaksian iman dari orang-orang yang tahu persis apa arti penderitaan dan hidup di bawah tekanan tetapi tetap memilih percaya. Mereka menyanyikan: orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti Gunung Sion yang tidak goyang tetapi tetap untuk selama-lamanya. Kita pun diajak untuk menghidupi kebenaran ini bahwa ada satu tempat perlindungan yang tidak goyang dan satu Pribadi yang menjadi gunung perlindungan yang teguh.
Bagaimana kita dapat merasakan aman dalam lindungan Tuhan menurut Mazmur 125?
- Percaya kepada Tuhan yang mampu memberikan kemantapan dan kestabilan hidup (ay. 1).
Pemazmur mengawali dengan pernyataan bahwa orang percaya seperti Gunung Sion yang tetap untuk selama-lamanya. Gunung Sion yang berdiri teguh di pusat Yerusalem menjadi lambang kehadiran Tuhan dan pusat peribadatan bagi umat-Nya. Belum pernah terdengar Gunung Sion ini bergeser atau pindah karena badai atau karena perubahan zaman. Beda dengan kita yang terkadang menjadi lemah dan goyah seperti daun kering tertiup angin.
Firman Tuhan mengajarkan satu tindakan sederhana yaitu percaya kepada Tuhan yang mampu memberikan keteguhan bagi batin kita. Kata “percaya = trust = memercayakan diri”; jadi iman bukan sekadar tahu tentang Tuhan tetapi sungguh-sungguh bersandar dan bergantung kepada-Nya bagaikan orang sedang memegang erat tiang yang kukuh ketika pijakannya dilanda badai yang siap menghempaskannya. Tiang kukuh itulah Tuhan tempat kita berpegang. Percaya kepada Tuhan bukan hanya perasaan religius tetapi sebuah ketetapan hati untuk bersandar sepenuh jiwa raga kepada-Nya.
Orang percaya tidak berharap pada kekuatan sendiri atau menaruh sandaran kepada manusia tetapi menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tumpuan. Inilah pendirian orang benar yang kukuh sebab dia bersandar pada pemeliharaan dan janji Tuihan yang tidak akan goyah oleh perubahan dunia maupun tiap musim kehidupan. Bahkan ketika segala sesuatu di sekitar bergoncang, orang percaya tetap berdiri karena telah diletakkan pada dasar yang teguh. Inilah rahasia keteguhan hati – bukan karena kuatnya diri sendiri tetapi karena bersandar pada Pribadi yang tidak pernah berubah. Jadi, hati yang rapuh dan semangat yang lemah dapat menjadi kuat jika melekat pada Tuhan saja. Ilustrasi: ketika seorang terjatuh ke dalam sungai yang deras, satu-satunya harapan adalah tali yang dijulurkan kepadanya. Dia akan memegang erat dan sedapat mungkin mengikatkan diri pada tali itu. Terbukti kekuatan tidak terletak pada tangan sendiri tetapi pada tali dan orang yang memegang ujung tali yang lain. Demikian pula dengan orang percaya, kekuatannya terletak pada Tuhan yang memegang tangannya. Contoh: keteguhan hati Sadrakh, Mesakh dan Abednego ketika berdiri di hadapan Raja Nebukadnezar dan ancaman dilempar ke dapur api yang menyala-nyala. Ketika mereka diperhadapkan pada pilihan hidup atau mati, iman mereka tetap teguh dan percaya penuh Tuhan sanggup melepaskan mereka; bahkan jika tidak, mereka tetap menyembah Allah (Dan. 3:17-18). Terbukti Tuhan menyatakan kehadiran-Nya di tengah api.
Introspeksi: kepada siapa kita bersandar saat dalam kesibukan dan kekacauan hidup? Apakah kepada keluarga dan teman? Kepada tabungan? Jabatan dan status sosial? Semua ini dapat goyah kecuali Firman Tuhan yang tetap teguh.
Bukit Sion, Yerusalem Surgawi dalam Perjanjian Baru berbicara tentang gereja Tuhan (Ibr. 12:22). Kita tidak lagi berada dalam ketakutan seperti ketika Israel berjalan di Gunung Sinai – gereja dibawa masuk ke Yerusalem Surgawi tempat Allah berdiam, tempat Yesus memerintah dan tempat kita menerima hak sebagai anak-anak kerajaan. Datang ke bukit Sion berarti kita menjadi bagian dari umat ketebusan, warga Surgawi dan anggota masyarakat Ilahi bersama para malaikan dan orang-orang kudus. Ini adalah hak istimewa yang luar biasa besar; oleh karena itu marilah kita hidup dengan iman yang teguh dan penuh keyakinan bahwa kita ada dalam perlindungan dan pemerintahan Allah yang hidup.
Aplikasi: iman kita kepada Kristus adalah dasar/fondasi kuat untuk tetap berdiri saat dunia berguncang sebab tidak ada sesuatu pun dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus (Rm. 8:35).
- Mengandalkan penyertaan Tuhan (ay. 2).
Penyertaan Tuhan mengelilingi umat-Nya seperti Yerusalem yang secara geografis dikelilingi oleh pegunungan. Penggambaran ini mengingatkan bahwa Tuhan tidak hanya melindungi dari atas tetapi mengelilingi atau mengepung dari segala arah sehingga tidak ada celah bagi musuh untuk menyelinap masuk tanpa seizin Dia. Tuhan menjaga seperti tembok hidup yang memagari dan melingkupi umat Tuhan dari luar maupun dalam membuat mereka menikmari rasa aman seperti tangan ayah/ibu memeluk anak kecil yang tidak mengerti bahaya di sekelilingnya, dia merasa aman karena kehadiran mereka yang menjaganya. Contoh: waktu itu raja Aram berperang melawan Israel. Namun setiap kali raja Aram merancang serangan, rencananya selalu digagalkan oleh Elisa yang dengan pertolongan Allah mengungkapkan strategi musuh kepada raja Israel sehingga rencana operasi militernya bocor. Raja Aram marah dan memerintahkan pasukannya untuk menangkap Elisa. Mereka mengepung kota Dotam tempat Elisa tinggal. Keberadaan Elisa terdeteksi oleh sistem intelijen atau radar dari raja Aram tetapi Elisa tetap tenang dan berdoa maka hambanya melihat gunung penuh dengan kuda dan kereta berapi di sekeliling Elisa (2 Raja. 6:14-17). Ini membuktikan bahwa perlindungan Tuhan itu nyata meskipun tidak terlihat.
Introspeksi: apakah kita hidup dikelilingi oleh penyertaan Tuhan atau lebih sering hidup seperti hamba Elisa yang penuh ketakutan melihat ancaman dan lupa bahwa Allah siap menjaga? Hendaknya kita sadar bahwa kehadiran Tuhan membuat kita tenang di tengah kepanikan dan ketakutan. Dunia boleh berubah dan bergoncang tetapi perlindungan Tuhan itu tetap (Mzm. 46:3). Ironisnya, kita paham Tuhan berada di sekeliling kita tetapi kita tidak sungkan dan tidak jera untuk berbuat dosa. Marilah kita berhenti berbuat dosa dan berhenti menjadi lawan/seteru Tuhan sebab Ia berjanji menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Penyertaan dan perlindungan-Nya bagaikan tembok api yang membatasi kuasa si jahat (Zak. 2:5). Tidak ada suatu pun dapat menyentuh tanpa seizin dari Tuhan; itu sebabnya orang yang mengandalkan penyertaan Tuhan mengalami rasa aman yang sesungguhnya.
- Tetap setia di jalan Tuhan (ay. 3-5).
Kenyataannya umat Tuhan mengalami penderitaan, ketidakadilan dan penindasan namun Tuhan tidak akan membiarkan kondisi semacam ini berlangsung selamanya sebab kalau terlalu lama orang benar dapat tergoda memilih untuk menyimpang dari Tuhan. Ia mengenal kelemahan kita, penindasan dapat membuat orang bijak menjadi kelabakan, tekanan yang berkepanjangan dapat menggoyangkan iman maka kasih dan pemeliharaan Tuhan tidak hanya melindungi dari bahaya tetapi juga membatasi pencobaan agar kita tidak terseret ke dalam dosa. Pencobaan dikondisikan sedemikian rupa agar tidak melebihi kekuatan kita. Seperti gembala memerhatikan seekor dombanya yang tergoda untuk keluar dari rombongannya, gembala akan mengambil sikap mengembalikan domba itu ke jalur yang benar. Bahkan jika perlu, gembala menggunakan tongkat untuk mendisiplinkan domba ini demi kebaikan agar domba ini tidak jatuh ke dalam jurang.
Introspeksi: ketika kita dalam penderitaan dan pergumulan berat, pernahkah kita berpikir Tuhan sedang mendisiplinkan kita karena kita seperti domba (bodoh dan keras kepala) yang sedang keluar jalur? Puji Tuhan kita memiliki Gembala Agung yang tidak mudah menyerah seperti gembala manusia. Ia tidak membiarkan kita menjauh terlalu lama karena kita berharga di mata-Nya. Jadi, ketika kita mengalami penderitaan, terimalah sebagai pendisiplinan dari Tuhan supaya kita menjadi domba yang lebih berkenan kepada-Nya. contoh: Yusuf mengalami penderitaan bertubi-tubi: dijual oleh saudara-saudaranya, difitnah oleh istri Potifar, dipenjara dengan tidak adil tetapi di tengah ketidakadilan itu Yusuf tidak menyimpang dari jalan Tuhan. Dia tetap setia dan akhirnya Tuhan sendiri meninggikan Yusuf. Memang jalan Tuhan terkadang sempit, tidak populer dan menyakitkan tetapi ini adalah jalan damai sejahtera dari Surga. Beda dengan dunia yang menawarkan jalan pintas dan kelihatan nikmat tetapi berujung pada kehancuran. Masihkah kita tetap setia di jalan Tuhan dan rela menderita walau keadilan tidak memihak kitai? Waspada, jangan biarkan tekanan dunia membuat kita berbalik menuju jalan yang bengkok sebab mereka yang menyimpang akan dipisahkan dari umat Tuhan tetapi mereka yang setia ada janji damai sejahtera.
Damai sejahtera yang dijanjikan bukanlah sekadar perasaan tenang atau bukan tanpa masalah. Damai itu nyata dan hidup dalam pribadi Yesus Kristus sebab Dialah damai itu sendiri. Dia sumber damai yang memberikan ketenangan melampaui segala akal.
Kini mata kita terbuka akan satu kebenaran mulia bahwa keamanan atau rasa aman sejati bukanlah hasil dari situasi yang nyaman tetapi dari hubungan/relasi yang kuat dengan Tuhan. Ini bukan berarti kita bebas dari ancaman tetapi kita tahu siapa yang menyertai dan melindungi kita. Kita belajar memercayai dan mengandalkan Tuhan yang menjadikan kita seperti gunung Sion yang teguh tidak tergoyahkan. Kita juga dikelilingi perlindungan dari-Nya seperti gunung-gunung mengelilingi Yerusalem. Bila kita tetap setia, damai sejahtera akan menjadi milik kita. Amin.