Shalom,
Pemulihan pasti selalu dirindukan dan dibutuhkan apalagi ketika seseorang, komunitas atau suatu bangsa mengalami keterpurukan yang membuatnya trauma. Contoh: pascaperang perlu pemulihan karena semua wilayah hancur dan segala fasilitas publik khususnya yang vital (rumah sakit, sekolah dsb.) perlu dibangun kembali dan dipulihkan. Demikian pula pascaoperasi, dokter tidak akan mengizinkan pasien langsung pulang karena perlu pemulihan; apalagi rawat inap yang lama, pasien belajar untuk duduk setelah terlalu lama terbaring dll. Singkatnya, pemulihan adalah proses atau cara perbuatan untuk mengembalikan ke kondisi semula menjadi baik atau baru kembali seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Dan orang atau wilayah yang mengalami pemulihan pasti merasakan sukacita serta kebahagiaan.
Kalau begitu bagaimana kita harus bersikap agar tidak lengah atau sombong (merasa hasil dari kekuatan dan usaha sendiri) setelah dipulihkan tetapi bersukacita di dalam Tuhan?
- Tetap mengandalkan Tuhan (ay.1).
Ketika Tuhan memulihkan, keadaan kita seperti orang yang bermimpi. “Ketika Tuhan” berarti suatu waktu yang ditentukan oleh Tuhan bukan oleh kita atau penguasa. Jadi waktu pemulihan bukan disebabkan oleh kita tetapi kedaulatan TUHAN semata (bhs. Ibr. ehye asyer ehye = I AM WHO I AM = AKU ADALAH AKU) tertulis di Keluaran 3:14-15.
Kata “ehye” berasal dari kata “haya” artinya “ada, terjadi” maka yang membuat pemulihan ada/terjadi ialah YHWH yang selalu ada dan hadir bagi umat-Nya di dalam setiap persoalan dan pergumulan. Apa pun keadaan kita saat ini, tetap andalkan Tuhan karena hanya Dia yang sanggup, berkuasa serta berdaulat untuk memulihkan keadaan kita dan waktunya ada dalam kendali Tuhan.
Di Perjanjian Lama, pemazmur mengatakan TUHAN/YHWH berada jauh/transenden walaupun dekat/imanen di dalam bait-Nya. Mazmur 126 ditulis pada masa keterpurukan bangsa Israel di pembuangan dan Bait Suci hancur lebur serta Tuhan itu transenden. Kita patut bersyukur di Perjanjian Baru Tuhan itu imanen bagi kita – Firman menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh. 1:14). Ketika Yesus – Sang Firman – naik ke Surga, Roh Kudus dicurahkan kepada umat-Nya. Roh Kudus yang adalah Allah sendiri mendiami kita (imanen) yang adalah bait-Nya (1 Kor. 3:16) secara permanen.
Kita harus mengimani saat seseorang dalam kondisi sakit parah terbaring di ICU pun, Roh Kudus tidak pernah meninggalkannya asalkan dia imam yang aktif melayani Tuhan semasa masih sehat. Tubuhnya tetap Bait Tuhan yang diakui di hadapan Tuhan walau kondisi fisiknya merosot drastis. Jadi, apa pun masalahnya, jangan putus asa tetapi andalkan Tuhan yang senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu – keadaan baik atau buruk – untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Jika Allah di pihak kita, siapa yang akan melawan kita (ay 31)? Dan Roh Allah yang ada di dalam kita lebih besar daripada roh yang ada di dunia ini (1 Yoh. 4:4).
Perhatikan, keterpurukan dan kehancuran kita tetap di dalam kendali Tuhan dan pasti tidak melebihi kekuatan kita masing-masing (1 Kor. 10:13). Dengan demikian, jalan keluar dari pencobaan separah apa pun datangnya dari Tuhan sehingga setiap kita (tua-muda, pria-wanita, besar-kecil, dst.) mampu menanggungnya sampai saatnya Ia memulihkan kita.
Karena semua dalam kendali Tuhan, kita harus menyingkirkan berhala-berhala andalan kita – harta, kedudukan, koneksi, dsb. Sebaliknya, andalkan Tuhan, sampaikan masalah dan tekanan dalam doa kepada-Nya sambil introspeksi diri seperti dilakukan oleh bangsa Israel (di tempat pembuangan) yang melantunkan Mazmur 126 sambil
mengarahkan pikiran dan hatinya kepada kiblat satu-satunya, Yerusalem, di mana Bait Suci ada dan Allah mendiami Bait Suci itu (bnd. Dan. 6:11; 9:1-3, 5-8).
Aplikasi: saat mengalami keadaan terpuruk, kita tidak perlu putus asa, berdoalah dan fokus kepada Allah yang mendiami Bait-Nya yang sejati serta percaya Ia sanggup memulihkan. Juga introspeksi diri kalau ada kesalahan, minta ampun kepada-Nya. Tuhan adalah Pendengar doa dan pada waktunya Ia akan memulihkan keadaan kita. Memang bagi orang yang tidak percaya, berdoa saat menghadapi masalah dianggap tidak logis/masuk akal, dianggap mimpi belaka maka mereka akan menempuh segala macam cara agar pulih dengan cepat. Namun bagi kita, berdoa mengandalkan Tuhan bukanlah mimpi atau kebiasaan tetapi iman. Kita yakin Dia yang mengendalikan pencobaan-pencobaan dalam hidup ini walau kita belum tahu kapan Tuhan menyelesaikan masalah. Kita mempercayakan waktu pemulihan kepada Tuhan saja.
- Tetap menjadi kesaksian walau sedang terpuruk (ay.2-3).
Walau dalam pembuangan, bangsa Israel tetap setia dan tekun beribadah kepada Allah mereka. Mereka bersorak-sorai memuliakan Tuhan menimbulkan tanggapan dari antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah Israel bahwa Tuhan telah melakukan perkara besar bagi orang Israel. Mereka tidak menggubris berhala-berhala seperti dilakukan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tidak menyembah patung emas di bawah kekuasaan Raja Nebukadnezar walau diancam akan dicampakkan ke perapian menyala (Dan. 3:14-17). Juga Daniel yang diancam dilemparkan ke dalam gua singa jika tidak menyembah Raja Darius (Dan. 6).
Introspeksi: mampukah mulut kita tetap bersyukur dan hati bersukacita menyaksikan perbuatan Tuhan yang ajaib walau dalam kondisi terpuruk dan di bawah ancaman? Kita bersorak-sorai bukan karena masalah telah selesai tetapi justru saat dalam masalah; kita tetap menjadi kesaksian hidup dalam perkataan dan perilaku karena kita menyerahkan keterpurukan kita kepada Tuhan dan Roh Kudus menguatkan kita. Juga sukacita datangnya dari Tuhan bukan karena kemampuan dan kehebatan kita. Tuhan dapat memakai uang, dokter, obat-obatan juga koneksi untuk memulihkan keadaan kita tetapi andalan kita tetap kepada Tuhan yang memakai semua sarana itu. Contoh: Tuhan memakai Raja Koresh yang tidak mengenal Tuhan memerintahkan bangsa Israel pulang ke Yerusalem setelah tinggal selama 70 tahun di tempat pembuangan (2 Taw. 36:22-23).
Kata “sukacita” (Mazm. 126:3) adalah “euphrainoo” sinonim dengan “kairoo” (1 Ptr. 4:12-13; Flp. 2:17-18). Pada waktu kita dipulihkan dari penderitaan bahkan sampai nyawa di ujung tanduk pun, orang yang melihat kegembiraan kita akan penasaran; kalau bertanya kita akan menyaksikan kehebatan Allah saat kita memercayakan hidup kita kepada-Nya. Mereka akan melihat bahwa orang Kristen yang mengandalkan Tuhan itu tangguh walaupun situasi dan kondisi tidak menguntungkan. Roh Kudus yang ada di dalam kita memampukan kita untuk bersukacita menghadapi apa pun – walau tertindas namun tidak terjepit, walau habis akan namun tidak putus asa, kami teraniaya namun tidak sendirian, kami dihempaskan namun tidak binasa (2 Kor. 4:8-9). Tubuh jasmani kita boleh semakin merosot tetapi manusia batiniah kita dibarui dari hari ke hari (ay. 16). Oleh sebab itu tetap andalkan Tuhan, bersyukur selalu, bersukacita, beribadah dan melayani Tuhan dengan giat dan tekun.
- Tetap bertumbuh secara rohani (ay.4-6).
Keterpurukan dikiaskan seperti kemarau panjang di tanah Negeb sampai batang-batang sungai itu kering. Kata “Negeb” artinya kekeringan, terpanggang. Tanah Negeb terletak di daerah Selatan Yerusalem. Walau di musim kemarau tidak lagi ada aliran air tetapi alur-alur bekas sungai tetaplah ada. Saat Tuhan pulihkan dengan menurunkan hujan, alur-alur bekas sungai tersebut kembali dialiri air hujan yang menyegarkan menjadi berkat bagi kawanan lembu, kambing, dan domba (Mzm. 68:10-11).
Kesaksian Pembicara: istri beliau yang sakit parah di rumah mengeluh kalau Tuhan tidak mengasihinya karena si istri tidak dapat berdoa. Beliau kemudian memaparkan kisah Yesus membangkitkan Lazarus yang mana Yesus mengasihi Lazarus, Marta dan Maria (Yoh.11:1-6). Walau Yesus tidak berkunjung ke rumah mereka untuk menyembuhkan Lazarus, ada proyek Tuhan yang lebih besar daripada kesembuhan itulah kebangkitan. Seusai mendengar kisah ini, si istri menangis dan mereka berdua berdoa. Ketika si istri berbaring di rumah sakit, Pembicara menjaganya sehingga tidak beribadah dan tidak pelayanan, pekerjaan juga berhenti tetapi di rumah sakit pun masih dapat berdoa dan memuji Tuhan – tidak merasa kering, gersang rohani. Tuhan tetap campur tangan dalam segala sesuatu kalau kita mengandalkan Dia.
Aplikasi: walau dilanda masalah hingga rohani kita terasa kering nan gersang, jangan kita biarkan iman tidak berbekas sehingga tidak mampu berdoa, tidak mampu memuji Tuhan bahkan tidak mampu beribadah. Tetaplah bertumbuh rohani karena Roh Allah yang mendiami tubuh kita akan tetap mengalirkan air hidup untuk menyegarkan kita. Bila tiba saat pemulihan, kita akan dipakai Tuhan oleh kuasa Roh-Nya untuk menyegarkan banyak orang yang terpuruk seperti kita. Tuhan memulihkan kita karena Dia mau memakai kehidupan kita lebih daripada waktu-waktu yang lalu yakni menabur benih Kerajaan Surga untuk menghasilkan tuaian jiwa-jiwa.
Mazmur 126 menubuatkan tentang masa depan di dalam kerajaan 1.000 tahun di mana setiap janji Allah dalam Alkitab yang selama ini bagaikan mimpi menjadi kenyataan. Mazmur ini juga menggambarkan keterpurukan seperti menabur dengan mencucurkan air mata dan berjalan maju dengan menangis. Namun saat Tuhan memulihkan, bagaikan menuai dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya. Roh Kudus tetap mengalirkan air kehidupan walaupun kita dalam kegersangan, kekeringan, ketidakberdayaan karena masalah-masalah dalam hidup ini. Benih Firman tetap ada karena kita lahir oleh benih Firman Allah (1Petr.1:23-25). Oleh sebab itu tekunlah membaca benih Firman Ilahi yang menguatkan kita walau pertolongan Tuhan belum tampak dan masalah makin berat. Saat Tuhan memulihkan, kita akan dipakai untuk menaburkan benih Firman kepada sesama yang sedang terpuruk sehingga mereka pun dikuatkan sampai Tuhan memulihkan.
Tidak dapat dipungkiri setiap dari kita pasti tidak lepas dari masalah mulai dari yang ringan hingga berat dan memerlukan pemulihan. Bagi mereka yang mengalami keterpurukan parah sekalipun, janganlah berkecil hati sebab TUHAN semesta alam berkuasa memulihkan kondisi mereka asal mereka tetap beriman dan mengandalkan Dia semata. Pertolongan dan pemulihan dari Tuhan bertujuan agar rohani kita makin bertumbuh dan kita menjadi kesaksian bagi sesama yang mengalami masalah serupa supaya dikuatkan dan ketika saatnya Tuhan menolong mereka, kita boleh bersama-sama bersukacita, bersorak-sorai memuliakan Nama Tuhan. Amin.