Shalom,
Yakinlah bagi anak Tuhan yang percaya kepada-Nya, seberapapun berat penderitaan yang dialami, selalu ada pengharapan beroleh pertolongan dan pemulihan di dalam Tuhan.
Mazmur 126 masih termasuk nyanyian ziarah namun bukan ziarah berkunjung ke kuburan untuk melakukan ritual doa atau tabur bunga mengenang orang yang dihormati dan sayangi dibaringkan di sana. Nyanyian ziarah yang dimaksud di sini merupakan tradisi bangsa Israel yang menyanyi ketika dalam perjalanan mendaki ke Bait Allah di Bukit Sion wilayah Yerusalem.
Ternyata perjalanan mendaki untuk menghadap Tuhan di Bait Allah tidaklah mudah seperti yang kita bayangkan walau Daud mengatakan dia bersukacita pergi ke rumah Tuhan (Mzm. 122:1). Namun Firman Allah jelas mengatakan mereka yang berhasrat mengadakan ziarah itu berbahagia walau melewati lembah Baka sebab tempat itu berubah menjadi bermata air dan hujan awal musim menyelubunginya dengan berkat (Mzm. 84:5-6).
Memang lokasi lembah Baka tidak dapat diidentifikasikan secara tepat, kemungkinan besar ini adalah kata kiasan yang melukiskan tempat gersang dalam perjalanan menuju Sion. Kemungkinan pula merujuk pada pohon baka – sejenis pohon balsam berduri yang mengeluarkan bunyi seperti jeritan, rintihan pedih seperti orang menangis ketika ditiup angin membuat hati orang yang mendengarnya miris, sedih, perih seperti tersayat sembilu. Dari fenomena alam ini dapat dipahami secara simbolik bahwa lembah Baka merupakan tempat penderitaan penuh air mata kesedihan serta kesulitan yang harus dilewati orang Israel dalam perjalanan menuju Bukit Sion.
Introspeksi: ketika memutuskan untuk mengiring Tuhan, apakah kita berbahagia penuh sukacita di dalam perjalanan hidup hingga mengalami perjumpaan dengan Tuhan di Sion, Yerusalem baru? Atau ditandai dengan kepedihan dan pergumulan penuh tangisan dan air mata? Janganlah berkecil hati sebab Firman Tuhan menjanjikan kebahagiaan bagi orang yang berhasrat ziarah sebab mereka berjalan makin lama makin kuat. Kalau kita tetap berjalan bersama-Nya dengan kekuatan-Nya, air mata penuh penderitaan diubah menjadi sumber mata air penuh kebahagiaan. Memang masih ada tangisan tetapi di balik semuanya itu ada sukacita.
Bagaimana pemazmur (juga kita) dapat mengalami sukacita di tengah penderitaan?
- Karena pertolongan/pemulihan Tuhan begitu ajaib dan sulit dipercaya bagaikan mimpi (ay. 1-4).
Percayakah Tuhan mampu memulihkan sebuah bangsa, sekelompok orang atau pribadi demi pribadi? Dan pemulihan yang Ia kerjakan sulit dipercaya seperti orang yang bermimpi. Tentu kita pernah bermimpi entah mimpi buruk atau yang indah sekali. Mimpi adalah serangkaian pengalaman yang dialami pada waktu tidur dan seindah/seburuk apa pun mimpi tersebut, begitu terbangun kita akan menghadapi kenyataan. Dapat dibayangkan betapa sukacitanya kalau mimpi yang indah itu menjadi kenyataan! Kalau Tuhan memulihkan keadaan kita yang terpuruk (ekonomi, kesehatan dll.), keajaiban yang kita alami sulit dipercaya. Namun jangan pernah meragukan keajaiban pertolongan Tuhan yang sukar dipercaya karena serasa mimpi! Hanya orang yang mengalami pemulihan Tuhan secara pribadi dan mempunyai hubungan erat dengan-Nya dapat memercayai perbuatan-Nya yang ajaib untuk mengalami sukacita tanpa topeng kepura-puraan – tersenyum bahkan tertawa lepas padahal hatinya menangis penuh keluh kesah.
Aplikasi: bila kita mengalami pemulihan dan pertolongan Tuhan, kita akan bersukacita dan otomatis, spontan tanpa perlu didorong-dorong atau dipaksa akan menyaksikan kebaikan Tuhan seperti pengalaman bangsa Israel berangkat ke Babel dengan cucuran air mata tetapi kembali ke Israel dengan sukacita serasa mimpi menjadi kenyataan.
- Karena cara pemulihan dari Tuhan tidak terduga (ay. 4).
Pemazmur menggunakan kalimat kiasan dengan menggambarkan pemulihan batang air kering di tanah Negeb. Perlu diketahui tanah Negeb adalah sebuah dataran padang gurun di sebelah selatan Israel. Di musim kemarau apalagi kalau berkepanjangan, padang gurun ini sangatlah tandus, gersang dan kering kerontang. Kalaupun ada beberapa semak belukar, keadaan tumbuhan ini meranggas, kering tinggal menunggu waktunya mati. Inilah keadaan tanah Negeb yang kering kerontang tidak berpengharapan. Ajaibnya, ketika hujan turun dari langit mengguyur tanah Negeb, sungai meluap, batang air meluap dan sumber air pun meluap maka berangsur-angsur tanah di sekitarnya menjadi subur, tumbuhan-tumbuhan mulai segar dan tunas-tunas mulai bertumbuhan.
Ketika alam tidak menunjang karena tidak ada air dan semua kering, Tuhan mencurahkan air hujan yang turun dari langit. Perhatikan, ketika perjalanan hidup nikah, rumah tangga, pekerjaan, kesehatan, keuangan dll. sedang melewati lembah Baka dan tidak ada pertolongan dari manusia siapa pun, jangan berkecil hati sebab masih ada pertolongan yang datangnya dari atas itulah Tuhan, Sumber pertolongan kita. Pertolongan dan pemulihan dari Tuhan diperoleh asal ketaatan, kesetiaan dan pandangan kita tetap tertuju kepada Bukit Sion di mana kita bertemu dengan-Nya di sana. Ingat, ketaatan dan kesetiaan mampu menggerakkan hati Tuhan sehingga Ia berbelas kasihan untuk menyatakan pertolongan dan pemulihan bagaikan menurunkan hujan dari langit untuk menyuburkan tanah Negeb yang gersang. Kita boleh mengalami jalan buntu dan tidak ada pertolongan dari sekitar tetapi Tuhan mampu membuat jalan tidak terduga untuk menyatakan pertolongan-Nya dari surga.
Kesaksian: ada seorang lelaki tua yang mempunyai seorang istri sakit-sakitan dan membutuhkan perawatan. Setiap bulan dia harus menebus obat padahal dia tidak mempunyai pekerjaan tetap. Penghasilannya diperoleh dari menggarap tanah lahan milik sebuah perusahaan yang dipinjamkan kepadanya. Hasilnya tidak seberapa besar, cukup untuk makan lalu sisanya dipakai untuk membeli obat istrinya. Suatu hari pihak perusahaan memberitahu bahwa tanah yang dipinjamkan akan diminta kembali untuk dikelola sendiri. Dia hanya bisa mengangguk dan mengiyakan tetapi hatinya penuh pergumulan memikirkan bagaimana keluarganya akan kelaparan juga istrinya yang membutuhkan obat. Belum lama masalah pertama ini datang, anak sulungnya datang mengeluhkan bahwa usaha UMKMnya makin sepi sehingga dia tidak dapat membayar cicilan kredit di bank. Kalau dalam beberapa bulan ke depan dia tidak dapat membayar cicilan, rumah si ayah ini akan disita karena sertifikat rumah dijaminkan ke bank. Si ayah tambah terpukul dan tertunduk tidak dapat berbuat apa-apa. Terbayang di benaknya dia kehilangan mata pencaharian, istrinya sakit dan akan terusir dari rumah. Ternyata masalah tidak datang sekali tetapi bertubi-tubi. Beberapa hari kemudian anak kedua, seorang wanita, menangis tersedu-sedu mengaku hamil dan laki-laki yang menghamili meninggalkannya entah ke mana. Si ayah seperti disambar petir di siang hari. Dia tidak mampu mengucapkan apa-apa kecuali memeluk putrinya. Terbayang bagaimana dia akan dipermalukan karena ada aib/noda dalam keluarga. Belum selesai dengan masalah anak kedua, si bungsu, mahasiswa yang pintar nan cerdas memberitahu kalau beberapa bulan tunggakan uang kuliah tidak dibayar, dia akan dikeluarkan dari kuliah. Si ayah benar-benar stres, depresi dan putus asa, dia ketakutan membayangkan masa depan yang dihadapi oleh keluarganya. Karena tidak tahan menghadapi masalah berat tersebut dia memutuskan mengakhiri hidupnya. Dia mengambil seutas tali lalu diikatkan di plafon ruang tamu, dibuat simpul dan ditaruhnya kursi tepat di bawah tali serta mengukur tali simpul supaya pas di lehernya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk orang, dia menghentikan niatnya sesaat untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah seorang hamba Tuhan dan beliau kaget melihat gelagat yang mencurigakan – tali terjuntai, kursi dan lelaki tua yang tampak sangat bermuram durja. Mulailah pendeta ini bertanya apa yang terjadi dan lelaki tua ini menceritakan kepedihannya yang menimpa seluruh anggota keluarganya. Kemudian hamba Tuhan ini menasihati dengan Firman Tuhan untuk meneduhkan, merangkul dan mengajaknya berdoa. Mereka berdua menangis bersama-sama lalu lelaki tua ini diberi beberapa lembar uang cukup untuk menafkahi sekeluarga beberapa hari dan meyakinkan lelaki tua ini untuk percaya Tuhan pasti menolong. Lelaki tua ini tidak lagi memikirkan untuk bunuh diri tetapi percaya akan pertolongan Tuhan. Tahu apa yang terjadi kemudian? Tuhan menolong dengan cara luar biasa dan tidak terduga.
Beberapa minggu kemudian datanglah petugas yang sama dari perusahaan memberitahu kalau tanah yang dipinjamkan tetap akan diambil oleh perusahaan tetapi lelaki tua ini dipinjami tanah lain yang lebih luas dan subur untuk digarap dan hasilnya dapat digunakan untuk menafkahi keluarganya. Hatinya mulai lega, Tuhan telah membuka satu jalan terbuka baginya. Beberapa hari kemudian anak sulung dengan wajah sukacita mengatakan bahwa ada seorang pengusaha yang berbaik hati memberikan jaminan dan meminjamkan dana untuk menutup seluruh hutangnya di bank dan menyicil utang ke pengusaha tersebut dengan bunga ringan. Bahkan dia ditawari untuk kerja sama dan profitnya cukup untuk membayar cicilan. Bukankah Tuhan menunjukkan pertolongan-Nya tanpa terduga sama sekali? Tak lama kemudian lelaki tua ini dikejutkan oleh serombongan orang bermobil yang datang ke rumahnya. Mereka berpakaian rapi – suami istri kelihatan terhormat bersama dengan keluarga besar. Lelaki tua ini kaget dan bingung ketika rombongan itu menanyakan identitasnya beserta nama anaknya. Ternyata rombongan ini meminta maaf atas nama keluarga untuk kesalahan anak laki mereka dan berniat melamar putrinya yang hamil untuk menjadi menantu mereka. Si ayah hanya dapat meneteskan air mata melihat cara Tuhan yang tidak terduga. Kebahagiaan si ayah belum cukup di sini karena anak bungsu memberitahu kalau pihak universitas memberinya beasiswa karena dia termasuk anak berprestasi. Sukacita lelaki tua ini lengkap, penderitaannya dipulihkan oleh Tuhan dengan cara tidak terduga sama sekali. Ingat, kalau di sekitar kita tidak mungkin lagi menjadi jalan solusi untuk masalah kita, Tuhan bertindak menolong kita dengan cara-Nya sendiri yang tidak terpikirkan oleh kita.
- Karena proses pemulihan dari Allah itu misteri (ay. 5-6).
Proses pemulihan dari Tuhan yang mendatangkan sukacita itu misteri. Kita tidak perlu coba-coba mencari tahu karena tidak akan pernah terjangkau oleh akal pikiran kita tetapi keubahannya terlihat nyata. Prosesnya seperti benih yang ditanam – tumbuh tunas muda, menjadi lebih besar, berbuah dan siap dituai.
Sangat jelas dikatakan “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak sorai; orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih pasti pulang dengan sorak sorai”. Jadi cucuran air mata ketaatan kita, tangisan dan rintihan kita dalam kesetiaan di setiap langkah perjalanan kita bagaikan peziarah menuju Sion merupakan benih yang akan tumbuh dan pada masanya akan dituai dengan sukacita. Lebih baik kita bercucuran air mata menderita karena ketaatan dan kesetiaan daripada menderita karena pemberontakan karena ketaatan akan menuai sukacita sementara penderitaan karena pemberontakan akan menghasilkan kebinasaan. Mana yang kita pilih? Hidup kita di masa depan ditentukan oleh pilihan kita hari ini!
Yang diperlukan saat menabur sambil mencucurkan air mata dan berjalan maju sambil menabur benih ialah bersabar. Bukankah petani yang menabur benih hari ini tidak mungkin beroleh buah esok hari? Biarkan Allah bekerja dengan cara-Nya dan kita tidak perlu mengajari Tuhan bagaimana memproses kita karena Ia tahu yang terbaik bagaimana memproses kita untuk siap dituai membuahkan hasil sukacita.
Mengapa kita begitu memercayai Allah? Karena Allah yang berintegritas konsisten menjaga hukum-Nya dan menetapi prinsip tabur-tuai. Alam membuktikan benih yang ditabur itu mati, setelah mati dia akan tumbuh, bertunas dan berbuah. Akan tiba saatnya taburan kita penuh air mata berakhir dengan sukacita oleh sebab karya Allah yang penuh misteri.
Percayalah pemulihan dari Tuhan yang ajaib, sulit dipercaya, tidak terduga dan penuh misteri hanya dapat dialami bila kita percaya akan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar dan berhubungan erat dengan-Nya hingga kelak bertemu dan tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selamanya. Amin.